Bab 48

1.1K 90 0
                                    


Liburan keluarga kecil kerajaan berlangsung dengan penuh keharmonisan. Pada pagi hari mereka berjalan-jalan di sekeliling taman dengan para pangeran. Tengah hari mereka mengadakan piknik di pinggir danau. Dan pada malam hari Lucien dan Zera tidur sambil berpelukan. Mereka tak terpisahkan.

Rutinitas mereka selama dua minggu berturut-turut.

"Wah! Sekarang kalian mulai bisa berguling ke kanan dan kiri, ya."

Tingkah laku para pangeran kecil sangatlah menggemaskan, Zera yang baru tiga bulan lebih merasakan menjadi seorang ibu mampu menghabiskan seluruh waktu liburannya untuk bermain bersama anaknya.

Di samping itu, Lucien sering merajuk dan tak mau mengalah dengan anak-anaknya. Pria itu bisa pergi satu harian penuh dengan Benjamin entah ke mana. Pulang dengan membawa aroma maskulin, campuran keringat, bau kuda, hutan, cendana, dan aroma khas tubuh pria jantan.

Tawar-menawar untuk memenangkan hati dan perhatian Zera berlangsung sengit antara Matheo, Rayner, dan Lucien. Libur cuti panjang sebagai pemimpin sebuah kerajaan adalah hal yang amat langka bagi sang raja. Bermanja ria dan mendapatkan waktu Zera seutuhnya, merupakan anugerah terindah yang takut Lucien bayangkan.

Bunyi ketukan pintu dari luar.

Alex masuk dan menyampaikan sebuah surat yang tersegel lambang Kerajaan Wolvbergh. Ia menyadari ada bahaya mengancam melalui instingnya yang terlatih.

Sebuah anak panah melesat kencang, mengarah pada sang raja. Alex yang sadar akan hal itu spontan memasang badannya untuk melindungi Lucien yang tengah lengah itu. Tatapan Lucien tak pernah meninggalkan sang istri. Zera berteriak kencang memanggil para pengawal kerajaan.

"Lindungi His Majesty dan para pangeran!" seru Zera dengan suaranya yang bergetar.

Baroness Eli dan Lisa berlari mengamankan kedua pangeran. Dari tangan Lucien, tampak simbahan darah yang cukup banyak. Kepanikan menyelimuti pikiran Zera yang terguncang. Lidahnya seperti mati rasa.

Bukan suaminya yang terluka.

"A-Alex!" rintih Zera mendekat dengan gemetar.

Lucien memapah tubuh Alex yang terhuyung ke arahnya. Pinggang bawah Alex terkena anak panah ketika berusaha melindungi sang raja. Alex mencengkram surat dan menyerahkannya dalam keadaan setengah sadar.

"Panggilkan dokter kerajaan!" titah Lucien tenang dan berwibawa.

Hidung Zera kembang kempis karena menangis, ia menggoyang-goyangkan tubuh pengawal setianya itu. "Alex... bertahanlah! Jangan mati, aku mohon...."

Salah seorang dokter pribadi kerajaan datang dan memeriksa keadaan Alex. Tubuh Alex mulai berkeringat dingin, akibat efek dari anak panah yang masih menancap di tubuhnya.

"Anak panah ini mengandung perak dan sangat berbahaya untuknya," ucap sang dokter kecewa.

"Lucien, tolong selamatkan Alex. Aku rela memberikan darahku jika dibutuhkan," pinta Zera sambil terisak pilu. Matanya sembap.

"Zera, keluar dari ruangan ini dan jaga anak-anak. Percayakan padaku," tegas Lucien. Pembawaan dirinya yang tenang, memberikan energi kepercayaan pada wanita itu. Zera yang awalnya menolak pun menuruti sang suami.

Dengan dadanya yang terasa sesak, Zera pergi dari ruangan itu, tangannya terkepal kuat di masing-masing sisi. Matanya memerah.

Langkah lemah Zera sampai ke lorong. Ia mengambil sapu tangan dari tas yang tergantung di lengannya. Tatapannya lurus ke depan dan tak tergoyahkan.

Sudah cukup pengorbananmu, Alex. Aku senang Lucien selamat, tetapi di sisi lain, aku juga hancur karena kau terluka. Aku akan mengembalikan posisimu yang seharusnya kau duduki. Takdirmu bukan seperti ini!

I Married the King Who Burns Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang