Bab 25

1.3K 101 0
                                    


Bersender pada ujung meja kerja panjang dari kayu pohon mahoni dengan sebilah tangan memegang gelas kristal berisi brandy. Ia memutar-mutar minuman yang ada dalam telapak tangan besarnya. Pertimbangan yang ada dalam kepala pria itu begitu serius. Kemeja bersih menghiasi bahu lebar dan kekar sang raja. Lucien tidak bisa menunda laporan yang akan ia dengar dari Dr. Sofia. Peperangan mengambil paksa waktu yang ia punya untuk memantau kesehatan sang istri dan anaknya.

Sang dokter masuk teratur dan menggumamkan kedatangan dirinya. Emosi sang raja tampak aman terkendali setelah mendengar jawaban yang ia harapkan dari bibir Sofia. Lucien memunggungi dokter itu selama perbincangan singkat mereka. Rona merah pada telinga sang raja menggambarkan ia tengah tersipu malu dalam dunia kecilnya sendiri.

Lucien menyesap brandy yang berkilat-kilat cokelat keemasan karena pantulan cahaya lilin di atas lemari. "Katamu aman untuk melakukannya?"

"Iya, Your Majesty. Anda hanya perlu berhati-hati." Sofia memusatkan perhatian pada sebuah jam yang menempel di dinding.

"Selama aku pergi, apakah Her Majesty mengalami masalah selama kehamilannya?" Suara sang raja rendah dan berat.

Sang dokter menatap kagum pada Lucien. "Her Majesty merasakan hal-hal yang memang umumnya terjadi pada calon ibu. Semakin waktu bergulir—dan kandungan beliau bertumbuh besar, Her Majesty mulai pegal-pegal di beberapa bagian tubuhnya." Sofia mengangkat dagu. "Ini sebagai akibat dari tubuhnya meregang secara alami guna menunjang perkembangan kandungan."

Gelas kristal yang telah kosong itu tergeletak di meja. Sang dokter benci ketenangan yang ditunjukkan sang raja. "Apa yang bisa dilakukan seorang suami pada istri yang mengalami hal itu?"

"Anda boleh memijat Her Majesty. Tetapi pada tempat yang diizinkan untuk dipijat dan pijatan itu tidak boleh terlalu kencang."

"Aku bertanya untuk kenalanku, Sofia!" protes sang raja berbalik dan memberi tatapan menusuk. Sofia merasa tulang-tulang di balik kulitnya memukul-mukul.

"Maksud saya teman Anda, Your Majesty. Siapapun pria itu ia dapat mencoba saran dari saya," ralat sang dokter terburu-buru. Raut Lucien seketika puas.

"Saranmu akan kusampaikan."

Sofia sadar sang raja mengelak menunjukkan perhatian bagi sang ratu di depannya. "Semoga bisa membantu teman Anda, Your Majesty."

Lucien merenggangkan otot-otot leher. Sang dokter melintas mulus keluar dari ruang kerja. Sofia bahkan sampai lupa memberikan hormat pada sang raja. Apa yang dimimpikan Sofia pada malam hari sehingga bertemu sosok Lucifer yang mengintimidasi di balik meja kerja.

Suara decitan pintu mengalihkan perhatian sang raja sekali lagi. Sang kepala pelayan menembus masuk. "Ada yang harus saya sampaikan, Your Majesty." Alis Lucien terangkat penasaran.

"Kau bilang apa? Ucapkan sekali lagi." Air muka Lucien mengeras.

***

Zera berhasil menangkis tamparan Lady Vivianette yang diarahkan ke wajah pengawal pribadinya, Alex. Lady Vivianette terperangah dengan intervensi sang ratu yang mendadak muncul. Napas Zera hampir habis tapi ia lega. Ia tepat waktu dan menghalangi harga diri Alex diinjak-injak. Alex tak pantas diperlakukan semena-mena. Demi Tuhan, Alex ialah seorang pangeran! Alex tesentak bukan akibat perlakuan sang lady tua. Ia sadar sang ratu berjalan cepat nyaris berlari kesetanan.

"Hentikan semua tingkah laku Anda itu!" ketus Zera memegang perut dan ikal-ikal rambutnya mencuat keluar dari jepit.

Dengan mengerutkan dahinya, Lady Vivianette secara spontan balas membentak sang ratu yang wajahnya memerah, "Tidak usah ikut campur dengan urusanku!"

I Married the King Who Burns Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang