Selamat Membaca!!
Dari ambang pintu, Elmira berdiri diam, menatap luruskan pandangannya ke depan. Wajah manisnya sudah menampakkan ketakutan, mulai memucat. Ibunya, tengah melipat kedua tangannya di depan dada. Wajah wanita itu, sudah seperti ingin memangsa apapun yang berada didepannya.
Tanpa ingin mendengarkan terlebih dahulu alasan dari sang putri. Wanita itu langsung menarik tubuh Elmira kasar. Melempar tas sekolah anak itu sembarangan. Dengan terus terisak Elmira pasrah tubuhnya di seret oleh ibu tirinya itu. Untuk sekarang entah hukuman keji seperti apa lagi yang akan gadis itu terima. Dirinya hanya bisa pasrah, ingin meminta bantuan pun dengan siapa. Tidak ada yang bisa membantu Elmira di tengah keterpurukannya. Gadis itu tidak punya siapa siapa kecuali dirinya sendiri.
Bukan Elmira tak pernah angkat suara untuk membela diri. Tapi ibunya itu seperti sengaja menulikan telinganya, dan berakhir dengan Elmira yang semakin di siksa. Jadi sekeras apapun gadis itu membela dirinya, ia tetap akan berakhir dengan luka lebam oleh ibu tirinya.
Tubuh gadis itu terlempar untuk kesekian kalinya pada ubin yang dingin. Ibu tirinya itu berjalan ke arah dapur, mengambil sapu dan siap untuk melayangkan gagangnya pada tubuh terisak Elmira.
"Mah, sakit mah. Ampun" gadis itu berusaha menahan gagang sapu dengan tangannya dan berakhir dengan bekas membiru. Karena pukulan yang memang bisa dibilang kuat.
"Dasar anak kurang ajar. Berani-beraninya kamu keluyuran" dengan terus memukulkan gagang sapu pada tubuh putrinya.
"Mah maafin Mira, mah"
"Kali ini tidak ada ampun untuk anak seperti kamu" wanita itu menghentikan aktivitas
"kamu tau, saya sepeti orang bodoh, menunggu kamu di depan gerbang sekolah. Sudah untung saya mau jemput dan antar kamu sekolah. Mulai sekarang jangan harap saya mau ngurusin kamu lagi. Dasar anak tidak tau diri!!" wanita itu melempar sembarangan gagang sapu yang sudah bengkok, akibat dihantamkan pada tubuh kecil Elmira.
Wanita itu pergi meninggalkan putrinya yang tengah meringkuk memegangi lebam pada lengannya dengan air mata yang terus ia tumpahkan. Rasanya sakit sekali, semuanya terluka, fisik dan hati gadis itu terluka.
Elmira berjalan gontai kearah sebuah kamar, membuka kenop pintunya perlahan. Mendekati seseorang yang tengah terbaring tak berdaya di atas kasur dengan alat pernapasan yang membantunya untuk bertahan.
"Ayah..." Seru gadis itu lirih.
Gadis itu memegang pergelangan tangan ayahnya yang tampak tertancap infus disana.
"Ayah, sakit ya yah? Yang mana yang sakit yah?" Tanya anak itu. Isakannya semakin menyedihkan terdengar.
Bukan berarti gadis itu kebal dengan pukulan gagang sapu tadi. Tapi gadis itu tau ayahnya lebih merasakan sakit. Ia tidak pernah menceritakan apa yang dilakukan oleh ibu tirinya. Tapi bukan ayahnya tidak tau, ayahnya masih bisa mendengar apa yang terjadi diluar sana. Hanya saja tubuhnya tidak mampu untuk bereaksi sedikit pun. Ia lemah.
Tidak berapa lama, laki-laki paruh baya itu membuka matanya secara perlahan. Diiringi dengan genangan air mata yang membasahi bantal tempat ia merebahkan kepalanya.
"Mira.." ucap lelaki itu pelan.
Elmira langsung mengalihkan pandangannya ke arah sang ayah. Langsung memeluk tubuh tak berdaya ayahnya.
"Ayah, yang mana yang sakit yah? Ayah mau apa, biar Mira ambilkan"
Laki-laki itu hanya menggelengkan kepalanya. Lalu ia melambaikan tangannya perlahan, meminta putrinya itu untuk mendekap tubuhnya lebih lama lagi. Menyalurkan dan berbagi rasa sakit satu sama lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/262623295-288-k118287.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Semestanya Zafran
Ficción General"Kita adalah sepasang rasa yang penuh luka" Kumohon pada semesta untuk berada dipihakku, karena aku hanya punya diriku dan semesta jika ingin membantu.