Keesokan paginya...
Sehun pagi ini sudah sibuk melamun dan kebingungan di pagi hari yang masih terik. Kopi panas masih mengepul di hadapan tak cukup menarik perhatiannya.
Terhitung sudah dua kali kan dia bertemu pria itu? Bahkan dalam rentang waktu yang sangat singkat dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua. Ada apa lagi ini? Kenapa orang yang menghilang itu bisa kembali lagi ke Seoul? Bukankah pria itu cukup bahkan sangat lama untuk kembali lagi di kehidupan yang damai ini?
Mama Taeyang yang mondar-mandir pun ikut merasakan kebingungan yang dialami Sehun. Pria dewasa di hadapannya kenapa diam saja dan sudah cemas begitu pagi-pagi ini? Biasanya Sehun sibuk olahraga atau sengaja memasakan pancake atau sekedar membuat roti bakar buat putra kesayangan Tzuyu.
“Yu...”
Tzuyu menghentikan tangannya yang mengaduk susu coklat Taeyang yang akan segera anak itu cari setelah keluar dari kamarnya.
“Iya?”Sehun meragu. Apa benar harus bicara? Entahlah, tetapi akan berespon apa nanti ibu satu anak ini? Apa dia...
“Kak Sehun?” suara lembut itu membuyarkan lamunan Sehun. Ternyata sejak tadi dia hanya bengong setelah memanggil Tzuyu.
“Ah, tidak. Aku hanya mau mengingatkan bahwa Kak Seohyun dan Ryuna akan menginap disini malam ini sampai mereka menyelesaikan sedikit urusan di Seoul. Kau tidak keberatan kan?”
Omong kosong macam apa ini? Jelas saja wanita berdarah Taiwan itu tidak keberatan. Dia sangat mengenali Keluarga Oh itu dengan sangat baik. Seohyun adalah kakak kandung Sehun, dan Ryuna adalah keponakannya. Semenjak menikah dengan orang Jerman, Keluarga Oh yang juga memiliki sedikit keturunan Jerman itu memilih menetap disana. Dan jika Kak Seohyun menginap disini, Tzuyu sama sekali tidak keberatan. Tzuyu berhutang budi sangat banyak kepada keluarga itu.
Tzuyu ingat benar bagaimana keluarga Korea—Jerman itu membuka tangan lebar-lebar dan menerima dirinya yang sebatang kara dengan janin dalam kandungan. Membantu dirinya bangkit dari keterpurukan dan mulai membangun semua kesuksesan yang dia terima ini. Semua ini berkat mereka. Bahkan Taeyang putranya sudah menganggap Ryuna seperti kakak kandungnya. Gadis mungil yang memiliki nama Bernadatte di belakang nama, warisan ayahnya.
“Apa kakak sudah gila? Tidak mungkin aku menolak kapanpun jika Kak Seohyun ada disini. Mau selamanya disini juga aku tidak keberatan.” wajah cantik itu sumringah dan tiba-tiba sangat bersemangat. Sehun bahkan membalasnya dengan senyuman penuh pesonanya.
“Aku akan ambil cuti dan kita akan masak.”
Sehun tersenyum melihat gerakan Tzuyu yang begitu semangat menyambut kakak dan keponakannya. Wanita itu mengeluarkan beberapa bahan makanan yang akan dimasak dari kulkas.
“Yu, jangan lupakan terapimu hari ini, ya.” celetuk Sehun membuat gerakan Tzuyu terhenti beberapa detik saat hendak mengambil paprika.
Ah, benar juga!
“Tetapi Kak Seohyun jarang berkunjung. Tidak papa jika absen hari ini.”
“Hey, ingat Tata. Kau tidak hidup hanya untuk dirimu. Tata masih sangat kecil dan kami pasti akan sangat sedih kalau kau sampai kenapa-napa.” Sehun tentu tidak setuju, dari nada bicaranya saja Sehun sangat cemas kalau sampai Ibu satu anak ini akan kesakitan lagi kalau membolos dalam terapi.
Wanita Taiwan turut sedih tidak bisa menyambut tamu pentingnya. Tetapi ucapan Sehun sama sekali tidak ada salahnya.
“Masalah makanan dan rumah aku yang tangani. Pergilah terapi dan nanti malam kau yang menggantikan aku menjemput mereka di Bandara.”
KAMU SEDANG MEMBACA
༄ᵗᵃᵉᵗᶻᵘ; 𝗖𝗮𝗿𝗽𝗲 𝗗𝗶𝗲𝗺🔐
Fanfiction"Selamat tinggal. Maaf karena telah mencintaimu..." ujarnya sebagai penutup dari akhir cerita cinta. Diusapnya sekali lagi pipi itu lembut-mungkin untuk yang terakhir kalinya. Dalam sekejam waktu, sebuah tangan menahannya. Pria itu menangkup tangan...