37

187 31 8
                                    

Aina memandang kosong kedepan, sebuah fakta yang cukup mengejutkan dirinya adalah kematian sang ibu. Gadis itu bahkan belum sempat melihat ibunya untuk terakhir kali.

"Maaf kan ayah sayang, ayah-"

"Ayah, aku mohon pergilah dari ruangan ini"
Ucap Aina sarat akan penekanan, dirinya belum ingin menemui siapapun termasuk sang ayah. Sejujurnya Aina enggan walau hanya untuk melihat wajah ayahnya lagi.

Dimas, pria itu menatap punggung kecil putrinya sendu lantas memilih untuk keluar dari ruangan sebab dirinya tak ingin emosi Aina membuat kesehatannya semakin turun.

Setelah bunyi debuman pintu tertutup Aina menunduk, terisak diantara kedua lututnya yang tertekuk.

"Kenapa bu? Kenapa ibu meninggalkan Ai sendiri disini?" tanyanya, Aina sangat sedih tatkala mengingat bagaimana janji ibunya.

Dan kini dirinya seolah tak memiliki tujuan hidup, ibunya pergi meninggalkannya dan tak akan kembali. Satu satunya orang yang paling ia percayai menghianatinya. Ayahnya, entah takdir memang sedang bermain dengannya atau bagaimana, yang jelas kini kepercayaannya pada sang ayah terlampau hilang.

"Sayang, jangan takut, ibu selalu bersama denganmu"

Sebuah kalimat yang cukup membuatnya percaya bahwa apapun yang terjadi ibunya pasti akan selalu berada disisinya. Namun apa yang tengah terjadi sekarang seolah menjadi fakta bahwa kita tak bisa mengharapkan siapapun didunia ini kecuali berharap pada sang Maha Kuasa.

Bunyi pintu membuat Aina yang tengah memendan kepalanya seketika mendongak, mendapati Jungkook berdiri disana, diambang pintu. Aina yang biasanya akan tersenyum bahagia melihat kedatangan sahabatnya kini hanya ada tatapan sendu dan wajah penuh kesedihan.

Melihat Aina yang belum bisa menerima keadaan, Jungkook melangkah mendekati gadis itu. Tersenyum kearah Aina sebelum akhirnya berhenti tepat disamping brankar gadis itu.

"Bagaimana perasaanmu?"
Tanya Jungkook, Aina menggeleng lemah tatapannya kini beralih pada televisi mati didepannya.

Melihat respon dari gadis didepannya Jungkook menghela nafas panjang sebelum akhirnya menaruh ranselnya diatas sofa.
"Mau keluar?"

Aina menoleh kembali, gadis itu menelisik pemuda didepannya lantas tatapannya beralih pada sebuah kursi roda yang entah sejak kapan berada diruangannya. Aina mengangguk pelan sebagai jawaban yang lantas Jungkook beranjak mengambil sebuah kursi roda.

Dengan pelan dan bantuan dari Jungkook Aina berhasil duduk diatas kursi roda. Jungkook sendiri mulai mendorong pelan kursi roda itu, melewati lorong rumah sakit dan berakhir disebuah taman rumah sakit.

Cuaca yang cukup bagus membuat banyak sekali pasien yang mendatangi taman. Mulai dari anak anak hingga orang dewasa. Begitu pula dengannya dan Aina yang baru saja memasuki taman.

"Udara segar akan membuat perasaan kita membaik"
Ucap Jungkook pemuda itu merendahkan tubuhnya lantas berbisik tepat ditelinga Aina.

"Tersenyumlah, kau jelek sekali jika cemberut seperti ini"
Aina menghela nafas lelah maniknya tak lepas dari seorang gadis kecil yang sedang mengejar beberapa gelembung.

"Kenapa Tuhan tidak adil padaku?"
Tanya Aina, gadis itu mendongak keatas, menatap langit di atasnya.

"Kenapa Dia tidak membiarkanku untuk pergi bersama ibu"
Lirihnya, Jungkook sendiri bisa mendengar itu semua, pemuda itu memandang gadis didepannya sendu lantas beralih berdiri dihadapan gadis itu. Aina memandang Jungkook yang kini didepannya.

Pemuda itu tersenyum tipis sebelum akhirnya berlutut didepan Aina.
"Jangan berucap seperti itu, Tuhan pasti memiliki rencana lain yang lebih indah untuk mu"

Crystal Snow [Jjk-BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang