Selamat Membaca!
....
"Tante, apa yang terjadi dengan Jevano?"
"Raka?!"
"Tadi jantung Jevano sempat berhenti, Tante panik dan langsung manggil dokter"
Rania menangis begitu pilu. Hingga siapapun yang mendengarnya bisa merasakan apa yang wanita itu rasakan. Suami Rania yang terus-menerus mengusap punggung sang istri guna menenangkannya. Wajahnya mungkin terlihat tegas tapi bukan berarti matanya tidak menunjukkan kesedihan yang sama.
Tuan Algerian bahkan tidak mengucapkan sepatah katapun, ia terlihat tenggelam oleh situasi. Jevano mungkin memang anak tirinya, tapi pria paruh baya itu sudah menganggap Jevano seperti anak kandungnya sendiri dan memperlakukan Jevano dengan sebaik-baiknya.
"Tante takut Raka"
"Tante tenang ya. Raka yakin Jevano pasti akan baik-baik saja"
"Iya, Ran. Lebih baik sekarang kita berdoa untuk kesembuhan Jevano maupun Zafran"
Rania mengangguk mendengar ucapan Ineke. Ineke pernah berada di posisi yang sama seperti Rania sebelumya. Melihat situasi saat ini, wanita itu seperti terluka kembali.
Tuan Algerian atau bernama lengkap Bima Ibnu Algerian, nampak mengedarkan pandangannya ke sana kemari. Ia mencari keberadaan Hardinata di sana. Seperti yang diketahui, Hardinata adalah salah satu karyawan yang bekerja di perusahaan miliknya.
Sehari sebelum kecelakaan yang menimpa Hardinata, terjadi perdebatan antara Hardinata dan Bima di kantor. Hardinata terancam turun pangkat. Lantaran Zafran yang menghajar Leo di sekolah, sehingga Leo berakhir dengan luka lebam di wajahnya.
Padahal jika ingin tau, wajah Zafran jauh lebih kacau dari Leo. Selain itu, yang menghajar pertama kali bukanlah Zafran melainkan Leo. Tetapi rasanya jika Zafran menjelaskannya sedemikian rupa, Hardinata tidak akan pernah peduli.
Hal tersebutlah yang menimbulkan kemarahan besar Hardinata, sehingga ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, agar secepatnya bertemu dengan Zafran guna memberikan anak itu pelajaran. Namun takdir berkata lain, Hardinata mengalami kecelakaan dan harus berakhir dengan kelumpuhan yang menyebabkan dirinya tidak bisa berjalan lagi. Kebenciannya terhadap Zafran semakin menguasai dirinya.
"Dokter, bagaimana keadaan anak saya?"
"Kondisi Jevano semakin melamah, kita harus segera menemukan donor jantung yang cocok untuk Jevano. Kalau tidak secepatnya, sesuatu yang buruk mungkin saja akan terjadi"
Rania menangis kencang dengan menutupi mulutnya. Ia tidak ingin tangisnya yang begitu pilu terdengar hingga ke penjuru rumah sakit.
"Kita berdoa saja kepada Tuhan. Semoga secepatnya Jevano mendapatkan donor jantung itu"
"Kalau begitu saya permisi"
"Iya dokter, terima kasih"
Dari dalam ruangan sebelah, setetes air mata mengalir dari manik indah milik Zafran. Dengan jelas, Zafran bisa mendengar semuanya dari dalam ruangan tempat ia te berbaring.
Zafran tidak tahu menahu kalau kondisi Jevano separah itu. Zafran kembali gagal menjadi seorang sahabat. Kehadiran dirinya memang benar-benar membawa banyak kesialan bagi orang-orang terdekatnya, begitu Zafran mendefinisikan dirinya. Setidaknya ia harus berguna sekali saja seumur hidup yang ia punya.
Raka kembali ke ruangan Zafran bersama Ineke.
"Tante?"
"Zafran!"
"Tante bagaimana keadaan ayah?"
Ineke tersenyum, sembari mengusap lembut pucuk kepala Zafran.
"Ayah Zafran baik-baik saja. Sekarang yang terpenting, Zafran harus cepat sembuh ya"

KAMU SEDANG MEMBACA
Semestanya Zafran
Ficção Geral"Kita adalah sepasang rasa yang penuh luka" Kumohon pada semesta untuk berada dipihakku, karena aku hanya punya diriku dan semesta jika ingin membantu.