Bab 42

1.1K 101 0
                                    


Dua buah kursi singgah sana terjejer anggun di ruangan itu. Satu milik sang raja sedangkan yang lain untuk sang ratu. Kemajuan pesat yang terjadi pada keputusan Lucien. Zera tak perlu lagi bersembunyi di belakang punggung sang suami. Seolah tak tersentuh tangan-tangan kotor. Wanita itu mendapatkan pengakuan dan tempat di sisi pria itu dalam mengatur istana.

Secara diam-diam Lucien telah mempersiapkan sesuatu untuk sang istri tercinta. Ia ingin memperkenalkan Zera dengan seseorang yang selama ini menjadi bayang-bayangnya dari kejauhan. Istrinya yang mengutamakan keselamatan anaknya mungkin tak setuju.

Seorang pria berpakaian serba hitam yang sebagian wajahnya tertutup dengan kain hitam memasuki ruangan. Tapak kakinya tak dapat terdeteksi indra pendengaran sedikit pun. Sorot matanya tajam seperti burung elang yang mengunci targetnya. Pria itu membusungkan badan ke depan dan memberi hormat.

"Your Majesty," ucap pria itu singkat. Anggukan cepat dan efisien ke arah sang raja dan ratu.

"Igor. Mulai saat ini hidup dan nyawamu, aku serahkan untuk menjaga anak-anakku," tegas Lucien dengan lengan yang berpangku pada dagunya. Gaya santai Lucien yang memperoleh lirikan tajam dari Zera di sebelahnya persis.

"Akan saya laksanakan, Your Majesty."

Kesatria bayangan yang selama ini Lucien simpan keberadaannya rapat-rapat. Igor ialah salah satu kesatria yang kekuatannya sebanding dengan satu lusin harimau ketika menjalankan misinya. Tak kenal ampun, bahkan bau darah selalu tercium dari tubuhnya. Kesetiannya tak perlu diragukan.

Lengan Zera berusaha menggapai Lucien yang ada di sampingnya. "Lucien... kau serius?" Hawa yang mengelilingi tubuh kesatria itu membuat bulu kuduk Zera merinding. Ia mengusap-usap pahanya. Alisnya terangkat bertanya.

"Aku tidak pernah bermain-main, Sayang." Lucien secara malas menelengkan kepalanya. Cara santai Lucien menanggapi Zera sungguh menyebalkan.

Memukul kepala suaminya mungkin bisa menyadarkan Lucien bahwa Zera dipenuhi pertanyaan. Zera menelan ludahnya seraya menahan tangannya bergerak, ia jelas tidak memercayai kesatria baru dan asing di seberangnya. Lucien selalu bertindak sendiri.

Semestinya Zera yang memilih siapa orang yang boleh dekat dengan bayinya. Intuisi seorang ibu tak bisa dibiarkan dan ditinggalkan semudah itu. Hal yang sangat lumrah bagi Zera yang berusaha melindungi bayi-bayinya.

"Satu hal terpenting, orang dalam kerajaan ini yang tak boleh kau sentuh—kau paham? Selebihnya... kau yang menentukan sendiri." Bibir tipis Lucien menyeringai. Wajah tampannya berubah licik.

Igor menganggukan kepalanya.

"Tu-tunggu... Lucien maksud kau apa?" tanya Zera yang tak paham akan situasinya. Ia diabaikan dan serasa bagaikan debu tak penting.

"Dia hanya akan membunuh orang yang mengancam nyawa kita dan anak-anak, Cinta."

Zera memegang pelipis kepalanya dan memijatnya pelan. "Astaga."

"Sudah tidak usah dipikirkan. Masih banyak hal yang ingin aku sampaikan padamu. Ermot, masuk!" Lucien mengangkat sebilah tangan. Igor menyingkir ke samping.

"Your Majesty...." tutur pria berambut cokelat berdiri di hadapan mereka.

"Siapa lagi orang itu?" celetuk Zera spontan.

Pria itu menegakkan tubuhnya dan mulai memperkenalkan diri. "Nama saya Ermot, Your Majesty. Saya adalah kepala pengurus rumah tangga di istana ini."

I Married the King Who Burns Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang