Bab 7

3.9K 237 1
                                    


Hentakan mantap disertai amarah dari pria bertubuh besar mendekat ke arah pintu perpustakaan. Lucien menggepalkan jemari menusuk telapak tangan. Suara raungan. Firasat Zera mengatakan suaminya berada dekat di sekitarnya. Ia melirik pada jam dinding besar dari kayu mahoni. Waktu menunjukkan sore menjelang malam. Zera terperanjat dari kesadaran. Sembunyi satu-satunya penyelesaian.

Menghindar menjadi jalan pelariannya akhir-akhir ini dari serangkaian kemalangan yang menimpa. Kemarin kutukan dan penyihir. Saat ini suaminya sendiri. Zera menaruh satu jari pada bibir menyuruh para pelayan agar bungkam. Ia mengangkat rok gaunnya dan melaksanakan aksinya.

Zera lurus ke depan, kemudian berbelok ke kanan sebanyak dua kali, dan terakhir ke kiri satu kali. Ia menemukan sudut terpencil dari ruangan raksasa itu. Tersembunyi di jalan buntu. Ia menyelipkan tubuh pada sela lemari, menekuk kaki, menunduk dan menyembunyikan kepalanya.

Lucien menakutkan.

Wanita itu memutar ujung rambut panjangnya yang tergerai menutupi bahu. Ia berpikir keras. Lucien jenis pria yang dirasa tak sabaran. Apa yang menjadi keinginannya harus terwujud. Dan Zera sekali lagi bagian hidup Lucien. Jantungnya berdegup.

Jika seperti ini terus. Jantungku akan rusak.

Sebilah tangan Lucien masuk pada saku celana panjang. Ia begitu santai. Bersiap menerkam kelinci kesukaannya. Para pelayan sang ratu berbaris berdekatan menyambut sang raja.

"Dimana Her Majesty?" ucap Lucien dengan air muka dingin.

"Her Majesty telah—, Your Majesty," jawab Jasmine meremas tangannya.

Marcoxius yang tanggap mengikuti Lucien kemana pun dihentikan oleh sang raja. Lucien tak ingin siapapun berada di dekatnya. Pencarian ini akan menjadi kesenangan dirinya. Zera selalu bisa menghibur suaminya. Ia menyeringai. Lidahnya menjilat bibir bawahnya. Aroma buku-buku tua yang telah ada ratusan tahun terkalahkan oleh aroma khas dari istrinya.

Belokan yang diambil menuntun Lucien semakin mendekat pada istrinya. Ekor gaun Zera tertangkap mata oleh Lucien. Rupanya Zera gemar bermain kucing-kucingan. Di sudut itu Lucien menemukan Zera berlindung diantara rak-rak buku.

"Aku menemukanmu, Istriku," ucap Lucien riang. Zera mendongak pupil matanya besar. Lucien menyambut dirinya. Tubuh tinggi dan besar Lucien menghalangi jalan keluar Zera.

"Aku tidak bersembunyi, Your Majesty. Aku hanya sedang—mencari buku bacaan," elak Zera juga melemparkan senyum terpaksa. Lucien mendekat dan berlutut dengan satu kaki.

Diangkatnya dagu Zera. "Aku mencarimu kau tahu, kau sulit—ditemukan." Lucien menjatuhkan ciuman mendesak. Bibirnya meraih bibir Zera. Mengecapnya perlahan. Ia mendesak Zera membuka mulutnya. Lidahnya masuk dan menjamah setiap rongga dari mulut sang istri. "Jangan ulangi lagi, Istriku." Lucien menangkap lidah Zera dan melingkupi dengan lidahnya sendiri. Sensasi hangat menjalar pada tubuh mereka.

Zera mendesah akan kenikmatan hanya dari cumbuan Lucien. Pria itu melepas sarung tangannya. Lucien menurunkan gaun Zera sampai kedua payudara penuh istrinya menyembul keluar. "Your Majesty, jangan disini," tutur Zera lembut.

"Tak apa, Istriku. Mereka tak akan mendengarnya. Jika kau—tak banyak mendesah." Air muka Lucien berubah serius. Sang raja yang tak terbantah. Lucien menjilat dada Zera. Ia mengulum dengan kelihaian bibirnya. Lidahnya mencapai puncak payudara wanita itu.

Zera terengah-engah terduduk dan berpegangan pada bahu kuat Lucien. Napasnya menghembuskan telinga Lucien. "Ya Tuhan, apa yang kau lakukan pada tubuhku, Your Majesty."

I Married the King Who Burns Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang