19

180 32 1
                                    

.

.

.



"Terimakasih nak, maaf jadi merepotkan kalian"

Ibu Aina berucap saat keluar dari dapurnya dengan nampan berisi beberapa gelas jus jeruk. Jungkook, Namjoon dan Mingyu sengaja mengantar Aina untuk pulang karena keadaannya yang kurang sehat. Sejujurnya Aina sempat menolak namun tiga orang melawan satu sudah bisa dipastikan ketiga pemuda itu yang akan menang.

"Santai saja ajumeoni, kami bukan orang sibuk yang bahkan tidak punya waktu untuk mengantar teman kami yang sedang sakit "
Mingyu berucap santai sedang Namjoon dan Jungkook hanya melirik pemuda itu.

Kekehan keluar dari bibir ibu Aina, sungguh siapapun yang melihat ini pasti akan terpana melihatnya, mengingat ibu Aina begitu cantik, pantas saja Aina memiliki wajah cantik sekarang mereka tahu dari mana wajah Aina itu berasal.

"Oh iya, ajumeoni belum tahu siapa nama kalian"
Tanya ibu Aina, lebih tepatnya pertanyaan itu ditunjukkan pada dua pemuda disamping Jungkook.

"Aku Park Mingyu, ini Kim Namjoon dan ini Jeon Jungkook "
Sebagai orang yang duduk ditengah Mingyu memperkenalkan diri dan teman temannya yang dijawab senyuman oleh wanita itu.

"Maafkan teman kami ini ajumeoni"
Namjoon bersuara, dirinya sudah cukup malu dengan tingkah Mingyu.

"Tidak apa apa, ajumeoni senang kalian datang, sering seringlah datang kemari"

"Tentu ajumeoni, aku akan sering datang kemari, untuk menikmati cookies ini"
Mingyu berucap kembali, entahlah pemuda itu sudah seperti memiliki muka tembok, tak ada sedikitpun rasa malu yang ia miliki.

"Kau menyukainya ?"
Mingyu lantas mengangguk semangat, bagaimana tidak cookies yang ia makan ini sangat berbeda dengan cookies yang biasa ia beli.

"Ini sangat enak ajumeoni"
Namjoon yang merasa ini sudah kelewatan akhirnya sedikit menyikut tubuh pemuda disampingnya.

"Kalau begitu kami permisi ajumeoni, ini sudah hampir malam dan kami tidak ingin membuat eomma dan appa kami khawatir"

Namjoon berucap kemudian ketiganya bangkit, sungguh Mingyu sedikit berat meninggalkan tempat ini, lebih tepatnya meninggalkan cookies yang belum habis itu, hingga pada akhirnya ibu Aina memberikan semua cookiesnya pada Mingyu.

"Terimakasih ajumeoni"
Ketiganya berucap diiringi suara Mingyu yang sangat keras karena rasa senangnya.
Sedang ibu Aina hanya tersenyum melihat bagaimana ketiga pemuda itu tampak menyalahkan satu sama lain, namun disisi lain dirinya begitu khawatir dengan keadaan Aina.






.

Jungkook menutup tirainya saat tak mendapati seseorang yang ditunggunya sejak satu jam yang lalu.
Dirinya menghela nafas lalu duduk dikursi meja belajarnya, menatap laptopnya yang kini dalam keadaan menyala.
Diketikkan sesuatu disana. 'Translate Indonesia Korea', kemudian membuka satu blog namun jarinya berhenti mengetik saat ia bingung ingin mengetikkan kalimat apa, dirinya bahkan tidak ingat yang Aina katakan saat diruang kesehatan dan lagipula kalaupun ingat dirinya tidak yakin dengan penulisannya.
Menekan tombol close Jungkook mengacak surainya lalu mengusap wajahnya kasar, entah ada apa dengan dirinya, mengapa ia selalu memikirkan Aina, bahkan kini rasanya dia ingin tahu mengenai gadis itu lebih dalam lagi.

Menghapus semua fikiran tentang Aina, Jungkook memilih untuk membuka memory card yang kemarin ibunya beri. Membuka semua folder dan file dimana semua kenangannya dan juga Yoongi disana, semua foto, video dan beberapa lagu yang mereka buat, membuatnya sedikit mampu mengalihkan fikirannya dari gadis itu.

Tentu saja dulu dirinya dan Yoongi sering bertemu dan bermain musik, membuat beberapa lagu menjadi hobinya dibantu dengan hyungnya yang memang sudah sedikit berpengalaman.

