5. Abang Hanya Ingin Ayah Bangga!

669 90 2
                                    

Hidup bagaikan selembar daun yang jatuh pada aliran sungai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidup bagaikan selembar daun yang jatuh pada aliran sungai. Ia akan selalu mengikuti kemana arus sungai itu mengarah. Menemukan banyak rintangan, yang akan membuat ia terus berjalan sampai ke akhiran sungai atau berakhir tenggelam.

~~~

Setiap detiknya terasa begitu cepat berlalu. Hari berganti Minggu, Minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Begitu seterusnya.

Pagi ini, Zafran sedang duduk di teras rumahnya. Sembari memasang kaos kaki dan sepatunya, anak itu menatap ke arah depan, melihat anak-anak yang satu sekolah dengannya lewat bersama orang tua mereka.
Kembali hatinya serasa dihimpit sebuah benda besar, terasa sesak. Itu yang Zafran rasakan.

Ya, hari ini Zafran akan ada acara kelulusan di sekolahnya. Seperti sebelum-sebelumnya hari ini dapat dipastikan ayahnya tidak akan pernah sudi untuk datang ke sekolah atau bisa dibilang Hardinata sudah tidak peduli dengan urusan yang berhubungan dengan putranya itu. Otomatis bi Narsih lah yang akan pergi ke sekolahnya Zafran.

Sekeras apapun usaha Zafran untuk membujuk ayahnya, sampai ia rela untuk jatuh dan tersungkur berkali-kali, Hardinata tetap tidak akan pernah menghiraukan anak itu lagi. Baginya Zafran adalah orang asing, dan pembawa dampak buruk untuk dirinya.

🌻🌻🌻


"Zafran Adiputra"
Seorang pria berseragam coklat memanggil nama Zafran dengan sebuah piala, hadiah dan selembar amplop keterangan lulus/tidak lulus.

Bi Narsih berdiri dan menghampiri wali kelas Zafran itu, dengan sangat bangga.

"Bu, selamat ya, Zafran mendapatkan juara pertama, nilainya juga bagus-bagus semua. Dia anak yang sangat cerdas dan baik hati, ayahnya harus berbangga bisa mempunyai anak seperti Zafran" Ucap Pak Teguh.

Bi Narsih tersenyum getir menanggapi ucapan Pak Teguh. Sekali perempuan itu menoleh ke belakang untuk memastikan Zafran dengan wajah bahagianya. Perempuan itu tersenyum dan kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Segera menyalami tangan Pak Teguh dan kembali duduk disebelah anak yang sudah ia urus selama hampir 15 tahun itu.

Sosok bi Narsih lah yang menjadi pengganti peluk ibunya, di saat ayahnya tak sudi untuk mendekap tubuh putra kecilnya itu. Dengan bangganya Bi Narsih menepuk punggung dan mengelus pucuk kepala anak itu. Menyalurkan rasa bangga serta bahagianya dan di balas senyuman manis oleh Zafran.

"Abang hebat banget. Abang dapat juara pertama. Ini piala dan hadiah buat Abang. Abang pantes dapetin penghargaan ini. Bibi bangga sekali sama Abang"
Memeluk tubuh Zafran

"Terima kasih bibi. Nanti di rumah Abang mau ngasih tau ini ke ayah. Ayah pasti bangga sama Zafran. Kan bi?"

"Iya sayang, ayah Abang pasti bangga mempunyai anak seperti Zafran"

Semestanya Zafran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang