8

297 45 3
                                    

.

.

.

Aina baru saja sampai rumahnya dan ternyata sang ibu belum datang, melompat senang Aina benar benar bersyukur karena kali ini dirinya selamat.

"Huh, syukurlah"
Aina berucap pelan lalu melangkah menuju kamarnya. Merebahkan tubuhnya diatas ranjang Aina melepas hijab yang ia pakai kemudian menatapnya

"Andai saja aku tidak memakai ini"
Ucapnya kemudian menyimpan hijabnya disamping ia tidur, jujur saja sebagai remaja yang berada dalam masa pertumbuhan dirinya kadang merasa bahwa sedikit menunjukkan diri juga tak apa kan ? Lagipula Aina itu cantik pasti banyak orang yang menyukainya namun semua fikiran itu ia hapuskan mengingat pesan ayahnya dan ia sendiri tidak ingin jika sang ayah diakhirat kelak harus mempertanggungjawabkan perbuatannya nanti.

Bangkit kemudian duduk didepan meja belajar Aina membuka tas sekolahnya mencari benda pipih kesayangannya.
"Aishh, dimana ya ?"
Monolognya seraya membongkar isi tas.

"Kalau tidak salah tadi aku menyimpannya disini"
Ucapnya mengingat terakhir kali ia menggunakan ponselnya.

"Aishh"
Aina menepuk dahinya saat mengingat bahwa ponselnya berada dikolong mejanya dan setelah pelajaran selesai ia sibuk dengan materi dan pergi keperpustakaan tanpa mengingat hal itu.

"Ceroboh sekali"
Merutuki kecerobohannya Aina kemudian keluar dari kamarnya menuju ruang berkumpul lalu hendak menelepon nomornya, namun sebelum melakukannya ia berfikir apakah nanti akan ada yang mengangkatnya atau tidak ? Mengingat ponselnya berada dikolong meja, ah sudahlah niatnya menelepon juga hanya ingin memastikan bahwa ponselnya itu aman bukan ?

Tut.. Tut.. Tut..
Aina menunggu dengan was was dirinya berjalan kesana kemari.

Tak berapa lama kemudian suara seseorang membuat Aina terlonjak kaget.
"Halo ?"

Suara dari seberang sana membuat Aina yakin bahwa ponselnya kini sudah berpindah tangan.
"Hei, siapa kau ? Mengapa kau membawa ponselku ? Ini ponselku ? Kau harus mengembalikannya padaku ? Jika tidak.. "

"Jika tidak ?"
Aina dapat mendengar suara disebrang sana adalah seorang pria, fikiran buruk mulai meracuni otak Aina dirinya sedikit takut, takut jika seseorang disebrang telepon sana adalah orang jahat, ah tapi tidak, tidak mungkin disekolah sebesar itu ada orang jahat yang masuk mungkin saja itu temannya, tapi bukankah semua temannya itu jahat padanya ? Hampir dari mereka tidak menyukai Aina hanya karena Aina memiliki tampilan yang berbeda dari yang lainnya.

"Jika tidak, aku akan memberimu pelajaran"
Ucap Aina sedikit ragu.

"Oke kau akan memberiku pelajaran setelah kau bertemu denganku bukan ?"
Ucap pria diseberang sana, Aina semakin takut mengingat bagaimana jika dirinya dijebak.

"Aku akan menunggu diminimarket dekat rumahmu, aku ingin kau datang dalam waktu lima belas menit"

"Apa ?! Tapi.. Tunggu.. "

Tut.. Tut.. Tut..
Sambungan telepon dimatikan secara sepihak, Aina yang melihat ini hanya mendengus kesal disisi lain dirinya juga teramat takut mengingat bagaimana pria diseberang telepon sana tahu mengenai tempat tinggalnya, bukankah Aina murid baru dan belum ada seorang pun yang datang berkunjung kerumah Aina, namun bagaimana lagi jika Aina tidak mengambil ponselnya ia pasti akan dimarahi oleh sang ibu mengingat ponsel itu baru dibelikan sang ibu beberapa minggu lalu saat dirinya pindah kekorea.

.

"Kook, kau mau kemana ?"
Namjoon berucap saat melihat Jungkook tiba tiba memasukkan semua alat tulisnya lalu bangkit kemudian menggendong tasnya.

Crystal Snow [Jjk-BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang