Tok tok tok
Raka terbangun dari tidurnya, karena ada yang mengetuk pintu depan rumah. Pemuda itu melirik ke arah jam dinding. Pukul 1 dini hari. Siapa yang bertamu tengah malam begini.
Raka segera turun dari tempat tidur. Mengambil benda yang sekiranya bisa digunakan untuk melawan. Raka takut kalau itu maling. Atau apalah itu.
Tapi mana ada maling ngetuk pintu dulu. Ah terserahlah. Yang pasti saat ini dada Raka berdegug sangat kencang. Ia takut.
Dengan penuh keberanian Raka berjalan ke arah pintu depan. Membuka sedikit gorden jendela rumahnya untuk memastikan siapa yang bertamu tengah malam.
Namun nihil, Raka tidak menemukan apapun.
Segera Raka menggelengkan kepalanya cepat. Guna menyadarkan dan meyakinkan dirinya kalau itu mungkin hanya perasaannya saja.
"Gak ada apa apa. Gue cuman mimpi kali ya. Ah sudah lah"
Raka berjalan menjauhi pintu, berniat untuk kembali ke kamarnya. Sampai satu suara berhasil menghentikan langkah kakinya.
"Ka, Raka..."
Sekujur tubuhnya seketika merinding.
Suara itu terdengar sangat parau. Lemah. Hingga pintu rumah Raka kembali di ketuk, tapi sedikit lebih lemah dari sebelumnya. Sepertinya yang mengetuk sudah kehabisan tenaga.
Dengan penuh keberanian, Raka kembali lagi ke arah jendela, untuk memastikan siapa itu.
Betapa terkejutnya Raka, saat ia melihat seseorang tergeletak lemah di depan pintu rumahnya.
Segera Raka membuka pintu itu.
"ARGHH" teriak Raka, tubuh orang itu lunglai, saat Raka membuka pintu rumahnya.
_____
"ARGKHHHH" Hardinata berteriak.
"KURANG AJAR"
"DASAR ANAK TAK TAU DIRI"
Hardinata kembali melayangkan tendangan lebih keras kepada putranya berkali-kali.
Nafas Hardinata nampak ngos-ngosan. Bahunya turun naik dengan cepat. Matanya menampakkan kemarahan. Emosinya sedang tidak bisa dibendung.
Tubuh tak berdaya Zafran, meringkuk memegangi perutnya. Lengan pemuda itu nampak sudah sangat membiru. Wajahnya sangat kacau.
Sekali lagi ia mengangkat kepalanya, kembali menatap ayahnya dengan mata merah menahan tangis dan sakit yang luar biasa.
"Puas!?"
"Puas ayah mukulin Zafran kayak gini!?"
"Apa ayah bahagia ngelakuin ini ke Zafran, Yah?"
"Silahkan pukul Zafran lagi yah, silahkan tendang Zafran lagi. Kalo itu bisa bikin ayah bahagia, bisa bikin ayah senang"
"Asal ayah tau. Dengan ayah mukulin Zafran. Dengan ayah ngelakuin semua ini ke Zafran. Gak akan pernah bisa ngembaliin bunda, Yah"
"Kalau, ayah masih menyalahkan Zafran atas meninggalnya bunda, ayah salah. Karena sudah berapa kali Zafran bilang, bukan Zafran yang bunuh bunda. Bukan Zafran yang menjadi penyebab bunda meninggal"
"Bukan Zafran...hikss" pertahanannya runtuh. Air matanya sudah tak bisa lagi pemuda itu bendung.
"BUKAN ZAFRAN!!" Teriak Zafran. Sembari memukuli kepalanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semestanya Zafran
Ficción General"Kita adalah sepasang rasa yang penuh luka" Kumohon pada semesta untuk berada dipihakku, karena aku hanya punya diriku dan semesta jika ingin membantu.