33. Maafkan Ayah, Zafran

161 20 2
                                    

Selamat Membaca!

Bau obat-obatan menyeruak menusuk ke Indera penciuman. Ada sedikit trauma yang Zafran rasakan ketika berjalan menyusuri lorong rumah sakit siang itu. Ia berjalan perlahan menuju ke sebuah ruangan. Zafran pikir akan ada banyak orang di sana karena yang Zafran ketahui Jevano berasal dari keluarga yang terpandang. Namun hanya ada seorang wanita paruh baya yang sedang membersihkan tubuh putranya dengan handuk basah.

Perlahan Zafran membuka kenop pintu dan mengalihkan atensi orang di dalamnya.

"Tante" Zafran berjalan menyalami tangan Rania. Wajah wanita itu begitu sendu, matanya sembab karena terlalu sering mengeluarkan air mata.

"Bagaimana keadaan Jevano?"

"Jevano tadi sempat siuman, masa komanya juga sudah lewat. Tapi kata dokter tidak ada perubahan dari kondisi anak Tante"

Zafran mengalihkan pandangannya ke arah Jevano yang masih terbaring lemah tak berdaya.

"Zafran, Jevano bisa sembuh kan?"

"Jevano pasti sembuh, Jevano pasti sembuh. Zafran janji sama Tante Jevano pasti sembuh"

Rania tersenyum dan mengusap lengan Zafran sembari menghapus air matanya.

"Van makasih udah mau bertahan, sebentar lagi Van, sebentar lagi" Zafran tersenyum ke arah Jevano. Melihat bagaimana sahabatnya terbaring lemah tak berdaya membuat hatinya begitu sakit. Kesalahan apa yang pernah Jevano perbuat hingga ia harus menanggung ini semua.

"Tante, Zafran tinggal sebentar ya"

Dengan kepala yang masih terasa sakit, Zafran berjalan meninggalkan ruangan di mana Jevano masih terbaring lemah. Zafran pikir ia bisa menanyakan banyak hal pada temannya itu, namun Zafran masih menemukan mata Jevano yang tertutup rapat. Tapi Zafran sedikit lega karena Jevano berhasil melewati masa kritisnya.

"Operasi harus dilakukan secepatnya, Zafran. Kalau tidak kondisi Jevano akan kembali melemah dan kita tidak bisa berjuang lebih lama untuk bisa membantu Jevan"

"Beri saya waktu satu hari lagi dokter. Besok lusa saya akan datang lagi ke sini dengan segala kesiapan dan konsekuensinya"

"Sekali lagi saya ingin memastikan, apakah kamu benar-benar siap. Walau nyawa kamu yang menjadi taruhannya"

"Ayah, maafin Zafran. Akhirnya sekarang Zafran bisa ngerasain bagaimana dipeluk ayah"

"Zafran mohon peluk Zafran yah, peluk Zafran yang lama, jangan biarin Zafran pergi. Zafran mau terus di sini sama ayah"

"Zafran?!"

"Boleh ayah peluk Zafran lagi?"

"Maafkan ayah Zafran. Maafkan ayah nak"

"Dengan semua yang sudah ayah lakukan pada Zafran. Zafran berhak untuk membenci ayah"

"Kata maaf gak akan pernah bisa menebus semua kesalahan ayah pada Zafran"

"Saya sudah sangat siap, dok. Saya sudah dapatkan kembali apa yang sempat hilang dari hidup saya"

"Jevano berhak untuk hidup lebih lama dokter. Ia punya keluarga yang lengkap yang begitu sayang padanya"

.
.
.
.
.

"Raka bisa bantu saya?"

"Ayo om Raka bantu"

Raka mendorong perlahan kursi roda yang diduduki oleh Hardinata. Menyusuri setiap lorong rumah sakit. Menghampiri ruangan tepat Jevano dirawat dan tidak menemukan ada Zafran di sana.

Semestanya Zafran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang