Bab 23

1.1K 128 4
                                    


Udara dingin dan kegelapan malam bukan teman yang cocok bagi ibu yang tengah mengandung. Bayangan wajah Lucien yang tak bernyawa menghantui Zera setiap detik. Bila ini merupakan takdir yang telah disuratkan bagi hidupnya, ia memilih tak pernah bertemu dengan suami tercintanya. Zera rela tak mencicipi indahnya rasa cinta yang ia rasakan dan ia bagi untuk Lucien. Pedih itu membunuhnya perlahan. Siapa pun yang hadir dalam mimpi malapetakanya. Semua akan terbukti saat ia berjumpa dengan pria itu.

Berlapis-lapis pakaian membalut Zera guna menyembunyikan perutnya. Ia dan Alex memakai jubah sederhana dan tudung menutupi kedua wajah mereka. Melalui pintu belakang mereka mulus melewati prajurit yang tengah berbincang di sebuah sudut istana. Anggukan terakhir pada Sebastian memulai keluarnya mereka dari istana. Sang ratu dan sang pengawal menembus masuk ke dalam hutan. Busur dan anak panah miliknya yang disembunyikan di balik sebuah pohon diambil oleh Zera.

Anugerah yang dirasakan Zera paling utama kala hamil ialah kutukan itu tak pernah datang lagi sejauh ini pada Bulan Purnama. Dan hari ini sang purnama datang. Pelarian mereka menjauhi istana cukup menguras energi sang ratu. Zera tersengal-sengal dan bersender pada batang pohon, sebelah tangannya memegang pinggul.

"Sebentar, biarkan aku mengatur napas, Alex."

Bulan Purnama menguntungkan Alex yang merupakan bangsa Werewolf. Ia mencapai puncak kekuatan penuh. Alex merubah dirinya menjadi serigala putih besar dengan bulunya yang bertaburan gemerlap perak sama dengan rambutnya kala berwujud manusia.

"Naiklah ke atas punggungku, Ma'am. Aku usahakan untuk meminimalkan guncangan. Cara ini lebih efektif ketimbang kita berjalan kaki," usul sang pengawal. Serigala putih itu besar. Taring tajam tampak pada kedua sisi. Cakar panjang mencuat dari keempat kaki itu. Binatang itu tercipta untuk menyerang dan mengoyak mangsa.

Alex menundukkan tubuhnya guna memudahkan sang ratu naik ke atas punggungnya. "Pegangan yang erat, Ma'am." Zera tertegun pada hewan yang satu ini. Dan hewan ini ialah sang pengawal setia.

"Mari kita mulai pencarian. Semoga sang pencipta berpihak pada kita," tekad wanita itu berpegangan erat pada bulu tebal sang serigala.

Gerbang terkutuk yang digambarkan Sebastian dengan ala kadarnya tak menunjukkan tanda-tanda keberadaannya. Sang ratu dan Alex mengelilingi bagian dalam hutan itu, namun hasilnya nihil. Zera tak putus asa begitu saja. Ia berkata dalam hati memanjatkan harapan dan doa tulus serta berserah diri.

Siapapun tolong aku menemukan pintu itu! Aku harus menyelamatkan Lucien!

Sekonyong-konyong area di sekeliling hutan lebat itu bergetar hebat, tanah merekah dan membelah di seberang mereka, muncul dua buah batu besar di tengah-tengah hutan. Kedua batu itu memancarkan sinar emas. Di samping itu, Bulan Purnama semakin memancarkan sinar keperakan. Lengan sang ratu mulai bermuculan garis-garis abstrak berwarna emas. Apapun yang terjadi ia akan bertahan pada rasa mematikan itu. Air muka panik menjalar hingga tengkuknya panas, ia merinding takut. Bukan takut akan kutukan yang mungkin datang lagi tapi takut ia gagal menyelamatkan sang suami.

"Alex, lihat ke sebrang sana! Cepat lari ke antara celah dua batu besar itu. Jangan ragu dan yakinlah bahwa kita akan berhasil," teriak sang ratu mencondongkan badan ke depan. Permohonan hatinya terucap sekali lagi kali ini penuh kesungguhan.

Aku ingin bertemu dengan Lucien!

Dengan sekejap mata, sang ratu dan si pengawal masuk ke dalam dimensi lain yang sulit dipercaya oleh orang awam pada umumnya. Keanehan tubuh sang ratu yang dengan sendirinya mengarahkan kemana Alex harus melangkah, seakan-akan semua itu sudah wanita itu pahami sejak lama sebelumnya.

I Married the King Who Burns Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang