Selamat Membaca!
Raka berlari sembari menggendong Yaya, menuju ruangan dimana Hardinata dirawat. Pemuda itu nampak menangis. Yaya yang berada di gendongan Raka pun ikut menangis karena melihat kakaknya menangis. Anak kecil itu tidak mengetahui kondisi apa yang membuat kakaknya menangis. Tapi Yaya paham kalau situasi saat itu sedang tidak baik-baik saja.Flashback
Raka yang sedang berada di sekolahnya mendapatkan satu sambungan telpon dari Zafran. Namun saat ia mengangkat telponnya, bukan suara Zafran yang Raka dengar.
"Benar ini dengan mas Raka?"
"Iya saya sendiri, ini siapa ya? Kenapa hp Zafran bisa ada di anda?"
"Saya dari pihak kepolisian, ingin mengabarkan bahwa Zafran mengalami kecelakaan tabrak lari bersama dengan satu orang temannya. Sekarang ia sudah dilarikan ke rumah sakit"
Deg
Seketika Raka terdiam, dan beberapa buku yang pemuda itu pegang pun harus terjatuh. Karena Raka merasa seluruh sendinya melemah, hingga ia tidak bisa menahan apapun bahkan air matanya secara tiba-tiba mengalir deras.
Pemuda itu berlari ke ruang guru untuk mengembalikan buku sekalian meminta izin untuk pulang lebih dulu. Raka harus segera ke rumah sakit untuk memberi tau Hardinata, bagaimanapun Hardinata harus tau mengenai kondisi yang menimpa putra semata wayangnya itu.
Setelah mendapatkan izin dari sekolah, Raka segera mungkin pergi menuju rumah sakit. Terlebih dahulu pemuda itu menjemput adiknya di sekolah yang jaraknya tidak jauh dari sekolah Raka.
Brakk
Raka membuka cukup kencang pintu ruangan dimana Hardinata dirawat. Air matanya masih berlinang pada manik indahnya. Sepersekian detik pemuda itu bungkam, memperhatikan wajah kebingungan Hardinata di hadapannya.
Lelaki paruh baya itu tidak sendiri, masih ada Ineke di sana menemaninya. Ineke sedikit terperanjat saat Raka membuka pintu, dan wanita itu pun berdiri dari duduknya. Ia nampak menghampiri Raka dan mengambil Yaya dari gendongan kakaknya itu. Menggendong Yaya yang masih menangis dan membawa dalam pelukannya.
"Raka kenapa kamu menangis?" Tanya Hardinata dari atas kasur rumah sakit tempatnya berbaring.
Raka masih belum menjawab pertanyaan yang Hardinata ajukan.
Dengan Yaya yang masih berada di gendongannya, Ineke mengusap lembut punggung Raka, guna menenangkan pemuda itu supaya bisa menjelaskan kenapa ia bisa datang dengan keadaan berlinang air mata.
"Raka, ada apa? Cerita pelan-pelan sayang" dengan lembut Ineke berhasil membuat Raka sedikit tenang.
"Om, Tante....."
"Zafran...."
Air muka semua yang berada di ruangan itu seketika berubah tak terkecuali Hardinata, hingga pria itu sedikit mengangkat tubuhnya untuk mendengarkan apa yang akan Raka jelaskan selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semestanya Zafran
Ficção Geral"Kita adalah sepasang rasa yang penuh luka" Kumohon pada semesta untuk berada dipihakku, karena aku hanya punya diriku dan semesta jika ingin membantu.