Selamat Membaca!
Flashback
Seorang pria paruh baya tengah duduk di kursi roda, sembari melihat pantulan pada cermin besar yang tepat mengarah ke hadapannya. Hingga pandangnya teralihkan pada sebuah kotak yang berada di atas meja kayu tidak jauh dari tempat Hardinata duduk. Kotak yang baru saja diberikan Zafran sebagai hadiah ulang tahun untuknya. Hardinata menjalankan kursi rodanya, ke arah kotak itu diletakkan.
Hardinata membaca sebuah kertas yang bertuliskan "Untuk Ayah" sebelum membuka kotak tersebut dengan perlahan. Seketika memori masa lalu dengan cepat mendominasi isi kepala Hardinata. Kenangan saat istrinya masih berada di dekatnya. Hal yang paling pertama dapat Hardinata lihat ketika membuka kotak pemberian putranya adalah sebuah foto seseorang yang yang sedang menggendong anak kecil layaknya pesawat terbang, dan seorang wanita yang sedang duduk tidak jauh dari mereka. Yang diyakini itu adalah foto dirinya yang tengah menggendong Zafran kecil, dan Tania yang duduk di rerumputan sembari tersenyum bahagia.
Hardinata mengambil foto tersebut dan meletakkannya di luar kotak. Kemudian dalam kotak yang berisikan banyak barang-barang random, Hardinata melihat ada banyak sekali mainan masa kecil Zafran yang dulu pernah Hardinata berikan untuk putra kecilnya itu. Zafran masih menyimpan dan merawatnya dengan sangat baik. Hardinata ingin mengutuk dirinya atas semua perbuatan kasarnya terhadap Zafran.
"Zafran" air mata berderai keluar begitu deras dari kedua mata lelaki paruh baya itu. Mata yang sudah lama tidak mengeluarkan segala kegundahannya. Hari itu harus kalah dan runtuh.
"Maaf kan ayah, nak"
"Maafkan ayah, Zafran"
Setelah mengeluarkan satu persatu isi dari kotak tersebut. Hardinata menemukan beberapa lembar usang yang tertempel di dasar kotak.
-Dari Zafran untuk ayah-
"Setiap helaan nafas Zafran ada ayah di dalamnya. Setiap degup jantung Zafran juga ada ayah di dalamnya. Di dalam setiap untaian doa Zafran selalu terselip nama ayah di sana.
Ayah... Luka yang tergores tidak terhitung lagi, menghiasi sekujur tubuh Zafran. Tak terkecuali hati Zafran. Hati Zafran terluka ayah, dan tidak tau dengan cara seperti apa Zafran bisa menyembuhkannya. Zafran yakin, obatnya adalah pelukan ayah. Bukan pukulan ayah. Seseorang pernah bilang, kalau pukulan ayah adalah salah satu bentuk dari rasa bangga ayah kepada Zafran. Tamparan ayah adalah belaian lembut seorang ayah kepada anaknya. Luka yang membiru di lengan dan punggung Zafran adalah tanda bahwa ayah betul-betul menyayangi Zafran.Zafran tidak pernah membenci ayah. Bunda bilang kalau Zafran tidak boleh membenci ayah, karena ayah adalah ayahnya Zafran. Satu-satunya semesta yang Zafran punya.
Semesta yang lain sudah cukup jahat menjadikan ayah seperti bukan ayah yang dulu Zafran kenal. Hingga semesta sudah bosan dan meminta takdir mengembalikan ayah Zafran. Pelukan yang ayah berikan, menjadi obat paling mujarab yang mampu menyembuhkan segala luka yang ada di hati Zafran, ayah. Zafran tidak tau bagaimana nanti kalau Zafran tanpa ayah. Tetapi ketika melihat ayah tertawa bersama teman-teman ayah, dengan tidak adanya Zafran di sana. Zafran yakin, ayah akan jauh lebih bahagia jika Zafran tidak ada bersama ayah.Ayah, sahabat Zafran membutuhkan Zafran.. Jevano berhak untuk hidup lebih lama. Jevano punya keluarga yang menyayanginya... Zafran iri. Jevano baik ayah. Jevano berhak untuk melanjutkan kehidupannya.
Kalau ayah sudah membaca sampai pada tulisan ini, berarti ayah mengizinkan Zafran untuk mendonorkan jantung Zafran untuk Jevano. Kalau ayah rindu Zafran, cukup temui Jevano. Karena ada detak jantung Zafran bersama setiap langkah Jevano, ayah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Semestanya Zafran
Fiksi Umum"Kita adalah sepasang rasa yang penuh luka" Kumohon pada semesta untuk berada dipihakku, karena aku hanya punya diriku dan semesta jika ingin membantu.