Bab 10

2.9K 204 0
                                    


Bertubi-tubi masalah menimpa Zera. Lucien yang jarang tidur dengan kedamaian dikejutkan oleh erangan sang istri. Zera meringkuk memeluk lututnya. Mencoba cara apapun yang dapat dilakukan guna meredakan rasa sakit luar biasa yang menyiksa. Apa yang akan dikatakan Anna dan Sam? Mereka selalu ada di sisinya. Mengobatinya. Tidak untuk sekarang.

Racun. Kesimpulan Lucien bulat bahwa sang istri telah di racun. Ia mengenali beberapa jenis racun dari pengalaman. Berani-beraninya bangsa Werewolf melakukan ini. Apa cara yang harus ia pilih? Sumpah demi apapun. Ia tak ingin meminum darah istrinya. Jeritan pilu Zera merasakan tubuh yang bagai di panggang hidup-hidup. Berpikir secara cepat untuk menyelamatkan istrinya dari rasa sakit itu. Lucien melihat, mengamati, dan memeluk Zera.

"Demi Tuhan, kau diracun. Apa yang kau minum—selama aku pergi? Siapa yang memberikanmu racun itu?" Lucien mengutuk segala makhluk yang hidup di bumi. Ia memerlukan Pendeta Kuil Suci dan Dokter Kerajaan.

Zera membalas tersenggal-senggal, "Ti-tidak."

"Tidak? Kita harus pergi dari istana terkutuk ini. Aku akan membalas semua yang mereka perbuat padamu. Tugasmu tetap bersamaku. Jangan pejamkan matamu," ringis Lucien mencengkram bahu Zera.

"Jangan, Your Majesty. Aku mohon!" Zera menyentuhkan sebilah tangan diatas tangan sang suami. Menenangkan amukannya.

"Permintaanmu ditolak! Kau tersiksa, Sayang. Aku berjanji melindungimu."

Mata Zera menyipit, ketakutan akan kematian menghampirinya. "Bukan racun. Ini kutukan. Sudah terjadi saat aku bayi."

"Siapa yang mengutukmu?"

"Tak ada yang pernah tahu. Asal kutukan ini." Remasan jemari Zera pada Lucien mengerat. Ia butuh tumpuan.

Cara terakhir akan Lucien lakukan. Pria itu terhimpit. Tak ada pilihan lain. Tenggorokannya bergerak menelan ludah susah payah. Tahun demi tahun ia lewati mengendalikan napsu akan darah manusia. Satu sapuan sorot melihat tepat ke arah leher Zera. Ia menggeser helaian demi helaian rambut Zera. Menyelipkannya ke belakang kuping wanita itu.

Keraguan menghujam segala perbuatan yang harus dilakukan. Lucien ragu akan keputusannya. Segala tentang luka pada keseluruhan jiwa dan tubuh Zera. Lucien akan kehilangan akal.

Haruskah sampai sejauh ini? Sialan.

Lucien meremas rambutnya. Mengacak-acak frustasi. Diendus dan jilat leher Zera yang terbuka. Menampilkan nadi yang berdenyut-denyut bagai mengais hidup. Semakin menyelam dalam penyesalan bahwa ia harus meminum darah sang istri. Dapatkah ia memenangkan pengendalian diri dan berhenti tepat waktu?

Gigi taring Lucien menancap pada kelembutan kulit Zera. Rona kulit putih yang bersemu merah meneteskan darah segar. Zera tersentak dalam linangan air matanya.

Zera memukul-mukul dada Lucien. "Apa yang kau lakukan padaku?" Wanita itu merasakan sensasi aneh. Gambaran yang sulit dijelaskan.

Lucien menghisap darah seraya matanya terpejam. Kepuasan dan kesenangan duniawi yang diperoleh olehnya. Ia akan menukar jiwanya jika kelak beroleh kenikmatan itu. Darah istrinya lagi. Seorang wanita yang telah ia temukan.

"Kau menyakitiku!" lirih Zera merasakan aliran darahnya tersesap.

Pandangan menjadi buram, Zera melihat titik-titik kecil hitam. Ia menengadah berpasrah pada keadaan. Tangannya terkulai, sisa-sisa energi berputar-putar pada jantung yang terus memacu aliran darah ke seluruh tubuh.

Simbol itu meredup. Berangsur-angsur menghilang beriringan dengan banyaknya darah terambil. Seteguk demi teguk cecapan rasa dahaga hilang kendali. Meningkat tajam. Lucien belum pernah sehaus ini. Tenggorokannya bagai kering walau terus terisi.

I Married the King Who Burns Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang