cerp30.

445 44 75
                                    

Beberapa bulan kemudian.

Tata sedang berlari kesana-kemari saat Hoseok menjemput dirinya dari sekolah. Supir pribadi yang biasa menjemput dialihkan Taehyung untuk ditugaskan ke tempat lain. Putra Kim satu-satunya itu sudah memiliki Paman Hoseok sebagai pengawal pribadi yang bisa dipercaya.

“Hari ini mau ke kantor mama atau papa?” tanya Hoseok sambil mengelus puncak kepala keturunan Kim yang ia sayangi itu. Sejak awal saat mengetahui Tzuyu hamil, Hoseok berusaha sebisa mungkin melindungi wanita itu dari kakek anak kecil ini.

Ia berbohong dimana posisi Tzuyu, ia mengorbankan tubuhnya untuk dipukuli demi bisa membuat anak manis ini tetap hidup dan tumbuh menjadi bagian dari Taehyung, tuan mudanya yang tidak bisa berbuat apapun saat itu. Dan syukurlah segala usahanya tidak sia-sia. Dia merasa terharu melihat Taeyang Kim yang makan bakso ikan kesukaannya titipan papanya sebelum kemari. Dia sehat Tuan Kim, cucu kandungmu yang ingin kau bunuh sudah tumbuh menjadi anak laki-laki yang menyalin sempurna anakmu sendiri, Kim Taehyung. Dia sehat dan bahkan memiliki alergi yang sama dengan papanya.

Dia juga suka makan bakso ikan. Dia suka cake cokelat buatan mamanya. Dia alergi terhadap kacang. Ia mencium mamanya untuk menjahilinya. Ia penyuka bola seperti anakmu. Dia menangis juga seperti putra semata wayangmu. Sayang sekali kau meninggal secepat itu tanpa melihatnya menjadi Taehyung yang terlahir kembali untuk kedua kalinya.

Aku sangat penasaran apa respon mu saat kau bisa melihat dia mengingat kau begitu mencintai Kim Taehyung putramu. Kau menyingkirkan siapa saja untuk putramu. Berbeda seperti kau yang mencintai Taehyung dan membenci ibunya setengah mati. Syukurlah Taehyung mencintai keduanya. Anaknya dan ibu anaknya. Mereka bersatu kembali dan seharusnya kau lihat itu, tuan. Kau lihat kekejamanmu tidak bisa mengalahkan mereka.

“Mau kemana ya paman?” tanya Tata menyadarkan Hoseok dari lamunan. Anak itu sibuk melihat keluar karena bakso ikannya sudah habis. Papa beri 5 tusuk dengan ukuran jumbo dan itu sudah lenyap secepat Hoseok menghayal.

Tata bertanya-tanya karena merasa tidak pernah melewati jalan ini.
“Mencocokan baju Tata. Kemarin ada pesan jas kan bersama mama dan papa?”

Tata mengangguk, ia duduk dengan aman kembali karena sambil memandangi lurus.
“Kenapa pesan jas ya, paman? Dan... Warnanya sama dengan papa. Memangnya mau ada pesta atau apa? Jas Tata kan ada beberapa, mama buatkan untuk menghadiri beberapa event tempat kerja mama.” dia polos sekali tidak tahu kebahagiaan apa yang menantinya di depan.

Tata tidak tau bahwa semesta dan semua orang disekitar mereka kini berusaha mengembalikan rumah anak kecil ini menjadi utuh kembali dan sah di mata hukum dan agama.

“Mama dan papa kan akan menikah. Tata bahagia tidak?”

Dahi Tata mengerut karena bingung, “Bukannya mama dan papa sudah pernah menikah, paman? Memangnya menikah harus berapa kali?” cecarnya.

Hoseok terdiam, ah... Dia pintar di materi tapi masih tabu ya soal begini. Bagaimana mungkin Hoseok bilang bahwa ia hasil kegalauan ibunya dan putus asa serta kerinduan papanya? Hoseok berdehem sebentar. “Wah, kau makan dengan lahap ya. Paman tidak tahu bahwa kau sangat suka bakso ikan.” katanya sambil membelokkan persneling dan mengalihkan pembicaraan.

Anak itu nyengir seperti papanya, “Paman mau? Nanti Tata bilang papa agar dibelikan lagi. Lagi pula kan tadi paman yang bawa, kenapa tidak minta papa Tata saja yang belikan? Papa akan beli, papa tidak pernah pelit kok paman.”

Hoseok tersenyum, itu dia juga tahu. Tapi dia cukup lega pembicaraan mereka teralihkan. Dan bila ditanyai juga nantinya, Tata bisa menemukan jawabannya dari mama atau papanya. Biar mereka berdua tahu rasanya ditanyai seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

༄ᵗᵃᵉᵗᶻᵘ; 𝗖𝗮𝗿𝗽𝗲 𝗗𝗶𝗲𝗺🔐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang