Bab 34

1.2K 118 4
                                    


Entah terbuat dari apa muka sang lady tua tak tahu malu itu. Kebenciannya tak tertahankan. Lucien sangka wanita semacam itu isi kepalanya hanya berisi sampah. Membawanya kemana pun ia melangkah sampai akhirnya membusuk pada tubuhnya sendiri dan meracuninya pelan-pelan. Jadi lebih malang Lucien atau Azrien? Lucien tak punya ibu sementara Azrien punya ibu yang setara dengan ular berbisa seantero kerajaan.

Rambut merah terang Lady Vivianette yang dahulu tampak selayaknya kobaran api neraka, tadi Lucien perhatikan mulai memudar dari warna aslinya. Lebih cenderung banyak uban yang menyedihkan. Sanggulan yang menghuni kepalanya tidak setinggi di masa lalu. Bagaimana cara pergelangan tangannya gemetar kecil dari jarak sejauh itu dari Lucien. Lucien mencium bau ketakutan dan kengerian dari ibu tirinya.

Saat masih kecil. Tubuh Lucien diajarkan mendeteksi bahaya yang datang tanpa pandang bulu. Mau seperti apa ia menghilang dari pandangan sang ibu tiri. Ia selalu berhasil ditemukan sampai akhirnya membentuk satu kebiasaan dalam diri. Menghindar tak menyelesaikan permasalahan.

Penghindaran tak semata membawa keburukan. Karena ketika Lucien berhasil pergi dari malapetaka dan mengasah kemampuan yang terpendam jauh dalam setiap jaringan dan saraf dalam tubuhnya. Pria itu menemukan yang namanya keberhasilan. Kekuatan yang tidur dan perlu dibangungkan oleh perjuangan.

Tertinggalah sisa-sisa udara busuk dan tengik yang mencekik paru-paru. Secepat Lady Vivianette pergi meninggalkan aula pertemuan, sepasukan pelayan berbondong-bondong masuk, menyibakkan tirai-tirai beledu warna hijau lumut dan membuka jendela-jendela raksasa yang tingginya dari lantai sampai setengah atap lantai atasnya. Karena ini pertemuan istimewa maka Lucien sengaja menggunakan seragam resminya dengan menggunakan selempang yang mengitari dari bahu kiri ke pinggul kanannya guna menegaskan status di antara mereka.

Gerah melandanya. Seragamnya tak menggunakan cravat yang bisa mudah ia longgarkan maka tiga deretan kancing teratas ia buka. Kelangsungan hidup Zera dipertaruhkan di garis terdepan prioritas Lucien yang utama. Dari balik bayang-bayang sang raja, Marcoxius melangkah dan berdiri tegap di bawah anak tangga pertama. Pengawal setia itu langsung tahu sang raja mencemaskan istrinya. Bukan dirinya sendiri namun wanita yang ia sayangi. Jenis orang ini yang masuk ke dalam daftar pria yang bakal hancur bila menemukan wanita berbisa.

"Pergi ke wilayah Orion sekarang juga! Segera bawa Anna dan Sam ke hadapanku! Ambil sepuluh prajurit kepercayaanku untuk mengawal kepergianmu." Gulungan kertas berpita ditangkap Marcoxius. Berisikan surat penugasan dengan cap kerajaan dan bubuhan tanda tangan langsung sang raja. Perjalanan itu seharusnya mulus tanpa hambatan yang berarti.

"Sebelum saya melaksanakan perintah. Tetapi, bukankah bangsa Turuv tidak boleh pergi melewati wilayah itu, Your Majesty? Tuduhan kepada bangsa mereka yang dilayangkan bangsa Manusia belum terpecahkan." Marcoxius melayangkan lengannya dengan telapak tangan menghadap ke atas

"Surat penugasanmu cukup membungkam mereka sementara. Isu perihal bangsa Turuv amat sensitif. Wajah mereka—perlu disembunyikan," balas sang raja mengetuk berulang jemari di paha kerasnya.

"Misi ini sukses tergantung degan kerja sama dari pihak mereka. Saya rasa tidak ada halangan yang berarti, Your Majesty." Marcoxius mengangkat gulungan kertas dan optimis pada misinya kali ini.

Sang raja mengigit pipi bagian dalam tampak merenung. "Berdoa saja mulai dari detik ini, Marcoxius. Semoga mereka mau melanggar ketentuan bangsanya—dengan begitu kerjaanmu jadi mudah dan terkendali." Ejekan itu menyunggingkan cengiran di wajah pengawalnya.

Marcoxius berdiri tegap sempurna. Dadanya membusung bangga. "Saya tidak akan kembali sebelum membawa mereka. Kedua orang tua itu sungguh berarti bagi Her Majesty."

I Married the King Who Burns Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang