Bab 6

4.7K 253 2
                                    


Meja panjang yang terbentang di tengah-tengah ruang makan istana menyajikan berbagai macam hidangan mewah. Daging domba dan sapi panggang tercium memenuhi indera penciuman. Sebastian dan para pelayan menunggu kedatangan Raja dan Ratu mereka. Dengan membawa hampir seluruh pegawai kastel terdahulu ke istana yang baru. Kepercayaan pada orang baru sulit untuk Lucien yang hidupnya penuh bahaya.

Kemesraan yang tak pernah ditunjukan oleh anggota kerajaan kelas atas bahkan pemimpin kerajaan tertinggi. Aturan tata krama yang berlangsung ratusan tahun tak berlaku bagi sang raja. Lucien menggendong Zera memasuki ruang makan itu. Para pelayan menganga. Sebastian mengerutkan alis dalam-dalam. Luar biasa melanggar peraturan dan tatanan kerajaan.

"Sebastian, hanya satu kursi yang boleh ada pada meja ini." Lucien duduk seraya memangku sang istri. Si kepala pelayan segera mengangguk.

"Your Majesty, lalu aku duduk dimana?"

Lucien menepuk pahanya dengan santai. "Disini."

Keraguan sampai pada hati kecil Zera. "Apakah aturan kerajaan seperti itu?"

"Aku adalah hukum di kerajaan ini," sahut Lucien. Pria super angkuh ini benar-benar memusingkan.

Sarapan pagi dalam rengkuhan pria besar. Kehangatan Lucien menyentuh punggung Zera. Seorang raja melayani istrinya makan? Ya, Lucien melakukan semua itu. Suapan demi suapan begitu lahap masuk ke dalam mulut Zera. Makanan itu mengingatkan Zera pada Anna dan Sam. Mereka selalu makan bersama dalam satu meja. Segulung rasa rindu menempa hatinya.

Andai ayah dan ibu ada disini. Apakah Your Majesty dapat menerima mereka?

Perhatian Lucien tumpah pada Zera. Inilah yang ia inginkan. Bukan memasuki ruang makan disambut dengan tatapan jijik oleh sang ratu terdahulu. Masa-masa kelam itu. Zera menyantap makanan dengan lahap dan penuh rasa syukur.

Lucien menyisir ke belakang helaian rambut Zera yang mengganggu dirinya. "Santai saja, persediaan makanan takkan habis, Istriku."

"Your Majesty, kau juga harus makan."

"Perutku kenyang hanya dengan melihatmu."

Zera mengambil sandwich berisikan tuna. "Pria sebesar dirimu butuh energi banyak, jangan mengelak. Makan ini—kau akan suka."

"Belum apa-apa tapi kau sudah pandai mengatur rupanya," sindir Lucien membenamkan dagunya di atas kepala Zera.

Barisan para pelayan memasuki ruangan dengan nampan-nampan penuh makanan lagi. Zera merasa semua ini akan terbuang sia-sia. Bayangkan saja hanya ia dan Lucien yang bertugas memakan semuanya. Ia benci membuang makanan. Anna dan Sam selalu mengajarkannya untuk menghargai setiap makanan yang tersaji di meja mereka.

"Aku sudah kenyang, Your Majesty." Zera mengelap mulutnya dengan napkin, "bolehkah makanan yang lain—diberikan pada para pekerja istana ini?" bisik Zera pada telinga Lucien.

Sebastian dipanggil kemudian diberikan perintah. Lucien menyanggupi permintaan sederhana Zera yang bahkan tak terbersit dalam dirinya. Wanita itu berhati mulia. Tapi ia tak ingin kebaikan Zera ini sampai dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain.

Dirasanya Lucien harus memberikan batasan jelas bagi sang istri dan para pekerja istana. "Zera, kau adalah Istriku dan Ratu—dari kerajaan ini. Lupakanlah identitas lamamu—berperilakulah layaknya Ratu."

Terhenti saat sepotong kue terakhir yang tengah dihabiskan Zera terbelah dua. Ia merasa tersindir secara halus. Bibirnya mengerucut, cuping hidungnya kembang-kempis. Diambilnya potongan itu dan disuapkan pada Lucien. "Your Majesty, buka mulutmu!" Zera menoleh ke belakang dengan mata menyipit.

I Married the King Who Burns Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang