Selamat Membaca!
"Zafran!" Seru seorang yang membuat empunya nama mengalihkan pandangannya ke sumber suara.
Gadis itu berlari kecil menghampiri pemuda yang tadi ia panggil. Setelahnya berjalan beriringan dengan obrolan ringan diantara mereka.
"Kamu kemarin kemana, kok gak masuk sekolah?"
"Hmm, itu aku kemarin ada acara keluarga"
"Oh, kok gak ngabarin ke anak kelas biar bisa dibuat keterangan izin"
"Iya aku lupa buat ngabarin. Yasudah ayo ke kelas nanti keburu gurunya masuk"
Gadis itu hanya mengangguk kemudian kembali berjalan kearah kelas mereka.
Seorang berseragam dinas tengah menjelaskan materi yang ia tampilkan melalui proyektor. Menampilkan berbagai tulisan dan rumus yang seperti tidak ada ujungnya.
Zafran tengah fokus memperhatikan penjelasan dari gurunya, sampai tiba-tiba kepalanya terasa seperti terhantam benda besar. Segera dia memegangi dan sedikit menjambak rambutnya guna untuk meredam rasa sakitnya. Tapi sepertinya itu tidak bekerja sama sekali. Pria itu meringis kesakitan.
"Zaf, kamu kenapa?" Tanya Elmira panik melihat teman sebangkunya terus terusan menjambaki rambutnya.
"Gak tau Mir. Kepala aku sakit banget"
"Mau ke UKS? Kalau mau biar aku yang izinin ke pak Dika"
"Gak usah, palingan bentar lagi juga membaik"
"Beneran?"
Pria itu hanya mengangguk disertai ringisan kecil yang terus-menerus keluar dari mulutnya.
Elmira lanjut memperhatikan Pak Dika yang tengah menjelaskan materi. Begitu juga dengan Zafran yang berusaha meraih pulpen yang tadi sempat jatuh ke lantai. Dan kembali memperhatikan pembelajaran, walaupun dapat di pastikan anak itu tidak bisa fokus dengan apa yang dijelaskan.
Bel istirahat sudah berbunyi dari beberapa menit yang lalu. Zafran hanya duduk di bangkunya, anak itu tidak jajan ataupun bermain diluar kelas. Ia hanya merebahkan kepalanya pada kedua tangan yang ia gunakan sebagai bantalan.
Sakit di kepalanya sudah sedikit membaik. Anak itu belum makan bahkan tadi dia tidak sarapan, bibi Narsih tidak kerumah karena anaknya yang masih sakit. Jadi Zafran memilih untuk langsung berangkat saja. Uang jajan saja dia tidak punya. Ayahnya tidak akan pernah memberinya uang jajan secara langsung. Biasanya Bi Narsih yang akan memberi uang jajan untuk anak itu.
Elmira terus memperhatikan teman sebangkunya itu. Ia ingin bertanya mengenai kondisi Zafran tapi gadis itu masih merasa canggung dikarenakan mereka yang baru saling mengenal. Gadis itu berjalan kearah meja Zafran di sebelah mejanya. Meletakkan susu kotak rasa coklat dan roti sandwich juga dengan rasa yang sama pula.
Zafran melihat ke orang yang memberi makanan untuknya. Ia menemukan Elmira dengan senyum manisnya.
"Buat kamu, kamu belum makan kan?"
Zafran masih terdiam, memandangi makanan dan pembawa makanan itu secara bergantian.
"Kok diam aja, makan aja gapapa"
"Kamu gak suka?"
"Bu..bukan gitu, iya ini aku makan. Makasih ya, Mir"
"Iya sama-sama" gadis itu duduk di bangkunya sebelah bangku Zafran.
Pria itu menyuap roti dan juga susu kotak itu dengan terpaksa. Zafran tidak bisa makan makanan dengan rasa coklat. Ia pernah jatuh sakit hingga sulit bernafas dan nyeri di perut saat di beri permen coklat oleh temannya sewaktu kecil. Jadi anak itu tidak pernah ingin memakan apapun yang berbau coklat. Bukan ia tidak suka dengan rasanya, rasanya enak. Tapi ia tidak suka karena itu akan membuat dirinya tersiksa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Semestanya Zafran
Ficção Geral"Kita adalah sepasang rasa yang penuh luka" Kumohon pada semesta untuk berada dipihakku, karena aku hanya punya diriku dan semesta jika ingin membantu.