" Halo. Bersiaplah Harvey. Aku sedang di jalan menuju hotel."
" Nng. Hoahm. Really? Oh Ok. Aku baru saja bangun."
" Segeralah mandi dan bersiap."
" Yes sir! Give me a ring when you're at lobby."
" Ok."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" Harvey. Aku di lobi."
" Wait a minute. Sedang check out."
" Oke."
Renjun mengantongi ponselnya dan menoleh ke Jaemin yang sedang membuka bagasi.
" Mereka sedang check out." Ujar Renjun. Jaemin mengangguk.
" Oi! Arren!"
Renjun segera menoleh dan mendapati Harvey yang baru saja melewati pintu kaca dengan tas tinggi di punggungnya bak seorang backpacker. Pemuda bule itu tersenyum lebar sembari melambai ke arahnya.
Renjun balas tersenyum geli melihat senyum riang temannya yang mengaku kabur dari rumah itu.
Langkah lebar Harvey kini mengantarkan pemuda itu lebih dekat dengan Renjun yang berdiri di depan Jaemin.
" Yo!"
Harvey bersiap memeluk Renjun, tapi Jaemin segera menarik Renjun menjauh membuat tangan Harvey tergantung dengan canggung di udara.
" Simpanpelukanmuuntuklainharisaja Harvey. Tanganku sedang tak baik-baik saja." Renjun mengangkat tangannya yang terbalut gips.
Harvey menurunkan tangannya, tampak terkejut melihat tangan Renjun yang di balut perban berlapis.
" What happened, Arren?!" Tanya Harvey berusaha menyentuh tangan Renjun yang berlapis gips. Tapi segera di tariknya kembali karna takut akan menyakiti tangan sang sahabat.
" Sesuatu terjadi. Aku akan menceritakannya nanti. Bytheway, dimana Troy?" Renjun melongok ke segala arah untuk mencari keberadaan Troy atau Troye Sivan, kekasih Harvey yang berasal dari Aussie itu.
Harvey tersenyum lebar membuat Renjun mengernyitkan keningnya.
" Kenapa kau tersenyum begitu?"
" Sebenarnya bukan Sivan-" Harvey menjeda kalimatnya untuk melihat respon sang lawan bicara.