"Still with you "
Ucapnya saat mendengar lagu yang ia buat beberapa tahun lalu, sungguh bagaimana bisa dirinya mengubur mimpinya itu sedang semakin mimpi itu ia kubur dalam dalam semakin besar pula keinginannya mewujudkan mimpinya. Bahkan jika ada seseorang yang sangat ingin ia temui saat ini adalah Yoongi, dirinya ingin pergi bersama pria itu kemanapun, namun kenyataan pahit selalu datang padanya, seorang ayah yang bahkan tidak mendukung mimpinya dan berfikir bahwa mimpinya itu hanya sampah yang tak berguna, yang dengan mudahnya membuang, merusak dan menghancurkan semua yang ia sukai selama ini.

Tiga tahun, terhitung tiga tahun sudah Jungkook berusaha menghindar dari mimpinya, menuruti setiap perkataan ayahnya dengan embel embel sang ibu. Tentu saja semua yang ia lakukan selama ini hanya agar sang ibu tidak mendapat perlakuan kasar dari ayahnya namun nyatanya semua sama saja, dimata ayahnya dia dan ibunya selalu salah.

'Jika kau berani bertemu dengan anak itu lagi, aku tak akan segan melakukan hal yang lebih dari ini'
Ucapan itu selalu teringat dan berputar dikepalanya, seolah terekam nyata dikepalanya dan membuat Jungkook benar benar muak mengingat kejadian malam itu.

Saat itu usia jungkook menginjak angka 15 tahun, dia begitu bahagia saat mengetahui bahwa ayahnya akan mengajaknya dan sang ibu pergi untuk merayakan ulang tahunnya hingga saat dirinya pulang dari sekolah semua berubah, semuanya tidak sesuai rencana, dirinya melihat bagaimana keadaan kamarnya yang begitu berantakan dengan sang ibu yang sedikit tersedu, Jungkook yakin sekali bahwa ibunya itu habis menangis dan sang ayah dengan wajah merah padamnya menatap Jungkook penuh emosi dengan satu tangannya memegang gitar kesayangannya.

"Apa ini ?"
Jungkook menunduk, dirinya tahu bahwa selama ini sang ayah bahkan tidak mengizinkan atau menginginkan putranya itu membuang waktunya, namun bagi Jungkook itu semua sama sekali tidak membuang waktu, dia senang melakukan hal ini.

"Appa tanya, apa ini ?!"
Sang ayah bertanya dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya.

"I-itu, gitar appa"
Ayahnya mendekat seraya menyeret gitar itu.

"Katakan sekali lagi"
Ucapnya pelan, Jungkook lantas menjawab dengan jawaban yang sama seperti sebelumnya. Lalu detik berikutnya dia melihat bagaimana gitar itu hancur didepan matanya, sedang sang ibu mencoba menghentikan hal itu namun semua sia sia, tenaga sang ibu bahkan tak sebanding dengan ayahnya. Hingga saat lengan sang ayah menyingkirkan ibunya dan tepat saat itu kepala ibunya terbentur meja dan kehilangan kesadarannya.

Sejak saat itulah Jungkook tak pernah menyentuh hal hal yang berhubungan dengan musik lagi. Semuanya sudah hancur dan tak tersisa, ditambah kepindahannya keSeoul membuat dirinya semakin jauh dari kesenangannya hanya beberapa kali melihat busking dijalanan ketika dirinya merasa membutuhkan hiburan untuk melepas penat dan semua beban difikirannya.

Jungkook menarik kesadarannya saat seseorang menyentuh bahunya, terkesiap khawatir jika sang ayah yang datang namun semua perasaan itu sirna saat mendapati sang ibu yang datang tentu saja bagaimana bisa pria itu datang bahkan dirinya mungkin sudah tidak peduli dengan keluarga ini.

"Ahh, eomma"
Mengelus dadanya Jungkook lantas bangkit dari duduknya.

"Kenapa kau belum tidur ?"
Jungkook lantas melirik kearah tirai jendelanya sebelum berucap.

"Belum mengantuk"
Jawab Jungkook dengan cengiran khasnya lalu menggaruk tengkuknya.
Melihat perubahan ekspresi dari sang ibu Jungkook lantas menatap khawatir ibunya.

"Eomma baik baik saja kan ?"
Sang ibu lantas mengangguk pelan, tersenyum lalu mengacak surai putranya.

"Eomma sudah membuatkanmu susu, minumlah sebelum tidur"
Ucap sang ibu lalu kembali keluar meninggalkan Jungkook yang masih bingung juga penasaran.

.

.

.


***

Don't forget to vote ya
👇😁💜 gomawo 👋🙏

-10012021

Crystal Snow [Jjk-BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang