٣

2.6K 241 7
                                    

Aku mungkin bukan laki-laki sempurna yang kau idamkan untuk jadi imammu, tapi izinkan aku untuk menjadi nahkoda dalam bahtera yang akan membawa kita menuju syurga-Nya.

- Haikal Al Latif -

_____


Dalam gelapnya malam dua insan tengah mengadu pada Allah dengan pembahasan yang sama, meski berada di tempat yang berbeda dan keadaan hati yang berbeda juga.

Melalui doa-doa panjang yang mereka lantunkan, berharap untuk diberikan yang terbaik dalam setiap langkah. Terlebih lagi Bintang, yang sama sekali tidak tahu harus bagaimana.

Segala keresahan Allah selalu menjadi jalan keluar terbaik bagi dirinya. Bintang berpikir bahwa manusia tidak akan pernah bisa lepas dari Tuhannya, juga bukan hal yang pantas jika tidak meminta pada-Nya. Meskipun tanpa meminta, Allah selalu menberi apa yang manusia itu butuhkan, bedanya ada yang sadar dan ada yang tidak.

Berdoa adalah sesuatu yang wajar, karena manusia adalah hamba. Justru tanpa berdoa, itu pertanda bahwa kesombongan sudah menjalar dalam hati.

Setelah melakukan sholat istikharah dan tahajud sebanyak dua rakaat, ia lanjut dengan membaca al-qur'an sembari menunggu waktu subuh tiba.

Sepasang mata mengintip dari balik pintu kamar, melihat aktivitas yang sedang dilakukan Bintang dengan pandangan bangga. Ia adalah Salima, baginya memiliki seorang anak seperti Bintang menjadi sebuah anugerah yang selalu ia syukuri. Bintang adalah harta berharga, terlebih lagi ia hanya mempunyai satu orang anak saja. Beruntungnya Bintang adalah anak yang penurut dan taat dalam perintah agama.

Ia mengingat segala rasa sakitnya dulu saat sedang mengandung Bintang, dalam hatinya ia berdoa agar segala rasa sakit dapat berganti dengan seorang anak yang salih maupun salihah.

**


Tiga hari telah berlalu setelah Haikal melamar Bintang, meski saat itu Haikal pulang tanpa membawa kepastian, namun ia tetap memantapkan hatinya pada Bintang.

Gadis yang ditemuinya di masjid dekat kantornya itu telah membuat singgasana di hati Haikal, saat itu ia melihat Bintang sedang mengaji dan tanpa diduga ia terpesona oleh suara Bintang.

Berhari-hari Haikal mencari sosok Bintang di masjid tersebut, namun tak ditemuinya. Akhirnya Haikal pasrah, tak ingin terus dihantui oleh bayang-bayang wanita yang belum halal baginya. Pada hari itu juga, ia meminta untuk segera dicarikan istri.

Tanpa disangka gadis pilihan orangtuanya adalah gadis itu, yang tidak lain adalah Bintang. Semakin yakinlah hati Haikal untuk menikah dengan seorang gadis yang sempat memenuhi otaknya itu.

Ternyata benar bahwa apapun yang memang ditakdirkan untuk kita pastilah akan mendekat, sedangkan apapun yang tidak ditakdirkan menjadi milik kita, digenggam seerat apapun pasti akan pergi juga.

**

Ada sedikit ketakutan pada diri Bintang untuk melangkah ke pernikahan, sebenarnya ia sudah mengambil keputusan atas lamaran Haikal dan hari ini ia akan mengatakan pada orangtuanya.

Pernikahan bukanlah perjalanan sehari atau seminggu, bukan juga setahun, namun ini adalah perjalanan seumur hidup.

Terlihat Hasan yang sedang duduk di sofa sembari membaca buku-buku agama. Sambil memainkan jari-jarinya, Bintang berjalan menghampiri Hasan.

"A-abi," panggil Bintang.

Hasan menoleh lalu meletakan bukunya di meja.

"Hm, kenapa nak?" tanya Hasan.

Bintang dan Kenangan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang