12

15.8K 2.3K 249
                                    



" Jaemin. Lepas. Sakit." Mohon Renjun berusaha menggerakkan tangan kanannya yang di ikat menggunakan kain ke pinggiran brankar.




Jaemin yang senantiasa bersiaga di sebelah Renjun itu hanya bisa menghela nafas berat dan menatap sang istri dengan tatapan sendu.


" Kalo kamu nggak berontak lagi pasti dokter bakalan ngizinin buat lepasin ikatannya Ren."



Renjun kini beralih menatap Baekhyun yang sibuk mengusap airmatanya.



" Ma. Sakit. Lepasin Renjun." Isak Renjun menatap sang ibu dengan tatapan memohon.



Mendengar itu Baekhyun menggigit bibirnya agar tangisnya tak kembali pecah. Dan tanpa berkata sepatah katapun akhirnya Baekhyun memilih pergi dari ruang rawat Renjun untuk menenangkan dirinya.




" Mama! Uhukk! Uhuk! Sakit!" Renjun berusaha menggapai perutnya yang terasa sangat sakit ketika terbatuk itu. Tapi apa daya, tangan kanannya terikat. Tangan kirinya juga tidak bisa di gerakkan. Akhirnya Renjun hanya bisa pasrah menerima rasa sakit di luka operasinya dengan tubuh gemetar.




" Ren. Jangan nangis lagi. Please." Jaemin kembali menenangkan Renjun yang mulai menangis terisak itu.



" Sakit. Lepas." Racau Renjun.



Jaemin hanya bisa menghapus airmata sang istri yang terus saja jatuh tak henti-hentinya. Wajah pucat Renjun semakin tak karuan selama 3hari ini membuat hati Jaemin teramat sakit.




" Kalo kamu mau ikatannya di lepasin, kamu harus tenang sayang. Jangan berontak terus." Bujuk Jaemin tak henti-hentinya.




Tapi seperti tak mengerti maksud perkataan Jaemin, Renjun tetap meracaukan kata-kata yang sama, berulang-ulang selama 2hari ini.




" Jaemin. Sakit." Renjun menatap Jaemin putus asa.




Jaemin menatap Renjun tak kalah putus asanya. Psikologis istrinya benar-benar terganggu semenjak keguguran itu. Semenjak 3hari ini Renjun selalu mengamuk dan menangis membuat beberapa dokter memutuskan agar Renjun untuk sementara waktu di ikat karna sangat beresiko jika terus-terusan memberikan suntik penenang.





Seorang Psikolog selalu datang setiap hari untuk mengajak Renjun berbicara. Dokter lain belum bisa melakukan apapun karna terhalang dengan kondisi psikis Renjun yang terganggu. Seharusnya dokter ortopedi sudah bisa membantu Renjun untuk memulihkan tangannya yang patah. Atau luka bekas operasi Renjun seharusnya mulai mengering sekarang. Tapi tidak, beberapa kali luka operasinya kembali berdarah akibat pemberontakan Renjun.





" Kali ini aku yang mohon sama kamu Ren. Tolong tenanglah. Aku nggak tega- aku nggak tega liat kamu sehancur ini-" Di akhir kalimatnya Jaemin menggigit bibirnya. Matanya memerah menahan tangis. Tapi ia sudah berjanji ke dirinya sendiri agar tidak pernah mengeluarkan airmata di depan Renjun.




" -Aku mohon."




Isakan Renjun terhenti ketika kepala Jaemin kini menangkup di perpotongan lengannya. Pemuda itu terlihat sangat lelah.



" Jaemin.."




" Aku mohon." Lirih Jaemin lagi tanpa mengangkat kepalanya.




" Jaemin."




" Aku juga ngerasa kehilangan-" Jaemin mengangkat wajahnya dan menatap wajah Renjun yang menatapnya dengan tatapan kosong.




Mine | Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang