Part 35
Author P.O.V
Semua berjalan lancar.
Gak ada lagi yang namanya galau, sakit hati, nangis mulu, dan semacamnya selama 8 Bulan ini.
Semenjak tau rumah Jen sama Kak Austin deketan—atau bisa dibilang sampingan, mereka makin akrab. Makin sering pulang bareng kalau hari libur ada. Suka habisin waktu berdua, ya tapi kadang-kadang diganggu Taylor, Ariana, dan pacar mereka yang cuma ikut-ikutan doang. Dia sama Kak Austin juga sering keluar asrama sembunyi-sembunyi terus ketemuan di tempat biasa, cuma pengen ngomong walaupun dari pagi sampai sore sama-sama mulu.
Tapi mereka gak pacaran. Cuma sahabatan. Miris emang
Dan sekarang Jen gak terlalu ngejar-ngejar dia, karena dia udah disampingnya. Gak perlu caper, karena sekarang Kak Austin yang mulai caper. Gak perlu pura-pura jadi pelayan restaurant karena Jen udah terlanjur malu kalau harus balik ke sana.
Dan akhirnya, si Kak Austin tau kalau Jen pura-pura karena waktu itu, cewek ini mampir kerumah dia, dan ada bokap nya lagi duduk santai sambil minum kopi di ruang tamu. Alhasil si Kak Austin malah ngetawain Jen pas bokap dia udah selesai cerita dari A-Z.
Tapi, semoga aja dia peka.
“Woy! Jangan melamun. Ntar kesambet arwah wakwaw mau lo?” Ari menoyor kepala Jen pelan, “Gue ke kelas duluan yah, Justin udah nungguin katanya. Ntar dia bawel lagi gue dateng telat, biar semenit.”
Yang diejek, cemberut, “Yailah. Gue sama siapa dong? Masa’ tiap hari gue jalan sendirian? Gak kayak dulu, saat dimana kita bertiga masih akrab. Gak ada tuh dulu yang namanya ‘cowok’ diantara kita.”
Ariana mulai membuka kedua tangannya lebar, meluk Jen, “Yailah. Lagi PMS ya, mba? Jangan gitu dong, lahh. Lagian kan lo ada Kak Austin.”
“Tapikan beda suasananya, Arii. Kalau sama kalian, gue lebih bebas.”
“Lah lo kira Kak Austin apaan bikin lo terkekang? Penjara?,” Ari memutarkan bola matanya, “Oke, tadi gue mau ngelawak tapi gak lucu—Tapiii, gue janji dehh malam ini kita bertiga habisin waktu sama-sama.”
“Contohnya?”
Ari udah gak meluk sahabatnya lagi, terus menaruh tangan kanan di dagunya, “Ehm.. apa ya...”
“Gimana kalau kita jalan-jalan?.”
“Em.. Yang enak apa ya kalau malam-malam...”
“Gimana kalau keliling-keliling sekolah aja?.”
“Yang enak buat bertiga tuh apa ya. Yang gak bawa cowok.”
“Gimana kalau kita belanja aja? Kan cowok gak suka tuh.”
“AHA gue tau!,” Ari menjentikkan jarinya sambil memasang senyum lebar. “Gimana kalau kita jalan-jalan sambil belanja aja—Atau gak, kalau lo gak mau, kita bisa keliling-keliling sekolah. Gimana? Mau gak?.”
+
“Ntar malam jalan yuk?”
“Gak ah. Gue pengen jalan sama Ari. Sama Jen juga.” Taylor kembali menyeruput minumannya. “Lain kali aja. Lagian kan, gue udah jarang sama mereka berdua.”
“Jadi gue diefek nih karena buat kalian renggang?.”
“Emang gue ada bilang kayak gitu? Engga, kan?” Kata Taylor sambil menjauhkan sedikit letak minumannya.
“Santai kali, judes banget.”
Setelah berdiskusi tentang menghabiskan-waktu-nanti-malam, Ariana langsung nelfon si Taylor yang jelas jarak antara keduanya hanya dihalangi dua bangku, untuk ngasih tau kalau malam ini mereka bakalan jalan bareng bertiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Girls
FanfictionIni tentang mereka bertiga yang ditempatkan di asrama dengan kamar yang sama. Remaja-Remaja perempuan yang masih labil, gokil dan jauh dari kata 'normal people' ini, pasti ada aja kegilaan yang akan dilakukan mereka setiap hari ataupun setiap jam. T...