Bab 11

2.7K 174 0
                                    


Lilin-lilin yang bertakhtakan gemerlap kristal tergantung pada aula pertemuan kerajaan Wolvbergh. Pagi itu dipadati para anggota keluarga kerajaan dan bangsawan. Kedatangan Lucien dan Zera menandakan kesepakatan yang terpaksa dicapai bagi pihak bangsa Werewolf. Pelepasan Pangeran Alex yang akan mengabdi pada kerajaan tetangga, Alex yang dianugerahi gelar Knight dari kerajaan Breziad.

Pengucapan janji sekaligus sumpah Pangeran Alex berjalan mulus tanpa hambatan. Hidung Raja Guldes kembang-kempis kehilangan salah seorang putra yang dicintainya. Istrinya akan mengubur hidup-hidup sang raja setelah berita menghebohkan itu sampai di telinganya.

"Saya Alex Gregson Verdun—akan memberikan seluruh hidup saya untuk melindungi Ratu Zera.," janji Alex menyilangkan sebilah lengan di dada. Tatapan lurus ke depan. Tekadnya tak bergetar sedikit pun.

Mata Raja Guldes berkaca-kaca, ia menggigit bagian dalam pipi menahan tangis. Seorang raja tak diizinkan menunjukkan kelemahan; Pangeran Peter mengatupkan rahang rapat-rapat hingga otot di sekelilingnya berkedut; sedangkan Putri Loura telah menangis tersedu-sedu berbekal sebilah sapu tangan warna kuning gading berhias renda pada pinggirannya.

Berdiri dari kursi yang ditempatinya, Lucien menanggalkan jubah kerajaan Wolvbergh yang dikenakan oleh Alex dan menggantinya dengan jubah dari kerajaan Breziad. Zera harus menelan segala yang telah terjadi. Beginilah ketidakpastian hidup keluarga kerajaan. Suaminya mendapatkan keinginan tersembunyi yang menguntungkan bagi kerajaannya, guna melindungi dirinya.

***

Dua buah pilar raksasa yang terbuat dari batu marmer sebagai pertanda dari pintu utama kerajaan, memamerkan kemegahannya. Kereta kuda beserta dua sais bersiap menunggu kedatangan Lucien dan Zera. Keramahan Zera sudah menjadi kebiasaan yang melekat pada dirinya, ia melambai-lambaikan tangan dan melemparkan senyum yang pastinya dibalas seadanya oleh keluarga kerajaan bangsa Werewolf. Mereka berduka akan kepergian sang pangeran.

Setengah perjalanan lagi. Lucien bergumam dalam hatinya.

Kembali pada ruang tertutup dalam kereta kuda, Lucien dan Zera duduk bersebrangan satu sama lain. Teringat peristiwa yang lalu, rona pada pipi Zera menghiasi kegembiraan hatinya dikala melihat tirai yang tertutup rapat. Ia mendapatkan suami sekaligus perlindungan yang benar-benar dibutuhkannya. Yang lebih mengejutkan lagi, Lucien tak mencampakkan dirinya setelah mengetahui kutukan itu. Kelegaan membuat hatinya sedikit terbebas dari jeratan tali kecemasan. Ia aman bersama sang suami.

Zera melipat kedua tangan dipangkuannya dan berusaha memberikan kesan anggun pada Lucien. Sesekali matanya mencuri-curi pandang pada sosok pria besar, kuat, maskulin, dan jantan di depannya. Wanita itu bisa terbilang polos dalam urusan pria. Namun, sesekali mencuri waktu pergi ke ibu kota juga membuat dirinya melihat sedikit dunia tak hanya dari lingkungan perbatasan. Sepulangnya dari sana ia akan mendapatkan terguran keras dari Anna dan Sam. Ia tersenyum mengingatnya.

Terbesit rasa penasaran di pikiran Zera tentang pengawal barunya, yaitu Alex. Keyakinan Lucien pada sang pangeran terbilang cukup ganjil. Suaminya merupakan tipe pria dewasa yang sulit menaruh percaya pada orang lain. Terbukti dengan pengalihan para staf dari kastel ke istana.

Mencoba membuka percakapan dengan suaminya. Zera berlatih memanggil sang raja dengan nama depannya sesuai permintaan Lucien.

"Lucien, apakah bangsa Werewolf terutama Alex mempunyai kekuatan tersembunyi sepertimu?" Zera memiringkan kepala menunggu jawaban.

Lucien memfokuskan pandangan pada sang istri. "Mungkin."

Keingintahuan berlebih ialah kelemahan Zera yang acap kali terlupakan. Beriringan dengan sifat tak sabaran Lucien yang bisa meluap kapan saja. Zera menggali ingatan yang selalu ia lupakan berkali-kali. Ia berkecamuk dengan pikirannya sendiri. Jangan menyebutkan nama pria lain dihadapan sang suami.

I Married the King Who Burns Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang