"Kita adalah sepasang rasa yang penuh luka"
Kumohon pada semesta untuk berada dipihakku, karena aku hanya punya diriku dan semesta jika ingin membantu.
" Langit begitu gelap Hujan tak juga reda Ku harus menyaksikan Cintaku terenggut Tak terselamatkan ......" Agnes Mo - Tanpa Kekasihku
🥀🥀🥀
Laki-laki paruh baya tampak berlari melewati koridor gedung berbau obat-obatan itu. Dengan raut wajah yang tak bisa dijelaskan, bersama cairan bening yang terhempas seiring dengan pergerakannya. Ia berhenti di depan ruangan bertuliskan "ICU". Menyaksikan bagaimana orang yang dia sayangi mengerang kesakitan. Ingin rasanya dia mendobrak pintu yang menghalanginya, tapi apa daya perawat memintanya untuk menunggu diluar ruangan.
Pria bernama lengkap Hardinata Adiputra itu hanya menatap dengan tatapan sendu, diiringi deraian air mata yang seakan menjadi pendukung suasana saat ini. Berbagai penyesalan muncul di kepalanya. Berbagai andai ikut menyalahkan dirinya atas kejadian ini. Hujan diluar seakan tau kalau cemasnya semakin tak terkendali, di saat ia melihat kain putih itu ditarik menutupi wajah orang yang teramat ia sayangi. Semakin tak bisa mengendalikan dirinya. Hardi menerobos masuk kedalam ruangan tersebut. Air mata semakin terjun bebas, separuh dunianya hancur.
"Dok..." Berjalan gontai mendatangi dokter dengan wajah yang sangat memprihatikan.
"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhanlah yang berkehendak, untuk istri bapak tidak merasakan sakit yang berkepanjangan, tuhan teramat sayang dengan beliau. Bapak yang tabah ya istri bapak kehilangan banyak darah dan benturan yang sangat keras dibagikan kepala dan perutnya, sehingga kami juga tidak bisa menyelamatkan janinnya"
Hardi menatap ke arah dokter dengan air mata yang menggenang, ia tidak tau sama sekali kalau istrinya tengah mengandung anak kedua mereka. Mendengar itu semakin membuat Hardi dipenuhi dengan banyak penyesalan. Semestanya benar benar runtuh seruntuh-runtuhnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumah berpagar coklat itu, sudah dipenuhi oleh kursi dan karangan bunga bertuliskan turut berdukacita yang entah sejak kapan sudah tersusun rapi di sana. Para pelayat mulai berdatangan dengan menampilkan wajah sendu mereka. Hardinata setia menemani istrinya, teman hidupnya, memandangi wajah pucat itu untuk terakhir kalinya sebelum dinginnya tanah benar-benar memeluk wanita itu selamanya.
Dengan balutan perban pada tangan dan pelipisnya, Zafran hanya menatap ayahnya dan sesekali melihat ibunya yang terbaring tak bernyawa. anak itu tidak menangis. Ia setia duduk disebelah ayahnya, walaupun ayahnya belum menyapanya bahkan memeluknya sehabis keluar dari rumah sakit kemarin. Memegang erat lengan ayahnya, walaupun tak digubris sama sekali oleh pria tersebut.
"Ayah, bunda kenapa yah... Kok bunda tidur disini" tanya Zafran kepada sang ayah yang entah sejak kapan sudah menatapnya dengan tatapan menusuk.