Part 27

1.6K 211 30
                                    

Bandel banget masih sempat-sempatnya nulis cerita sedangkan besok ada ulangan haha

***

Ditempat lain...

Author P.O.V

"gue minta air dong! Haus banget! Lo mau gue mati disini terus nge-gentayangin lo? Terus lo mati karena stress gue ikutin mulu? Gak kan?" kata Ariana. Si penculik sengaja gak nutupin mulut toa nya ariana sama Justin karena dia lupa bawa kain yang biasanya sering dipakai untuk menutup mulut.

"iye-iye, nih minum lo," kata 'dia' sambil ngasih botol air minum dengan isinya

"bukain," kata Ariana manja.

"buka sendiri napa, manja banget," kata si penculik

"gak liat tangan gue ke ikat?" kata Ariana sambil memperlihatkan tangannya yang sedang diikat sama tali yang biasanya dipakai lomba tarik tambang(?)

Menyadari kebodohannya, dia memukul kepalanya pelan lalu membuka botol minum yang tadi ia beli di perjalanan. Memasukkan ke dalam mulut Ariana dengan karas, sehingga air yang berada di dalam botol tersebut sedikit tumpah ke baju Ari. "kalau gak pengen ngasih gue minum lebih baik gak usah! Tuh liat baju gue basah kuyup kan"

"lah tadi lo bilang pengen minum, dan misalkan gue gak ngasih lo minum lo bakalan mati kehausan dan nge-gentayangin gue. Terus gue mati karena stress lo ikutin mulu," jawab si penculik mengikuti kata-kata Ariana tadi.

"alay lo berdua," suara Justin terdengar dari sebelah Ariana. Perempuan yang ber-notabene pacarna itu menoleh ke arah Justin dengan tatapan pasrah. "kita dimana sih, lik?"

"kita lagi ada di Hogwarts"

"beneran?! Waa tau aja gue potterhead," kata Ariana

"please deh, ri. Hogwarts emang kayak gini suasananya?" kata Justin sambil melihat ke sekeliling.

Ariana tak menjawab pertanyaan Justin, malah ia terdiam. Bukan, ia terdiam bukannya Ariana sedang meratapi kebodohannya, tetapi karena melihat penculik itu mendekati sebuah meja dan mengambil pistol. Persis pistol yang penculik itu pakai saat merusuhkan acara pesta ulang tahun kampus.

Sudah 3 hari mereka ditahan oleh penculik itu, dan mereka masih tak tahu alasannya. Takut. Ya, hal itu yang membuat mereka enggan untuk bertanya, pasalnya penculik ini selalu memasang mata yang tajam pada mereka.

Mata yang gak asing, opini Ariana saat tak sengaja melihat matanya.

Dan selama 3 hari itu, si penculik masih setia memakai topeng hitamnya. Emang nya gak sumpek?

"lo tuh siapa sih? Apa yang lo mau dari kita berdua?" spontan Ariana bertanya seperti itu.

"gue gak mau apa-apa dari kalian. Tapi bos gue yang pengen sesuatu dari lo-ralat, dari Justin" penculik itu mengalihkan pandangannya ke arah Justin.

"gue? Apa yang dia mau dari gue, hah?! Kenapa gak face to face aja sekalian"

"oww, santai aja kali, Just," kata Penculik itu sambil berjalan menuju Ariana. Tak lupa membawa dia membawa pistol. "dia gak mau ada seseorang pun yang jadi pacar lo, Just. Dan siapapun yang membantah, akan dapat siksaan" terang si penculik.

Entah kenapa Ariana merasa bulu kuduk nya berdiri. Siapapun yang membantah, akan dapat siksaan. Itu sama aja artinya siapapun yang ngambil justin dari dia, bakalan dapat siksaan. "dia nyuruh gue buat bunuh Ariana saat ponsel yang gue pegang ini berdering, tanda ia sudah memberi aba-aba," katanya lagi sambil mengeluarkan ponsel dari kantong bajunya. Tangan nya yang lain mengarahkan pistol nya itu ke kepala Ariana.

"kalau lo mau bunuh Ariana, hadapin gue dulu!" Tiba-tiba dari belakang datang dua perempuan dan dua laki-laki yang umurnya sebaya dengan pasangan yang sedang di tahan ini. Taylor, Jennette, Harry, dan Austin dengan perban yang melilit di kaki nya

Keren, kata Justin. Eh, tapi kok mereka bisa ada disini?

Mereka tau dari mana kalau penculik ini nahan kita disini?, Ariana bertanya pada diri nya sendiri

"berani nya main keroyokan," decak penculik itu.

"Masalah? Lagian badan kita ber-empat kalau di satuin bakalan sama kayak lo kok!" dengan kesalnya Taylor berkata seperti itu

Mungkin Jen sudah mewariskan sifat frontalnya ke Taylor

"jauhin. Pistol. Lo. Dari. Kepala. Pacar. Gue!" Justin menekankan setiap kata, sambil mencoba menggeserkan kursi tempat ia di ikat agar lebih dekat dengan posisi Ariana

Sedangkan si cewek berambut merah ini hanya bisa mengumpat di dalam hatinya.

Jangan bunuh gue jangan bunuh gue. Pahala gue belum cukup, decak Ariana di dalam hatinya

"lo gak dengar apa yang dibilang Justin, huh?! Jauhin pistol lo dari sahabat gue!" Jen melangkahkan kakinya lebih dekat dengan Ariana

"sekali lagi lo maju biar selangkah pun! Gue tembak dia! Di mata kalian sendiri!" ancam si penculik yang semakin membuat Ariana berkeringat dingin

Harry tersenyum miring, "haha. Emang lo berani?"

DORRR!

"ARIANA!"

***

Password for next chapter : apa yang kalian suka dari cerita ini?

Dedication for ma friend! @littlerose_

Fyi, Sumpah ini aneh, gaje banget wakwaw._.

See you in next chapter,

Three GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang