Part 20

2.2K 228 17
                                    

Jum'at nya...

Still Taylor P.O.V

"HARRYY!" Teriak gue pas ketemu sama Harry di koridor. Dan beberapa laki-laki yang nengok ke arah gue dengan ekspresi bertanya. Oh iya, gue lupa kalau bukan Cuma harry yang punya nama kayak gitu di kampus.

Ada ... Harry Subarjo

Harry Zulkifli bin Abdullah

Harry anaknya Pak Somad

Harry Senin, selasa, rabu, kamis, jum'at, sabtu, minggu #plak

"Oh, maaf. Gue manggil yang Harry Styles." Kata gue. Si yang punya nama, langsung menoleh ke arah gue dengan muka dinginnya. Gak perduli tatapan yang dia beri, gue melangkahkan kaki mendekat kearah Harry.

Masa iya cewek duluan yang minta maaf. Masa iya cewek duluan yang nyamperin cowok. Kalo kayak gini mulu, mau ditaruh di mana muka gue? Ditempat sampah? Dikolong jembatan?

Sekarang gue udah ada didepan laki-laki yang dari kemaren gak tau tiba-tiba marah sama gue. Dan mau gak mau, gue harus minta maaf sama duluan sama nih cowok. Padahal gue gak tau kenapa dia begini. "Guemintamaaf." kata gue dengan satu nafas. Lebih cepat dari Siput yang ada difilm Turbo

"Apa? Kalo ngomong jangan cepet-cepet." Kata Harry kesal.

"Gue. Minta. Maaf." Kata gue dengan penuh penekanan. "Udah gak cepat kan?"

"Apa? Gue gak denger.. di sini terlalu ribut." Kata dia lagi. Ih, nih anak budek atau apa ya. Please deh, Har, disini tinggal kita berdua. Masa keadaan sepi kayak gini lo bilang ribut?

"GUE MINTA MAAF, BUDEK!!" kata gue berteriak di telinga kanannya

"Apaa?! Gue gak denger sumpah."

Gue mulai menyerah dengan keadaan ini.

"GUE, TAYLOR SWIFT PENGEN MINTA MAAF SAMA ORANG TER-BUDEK DI DUNIA, HARRY STYLES."

"Lo ngomong apaan sih?" Kalau dia bukan anak baru, mungkin udah tergeletak mengenaskan di lantai dengan darah yang berceceran. Dimana gue memegang pisau yang ujung tajamnya terdapat darah dia. Duh, ngeri juga, ya.

Gue menghela napas. "Intinya gue mau minta maaf sama lo. Padahal gue gak punya salah." Setelah mengucapkan kata- kata itu, gue langsung meninggalkan harry sendirian di koridor.

"TAYLOR!" Teriak seseorang yang berada di belakangku. Siapa lagi kalau bukan Harry.

"Apaan?!?"

"Idihh, jangan jutek lah, Mba."

"Biarin. Habis nya loh sih, udah syukur gue minta maaf duluan ke lo." Jawab gue ketus.

"Jadi tadi lo minta maaf sama gue?" Dan dengan tampang yang gak bersalah, dia nanya pertanyaan itu ke gue. Oh tuhan, kenapa aku bisa punya temen yang begini.

"Gue minta duit ..... YAIYALAH GUE MINTA MAAF!"

Dia hanya membulatkan mulut membentuk seperti huruf 'o' seraya menganggukkan kepala. Karena gue udah gak tahan dengan semua ini, gue memutuskan untuk mulai melangkahkan kaki menjauh dari si keriting cabe. Tau ah, yang penting gue udah minta maaf. "WOY!!" teriaknya lagi.

"Apaan sih!" Kata gue sambil menghentakkan sepatu converse dan membalikkan badan.

"Mau dimaafin gak?"

"Terserah lo aja deh, gue udah cape minta maaf sama lo. Mana suara gue lagi serak-serak lagi."

Gak tau apa yang lucu, dia malah ketawa ngakak sampai-sampai memegang perutnya, "Gue maafin deh."

Setelah dia bilang gitu, gue melanjutkan perjalanan menuju kelas pertama pagi ini. Tapi, entah kenapa pas Harry maafin gue, kok gue langsung senyam-senyum sendiri, ya?.

+

"See you later, Guys." kata dosen berkumis tebal yang baru aja mengakhiri materi yang dia sampaikan.

Gue keluar dari kelas dan menuju loker yang ber-tag ­'Taylor Swift'. Pas gue udah berada di depan loker, gue menemukan sepucuk surat. Dan isinya,

Hai, penjahit!

Temui aku di lapangan basket. S.E.K.A.R.A.N.G

Aku tak mau menunggu lama

-Si keriting manis nan imut

Surat macam apa ini? Tidak bermutu sekali. Apalagi dia mengaku 'si keriting manis dan imut'. Harry. Siapa lagi laki-laki yang mempunyai rambut keriting dan sikap overpede selain dia?

Karena gue masih punya rasa kasihan, lebih baik gue samperin dia aja.

.

-Lapangan Basket-

Gue lihat dari kejauhan kalau ada seorang laki-laki tinggi lagi main basket dan mencoba untuk memasukkan ke ring. Dia mulai berlari kecil menuju ring basket, saudara-saudara. Dan mulai mengangkat kedua tangannya yang memegang sebuah bola basket dan ...

TIDAK MASUK, BUNG!

Kenapa gue jadi kayak pembawa acara sepak bola sih

"Harry!" Kata gue sambil melambaikan tangan ke dia. Harry berhenti memainkan bola yang lumayan besar itu dan berjalan menuju gue. Kok gue deg-degan ya?

"Gue kira lo gak datang." kata Harry sembari membuat ke sembarang arah bola basket milik sekolah.

"Lagian lo nyuruh gue dateng kesini pas udah baca tuh pesan. Seorang Taylor Swift gak pernah ngebantah."

Dia terkekeh pelan, dan gue udah pengen banget buat pulang ke asrama. Gerah, mau mandi. "Gak bisa to the point aja?"

"Kita bakalan nyanyi lagu apa buat besok?"

"Terserah lo aja sih." Gue bahkan baru ingat kalau ada tugas duet sama dia.

"Gimana kalau nyanyi lagu yang udah dari sananya untuk duet? Supaya gak perlu repot-repot bagi kalimatnya." Saran dia dan gue mengangguk setuju.

"Boleh juga. Tumben otak lo jalan."

Gak perduli sama ejekan yang gue lontarkan ke dia, Harry langsung narik tangan ggue pelan lalu berjalan kearah tasnya berada. Menaruhnya di salah satu pundak lalu berkata, "Yaudah, yuk! Ke taman belakang sekolah."

"Lah? Ngapain kesana?"

"Nyari lagu lah... gimana sih."

"Emangnya harus disana?" Tanya gue untuk kesekian kali dan gak kerasa kita udah sampai di lantai bawah kampus. "Gimana kalau sore ini aja? Gue lagi gak bersemangat nih, pengen tiduran dulu di asrama. Emang lo gak kasihan apa sama gue?" sepertinya muka puppy eyes ini tidak mempan buat Harry.

"Gak. Gue gak kasihan. Ayolah, Tay. Kalau kita buatnya pas sore, pasti selesainya malam. Kan tau sendiri peraturan sekolah kalau misalkan gak boleh berada di luar asrama lewat jam 7. Bahkan lo di kampus ini udah lama, masa' gue lebih hafal peraturan daripada lo?"

"Um... bener juga sih."

"Nah! Yaudah ayo!"

Alhasil dia kembali menyeret gue.


Three GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang