١٢

1.6K 160 4
                                    

Mengapa belum pergi juga dari hati?
-

"Salam buat Ummi sama Abi," kata Bintang pada Haikal yang hendak masuk ke mobil. Sekitar waktu dhuha, Haikal mengantar Husna pulang kerumah. Rencananya Bintang ikut, tapi Haikal ada keperluan lain tentang pekerjaannya.

"Iya, Bintang baik-baik ya di rumah," ucap Haikal sambil mengelus pucuk kepala istrinya.

Bintang mencium tangan Haikal, sebagai tanda hormat untuk suaminya itu. Beberapa detik kemudian, mobil yang ditumpangi Haikal dengan Husna melenggang meninggalkan rumah.

Entah apa yang dilakukan Bintang tanpa Haikal di rumah, tapi ini sedikit lebih baik bagi hatinya. Ia memang butuh waktu untuk sendiri, menenangkan dan mempertanyakan maunya hati.

Bintang melangkah masuk menuju halaman belakang rumah, sebelumnya ia mengambil sebuah novel untuk ia baca di sana.

Halaman perhalaman sudah ia baca, tepat pada lembaran selanjutnya, ia menemukan sebuah foto masa kecilnya dengan Husein.

"Kenapa foto ini ada di sini?" batinnya bertanya.

Sekejap Bintang pandangi foto itu, namun yang terjadi malah ia semakin merindukan Husein, apalagi dengan kebersamaan mereka waktu kecil.

Bintang meringis, angannya itu seperti tertampar oleh realita sekarang. Husein bukan lagi siapa-siapa, ia sudah tiada, bagaimanapun Bintang harus segera melupakannya.

**

Laju mobil yang dikendarai oleh Haikal menuju ke sebuah pemakaman. Tepat setelah Haikal mengantar adiknya pulang, ia pergi untuk ziarah ke makam orang yang masih dicintai oleh istrinya itu.

Ini adalah kedua kalinya ia kesini, yang pertama kali saat ia hendak menikah dengan Bintang. Usai mengirim doa untuk Husein, Haikal pandangi nisan Husein sebentar sembari mengelus.

"Seberapa istimewa kamu bagi Bintang?" tanya Haikal seorang diri.

"Apa mungkin kehadiranku dalam hidup Bintang hanya untuk membuatmu seolah masih ada?" tanyanya lagi.

"Mungkinkah kemiripan yang kita punya, adalah cara agar kamu senantiasa ada untuk Bintang?" Haikal mulai sedikit terisak.

"Tapi sein, aku juga ingin dianggap Haikal oleh Bintang. Ingin juga dicintai oleh Bintang seperti ia mencintaimu hingga sekarang!" seru Haikal.

"Bukankah kamu sudah menemaninya dari kecil? Sekarang biar aku yang menjaganya, kamu tenang saja, aku mana berani menyakiti Bintang. Karena aku sangat mencintainya, terima kasih pernah menjadi sahabat baik dari Bintang."

Haikal kembali mengelus nisan Husein, kemudian melenggang pergi. Haikal tidak menyalahkan Husein, tidak juga menyalahkan Bintang. Ia hanya sedikit sedih, mengapa susah sekali menggeser Husein dari hati istrinya.

Bintang tidak tahu jika Haikal pergi ke makam Husein, sebab Haikal hanya izin untuk mengurus pekerjaan. Sengaja Haikal berbohong, karena jika terang-terangan, ia takut Bintang menjadi salah paham.

Kini tujuan Haikal adalah rumah, ingin segera menemui Bintang dan memeluknya. Tapi tak mungkin, ia takut jika melakukan itu Bintang akan menjaga jarak dengannya.

~
Bersambung

Jangan lupa baca al-qur'an

Bintang dan Kenangan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang