[Daegu 1998.]
Mobil hitam metalik itu pun pergi membawa sepasang insan berbeda perasaan dan berbeda mood itu. Mereka pergi menembus malam yang dingin, mengantarkan Tzuyu yang hendak berangkat kuliah dan Taehyung yang bersedia menunggunya sampai kelas gadis itu selesai.
Sangat klise memang jika melihat pria bersedia di sampingmu setiap saat tapi tidak membuka dirinya untuk kau yang selalu dia perjuangkan. Tetapi begitulah hubungan keduanya. Tzuyu harus menerima pil pahit itu bulat-bulat dan menghibur dirinya sendiri.
Taehyung tak pernah mengatakan hal yang membuat Tzuyu menyukainya, seperti secara gamblang mengatakan ”aku mencintaimu, Tzuyu” atau sebagainya. Tapi terkesan bodoh jika mengabaikan perlakuan Taehyung kepada Tzuyu yang membuat gadis itu terasa istimewa.
Sejak awal seharusnya Tzuyu sadar, bahwa Taehyung adalah pria yang baik kepada semua manusia. Dan dia saja yang terlalu menjunjung tinggi asa kalau Pria Kim memiliki rasa yang sama sepertinya. Tzuyu benar-benar mengutuki dirinya karena membangun perasaan sebesar ini kepada Taehyung. Mungkin perlahan dia akan melupakan Taehyung dan mencoba menjaga jarak. Dia tidak yakin bisa bertahan kalau sedekat ini terus dengan sang pujaan hati.
“Iya, tuan Kim Taehyung datang mengunjungi gadis itu di tempat gadis itu bekerja. Seperti yang anda lihat pada laporan saya, tuan.” ujar pria tersebut seraya menatap mobil Taehyung yang semakin menjauh.
“...”
“Baik. Akan saya urus sisanya, tuan.”
***
[Seoul 2006.]
“Taeyang...”
Dan Taehyung akhirnya memutuskan untuk duduk di gazebo karena dua anak yang sedang bermain futsal itu menarik perhatiannya. Keduanya sedang asyik berlatih, si satu sangat menikmati permainan dan si satunya lagi kewalahan menandingi temannya.
“Yah... Taeyang, mengalahlah sedikit! Aku bahkan belum mencetak satu gol pun, saat skormu sudah 12. Ini benar-benar menyebalkan.” Jeno tampak sudah sangat kelelahan menghadapi temannya yang seperti tidak ada capeknya meskipun sudah sangat berkeringat. Dia malah tersenyum geli melihat Jeno bersungut-sungut kepadanya.
“Jeno, berhentilah mengeluh. Fokus dan kalahkan aku.”
Jeno dan Taeyang adalah dua anak kecil yang bersahabat baik. Mereka sangat kompak dan Jeno selalu menuruti semua permintaan sahabatnya ini.
“Halo anak-anak... Apakah paman boleh bergabung?”
Kedua anak itu menghentikan permainannya dan menoleh pada siapa yang datang. Seorang pria dewasa mendekat ke arah keduanya dengan senyuman hangat sangat ramah. Wajah Jeno dan Taeyang kelihatan bingung dengan wajah polos mereka. Meskipun paman ini tersenyum, kata mama tidak boleh berbicara sembarangan pada orang asing.
Tetapi aura ramah dan penyayang anak-anak yang Taehyung berikan membuat Taeyang menerima Taehyung sebagai anggota yang baru dalam bermain futsal di sore hari.
“Mmm—Tentu saja, paman.”
Jeno benar-benar sudah lelah, ditambah lagi orang dewasa yang satu ini akan bergabung. Anak itu benar-benar akan merengek sekarang melihat Taeyang yang setuju paman ikut bergabung.
Tin!
Ah kebetulan sekali! Mobil Fortuner sudah ada di depan. Itu mobil jemputan Jeno. Anak itu tersenyum gembira, karena Pak Supir datang di waktu yang tepat.
“Mm—paman... Maafkan Jeno. Mainnya sama Taeyang saja, ya. Jeno sudah dijemput.” ujar Jeno tidak enak namun senang.
Taehyung tersenyum tetapi Taeyang cemberut. “Yah, Jeno... Kenapa begitu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
༄ᵗᵃᵉᵗᶻᵘ; 𝗖𝗮𝗿𝗽𝗲 𝗗𝗶𝗲𝗺🔐
Fanfiction"Selamat tinggal. Maaf karena telah mencintaimu..." ujarnya sebagai penutup dari akhir cerita cinta. Diusapnya sekali lagi pipi itu lembut-mungkin untuk yang terakhir kalinya. Dalam sekejam waktu, sebuah tangan menahannya. Pria itu menangkup tangan...