Bab 18

1.4K 133 0
                                    


Pesta megah nan spektakuler diselenggarakan. Pria memakai jas dan cravat terbaik mereka yang telah disetrika hingga licin dan tak bercela oleh lipatan mengganggu. Wanita berhiaskan perhiasan yang memantulkan cahaya dari mutiara, berlian, dan batu-batu berharga serupa. Lukisan-lukisan abad lalu tergantung sempurna menghiasi dinding yang berlapiskan batu andesit.

Diberinya sentuhan akhir pada maha karya agung si perancang busana. Sang ratu tertahan oleh pelayannya yang menata rambut bagai mahkota kecil dan sisa dari rambutnya terurai melewati pinggul rampingnya. Gaun berwarna soft pink digiring masuk Antonny ke ruang rias sang ratu. Antonny menepati janjinya. Model gaun yang menonjolkan keindahan bahunya tentu sepadan dengan kemulusan kulit sang ratu. Bekas luka pada bahu kiri pun telah lenyap.

Mantel gaun yang berbahan dasar bulu juga dipesan guna menutupi gaun yang akan membuat keributan itu. Zera menyentuh objek pembantu yang akan melancarkan rencananya. Jasmine menyematkan tiara khas kerajaan Breziad sebagai sentuhan akhir. Dan terlahirlah seorang dewi berwujud manusia yang sedang singgah ke bumi.

Teguh pada pendirian. Kurang dari satu jam lagi, Zera akan bertemu Lucien untuk yang pertama kali semenjak kejadian penolakannya pada sang suami. Gejolak di hatinya terasa campur aduk tak keruan. Ia menyesali sikap kasarnya juga marah karena Lucien hanya peduli pada bayinya. Matanya berkaca-kaca. Terbayang keinginan kabur dari istana.

Ide sepihaknya masih kalah dengan tanggung jawab besar yang ia jalani sebagai ibu negara. Zera tak membiarkan keegoisan sesaatnya menang. Ia sepatutnya menghadapi segala konsekuensi menikahi Lucien.

Diusapnya air mata yang nyaris jatuh. Ia mengelus perutnya berusaha menguatkan diri.

"Jasmine, bagaimana?" Sang ratu merentang lengan. Berputar dua kali memperlihatkan kibasan rok gaun bawahnya.

Jasmine menganga. "Saya kehilangan kata-kata, Your Majesty."

"Reaksi itu yang aku harapkan saat aku muncul nanti. Pastikan kedatanganku tak terlalu awal dan juga tak dipenghujung akhir."

"Saya sudah mengaturnya sesuai rencana, Your Majesty. Anda akan memukau para tamu undangan dari segala kalangan. Saya menjamin." Jasmine mengepalkan tangan ke udara. Merasa yakin.

***

Diumumkannya kedatangan sang ratu. Pintu ruang dansa terbuka lebar. Zera memasuki ruang dansa itu dengan kawalan sang pengawal, Alex. Alex tampil rupawan. Jas malam yang dikenakannya menempel dan menyesuaikan bahu lebarnya. Pedang tersampir di samping celana panjangnya. Tak cukup. Aksi wanita itu pun dimulai, ia merentangkan tangan di samping kedua sisi tubuh. Alex bertugas melepas mantel bulu yang melindungi tubuh molek dan kencang sang ratu. Mata sebiru dan sejernih air menatap lurus ke depan, dagunya terangkat tinggi setinggi martabat yang dimilikinya. Rambut peraknya menari-nari mengikuti lekukan pinggul setiap ia melangkahkan kaki.

Terdengar beberapa orang saling berbisik, "Pertama kalinya aku melihat Her Majesty sedekat ini, ternyata rumor itu benar. Kalau bukan dewi apalagi sebutannya. Kabarnya His Majesty menyayanginya sampai-sampai melarangnya berkegiatan di luar istana benar nyata apa adanya."

"Jika istriku secantik itu, aku bahkan takkan membiarkan orang lain berani meliriknya."

"Wanita ini akan banyak mematahkan hati para pria berkedudukan tinggi."

Menggenggam segelas whisky, sosok jantan pria itu dengan seragam dan selempang kerajaan menggulingkan dunia Zera. Lord Frederick dan Lady Vivianette berbincang-bincang dalam batas sopan santun antar keluarga kerajaan. Sang lord yang murah senyum dan sang lady yang bersikap bermusuhan, wajah masamnya tak tertahankan. Pandang aku, Luc!

I Married the King Who Burns Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang