14. Tidur Nyenyak Saja

460 55 6
                                    

Hari sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam.

Zafran tengah merebahkan dirinya di kamar, mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Rambutnya masih sedikit basah. Pemuda itu baru selesai mandi, setelah dari pemakaman tadi.

Sampai sebuah suara menusuk Indra pendengarannya.

"ZAFRAN!!" Panggil seseorang dari arah dapur.

Segera Zafran berjalan ke arah sumber suara. Dan menemukan ayahnya sedang berdiri di depan kulkas dengan kedua tangan yang ia lipat di depan dada.

"Dasar lambat. Kalo orang panggil itu, CEPAT!"

Anak itu hanya diam, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Sekarang kamu keluar carikan saya makanan, saya lapar"

"Tapi ayah, di luar sedang hujan"

"Kamu pikir saya peduli"

"Kamu belikan sekarang atau saya yang beli sendiri, dan jangan harap kamu bisa ikut makan"

Hardinata melempar uang lima puluh ribu rupiah ke arah putranya.

Tidak bisa berbohong, pemuda itu juga merasa sangat lapar. Ia belum makan apapun dari pagi.

Zafran berjalan keluar rumah, mengeluarkan sepedanya dari bagasi.

Mengayuh sepeda itu di tengah hujan malam yang nampak tidak terlalu lebat, tapi cukup untuk membuat baju dan rambutnya basah.

Mengiringi perjalanan Zafran menuju ke tempat nasi goreng di pinggir jalan.

"Mang, nasi gorengnya dua ya"

"Yang satu pedes, yang satu lagi sedang aja"

"Dua duanya gak usah pake acar, mang"

"Oke, siap Jang, duduk dulu ya"

"Oh iya mang, yang pedes pake telur dadar ya mang"

Di balas acungan jempol oleh tukang nasi goreng tersebut.

Sekitar 10 menit pesanan Zafran sudah selesai. Tapi nampaknya hujan semakin gencar membasahi bumi.

Menjatuhkan setiap tetes air yang akan membasah kuyupkan siapa saja yang berada di bawahnya.

Jika Zafran memutuskan untuk menerobos hujan, di pastikan tubuhnya akan basah kuyup dan berujung dengan masuk angin. Jika ia menunggu hujan reda, itu hanya akan membuat dirinya berakhir di marahi oleh ayahnya.

Sekitar 5 menit Zafran menunggu di tempat nasi goreng. Berharap hujan sedikit mereda dari sebelumnya.

Tetapi malah semakin lebat yang Zafran temukan. Senang sekali semesta mempermainkan dirinya.

Apakah semesta rindu melihat dirinya berakhir dengan luka lebam di tangan ayahnya. Atau semesta rindu melihat Zafran terbaring lemah akibat demam tinggi.

Semestanya Zafran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang