Perdebatan Logika & Hati

702 104 0
                                    

Don't forget to vote & comment
Happy reading :)





***

Jisoo POV

Treetttt
Treetttt

Sekarang aku melangkahkan kaki ku keluar kelas bersiap untuk pulang karna bel telah berbunyi. Aku berjalan berdampingan dengan Jennie dikoridor sekolah. Sepertinya Rosé telah pulang lebih dulu, padahal aku ingin berjalan bersama dia.

"Jisoo!"

Secara tiba-tiba cowok bertubuh agak tinggi menghampiriku, June. Aku cukup mengenalnya sebab kita satu gugus waktu kegiatan MOS kemarin.

"Iya kenapa" ucapku sedikit heran

"Ini ada yang nitip bunga dan coklat buat lo" ucap June sembari memberikan bunga dan coklat itu kepadaku

"Ini dari siapa?"

"Em itu, pokoknya adalah. Dia cuman nitip ini ke gue buat ngasih ke lo"

"Ambil gih" ucap June lagi

Akupun mengambil bunga dan coklat itu kemudian June pun pergi. Tanpa repot-repot memikirkan siapa yang memberi itu semua, aku pun memberikan bunga dan coklat itu kepada Jennie.

"Lah kok ngasih ke gue, ini kan buat lo" ucap Jennie.

"Ambil aja, tapi kalo gak mau tinggal simpen tuh di pot biar tumbuh sekalian"
ucapku acuh

"Ini artificial flowers ogeb, yakali bisa tumbuh" sungut Jennie.

Aku melihat Jennie menyimpan bunga itu di samping pot dan tetap mengambil coklatnya. Dasar

Bukannya tak ingin menghargai pemberian seseorang, tapi menurutku kenapa harus menitipkan kepada orang lain? Bukan dengan berani langsung memberikan bunga dan coklat itu kepadaku.

Setelah itu, akupun melanjutkan langkah menuju gerbang sekolah dan menunggu sopir Papi untuk menjemput.

***

Tring
Tring

Saat perjalanan pulang ke rumah, ponselku berdering. Akupun mengambilnya dari saku blazerku kemudian membaca pesan yang masuk.

"nomor baru, siapa?" gumamku

+628**********
Hai Jisoo

Jisoo
Hmm
Ini siapa?

+628**********
Gue Bobby
Yang ngirim bunga ke lo

"Owh jadi dia yang ngasih bunga dan coklat tadi" batinku


Jisoo
Oh
Makasih
Besok-besok gak usah suruh orang buat ngirimin lagi ya :)

+628**********
Hah? Kok gitu
Emangnya kenapa? Gak suka bunga ama coklat ya


Jisoo
Gue tanya kenapa tiba-tiba ngirim kek gitu?
Kita kenal aja enggak

+628**********
Em buat bisa dekat aja
Maksudnya pengen beri kesan romantis aja ke lo Jis
Gue sebenarnya udah perhatiin lo sejak waktu MOS

Jisoo
Kesan romantis? Kalo lo mau dibilang romantis, jadilah cowok yang gentle, bukan dari bantuan orang lain. Gue lebih menghargai pemberian seseorang yang secara terang-terangan ngasih itu di depan gue, sekecil apapun itu.

+628**********
Okok
Maaf kalo buat lo gak nyaman, lain kali gue yang akan secara langsung ngasih sesuatu ke lo tanpa perantara dari orang lain
Tapi, gue tetap bisa temenan ama lo kan?

Jisoo
Gue gak pernah larang seseorang buat deket ama gue
Asalkan niatnya baik


+628**********
Okdeh
Makasih kalo gitu

Jisoo
Hmmm

Setelah mengirim pesan balasan kepada Bobby, aku memeriksa notifikasi lain. Tapi, dia tak mengirim pesan apapun. Siapa lagi notif yang aku tunggu selain Rosé.

"Hahh, pikiran aku kenapa sih gak bisa jauh-jauh dari kamu Rosé" gumamku

Cinta? Entah

Aku pun bingung dengan apa yang aku rasakan saat ini. Ketika logika dan hati bertentangan, aku merasa sangat tersiksa.

Logika berkata ini salah dan menentang moral yang ada, membuat orang tua kecewa jika rasa ini terus berkembang dan membuat pandangan berbeda dari orang sekitar.

Tapi disisi lain hati membenarkan rasa itu. Saat hati berkata apa salahnya menyukai seseorang walaupun kita sama? Rasa itu hadir tanpa diminta, dan secara perlahan membuat bahagia. Kamu yang menjalani, bukan orang lain, kenapa harus takut akan pandangan orang-orang.


"what should I do?"

Aku hanya bisa bergumam sambil menyandarkan kepalaku pada jendela mobil. Perdebatan logika dan hati membuatku lelah.

***

Rosé POV

Aku melangkah memasuki rumah dengan perlahan tetapi aku cukup terkejut saat melihat Papa duduk disofa ruang keluarga.

"Pa" ucapku dengan sedikit terkejut

"Eh sudah pulang, ayo duduk sini di samping Papa"
ucap Papa sambil menepuk sofa disebelahnya.

Akupun melangkah dan duduk di samping Papa. Baru kali ini Papa lebih cepat ada dirumah, tidak seperti biasanya.

"Loh raut mukanya kok gitu? Kaget Papa cepat pulang?"

Tanya Papa, mungkin Papa tau apa yang sedang ku pikirkan.

"Iya, tumben Pa"

"Hahaha kamu ini, Papa pulang cepet bukannya seneng malah kaget" kekeh Papa.

"Kebetulan urusan kantor cepet selesai jadi Papa bisa pulang cepet hari ini"

"Gimana sekolahnya? Lancar?" Lanjut Papa

"Iya Pa"

"Kalo ada apa-apa langsung bilang ke Papa ya" ucap Papa dengan lembut

"Aku bukan anak manja Pa"

"Papa ngerti, cuman kamu anak satu-satunya Papa. Papa gak mau kamu sampai ada masalah dan Papa gak tau itu" ucap Papa


Betapa beruntungnya aku memiliki sosok ayah seperti Papa, akupun hanya bisa memeluk Papa untuk mengekspresikan rasa terima kasihku kepada beliau. Saat ini, aku hanya ingin memanfaatkan waktu bersama Papa dan mengabaikan hal-hal yang kurang penting menurutku. Termasuk tak menyentuh ponsel dulu.

***

Stuck On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang