٣٠

1.7K 142 0
                                    

Thanks for all.

Langit yang terlihat sendu mengiring kepulangan Bintang dari rumah sakit. Tangan dan kakinya masih berbalut perban, namun tertutup oleh gamisnya.

Bintang belum sepenuhnya sembuh, bahkan untuk berjalan saja ia masih dibantu dengan tongkat, kakinya masih belum kuat menopang beban tubuh. Ia memutuskan untuk pulang karena merasa sudah baik-baik saja, biar luka pada tangan dan kakinya ia rawat seorang diri, sesuai anjuran dokter.

"Nanti kalau aku kerja, aku minta tolong Ummi buat jagain kamu," ucap Haikal sembari menyetir.

"Tidak usah, ngerepotin Ummi," tolak Bintang.

"Apa mau nyari asisten rumah tangga aja?"

"Jangan, aku masih sanggup kok ngerjain pekerjaan rumah tangga sendirian."

Haikal hanya bisa berdehem, ia tak dapat berkutik. Ia belokkan setir ke pekarangan rumahnya, kemudian berhenti.

"Bintang tunggu ya, jangan turun dulu," titah Haikal kemudian turun dari mobil.

Ia bergerak membuka pintu sebelahnya dan menuntun Bintang untuk turun. Bintang meringis saat kakinya tepat menyentuh tanah, masih ada sedikit rasa nyeri.

Tanpa basa-basi, Haikal membopong istrinya ke dalam rumah dan langsung menuju kamar. Ia membaringkan Bintang di kasur, membiarkannya untuk istirahat. Sedangkan Haikal sendiri sibuk mengambil kotak P3K dan berbagai makanan sehat.

Ia letakkan itu semua di meja samping ranjang, tujuannya adalah agar mudah dijangkau oleh Bintang jika tiba-tiba dirinya ingin makan sesuatu, atau sekedar mengganti perbannya jika sedang tidak ada yang menemani Bintang.

"Bintang dengar, selama aku nggak ada di rumah, jangan ngelakuin pekerjaan rumah ya," pinta Haikal.

"Terus kalau kamu lapar? atau kalau aku lihat rumah ini kotor, apa mau dibiarkan saja?"

"Makanan kita bisa pesan dari luar, pakaian bisa pakai jasa laundry, kalau rumah berantakan, sepulang kerja aku bisa bereskan."

Bintang melongo, ia sedikit tidak setuju dengan yang dikatakan oleh Haikal.

"Terus aku ngapain? Mau diam saja di kamar?" protes Bintang.

"Bintang ingat yang aku katakan saat hari pertama kita nikah?" tanya Haikal.

"Yang aku katakan itu masih berlaku sampai sekarang, bahkan selamanya," lanjutnya.

Bintang mengerti maksud Haikal, ia masih mengingat kata-katanya tentang menjadikan Bintang istri bukan berarti harus mengurus segala keperluan Haikal, suaminya itu hanya tidak ingin Bintang kelelahan.

"Tapi itu salah satu jalanku menuju surga. Aku di sini berusaha menjadi istri yang baik untukmu, menyediakan makanan yang sudah terjamin sehat, pakaian rapih dan rumah bersih ketika kamu pulang mencari nafkah ... semata-mata agar kamu merasa senang dan tenang. Bukankah wanita yang baik adalah yang menyenangkan hati suaminya?" ujar Bintang diakhiri tanya.

"Tapi kamu mampu membuat hatiku merasa senang tanpa harus melakukan itu semua," kata Haikal.

"Tetap saja, tolong jangan batasi jalanku dalam mencapai ridho-Nya, ridhoi aku untuk melakukan itu semua."

Haikal tak dapat berkutik, ia setujui apa yang diinginkan oleh Bintang.

"Tapi untuk kali ini, jangan dulu ya, kondisi kamu lagi sakit sekarang," pinta Haikal.

"T-tapi ...."

"Tolong jangan membantah, aku tidak tega," ucap Haikal memotong ucapan Bintang.

**

Satu mangkuk bubur ayam sudah habis dimakan Bintang, suap demi suap Haikal berikan pada Bintang melalui sendok pada tangannya sendiri.

Ia letakkan mangkuk kosong itu di meja, kemudian memberikan Bintang segelas air putih.

"Bintang mau dengar cerita dari Al-Fudhail bin 'Iyaadh Ra. yang mendapat pelajaran kesabaran dari seorang anak kecil?" tanya Haikal. Ia menyilangkan kakinya, merilekskan posisi duduknya agar santai saat bercerita nanti.

"Mau, ayo cerita."

"Al-Fudhail bin 'Iyaadh berkata 'Aku belajar kesabaran dari seorang anak kecil. Suatu saat aku berangkat ke masjid, aku mendapati seorang perempuan di dalam rumah memukul putranya, sehingga anak tersebut berteriak. Sang anak langsung membuka pintu, lari. Sang ibu pun menutup pintu rumahnya begitu saja.

Aku bertemu sang anak tersebut, setelah sedikit dari isak tangisnya. Sang anak menoleh ke kanan, ke kiri, dia tidak mendapatkan tempat untuk beristirahat. Maka dia pun bersimpuh di depan pintu sambil menempelkan pipinya di daun pintu, dia pun tertidur."

Haikal sedikit menjeda ceritanya, melihat Bintang yang tengah serius mendengar kisah yang ia ceritakan.

"Lalu ketika sang ibu keluar, Bintang tahu apa yang dilakukan ibunya?"

Bintang menggeleng, ia masih semakin penasaran dengan kelanjutan kisahnya.

"Ketika sang ibu keluar, dia mendapatkan anaknya dalam keadaan itu. Sang ibu tak kuasa melihat keadaan anaknya tersebut, dia langsung memeluk sang anak dan menciumnya.

Sang ibu berucap: 'wahai anakku, kemanakah engkau akan pergi meninggalkanku? Siapa yang akan engkau tuju selain aku? Bukankah aku katakan padamu jangan engkau menentang perintah dan aturanku?' Sang ibu memeluk dengan erat di dadanya dan ia memasukkan anaknya ke dalam rumah.

Menangislah Al-Fudhail sampai membasahi jenggot beliau, seraya berkata: 'Maha Suci Allah, andai seorang hamba bersabar di depan pintu Allah Swt, niscaya Allah akan membukakan pintu rahmat untuknya'."

Haikal mengakhiri cerita tersebut, ia pun sedikit mendapat pelajaran dari apa yang ia ceritakan tadi.

Bintang masih terdiam, menunduk, meresapi makna yang bisa ia ambil dari kisah tersebut.

"Jadi apa yang bisa Bintang ambil dari cerita ini?" tanya Haikal.

"Ada dua hal, yang pertama ketika sang ibu berucap untuk anaknya. Aku jadi berpikir ... kita kalau bukan sama Allah terus mau sama siapa? Siapa lagi yang mau kita tuju, ke mana kita akan cari perlindungan jika bukan kepada Allah?"

"Terus yang kedua?"

"Yang kedua adalah, seperti yang dikatakan oleh Al-Fudhail. Andai kita bersabar dalam mengharap ridho dan terus mendekat kepada Allah. Maka Allah pasti akan bukakan pintu rahmat-Nya dan menemui kita dengan penuh cinta," ujar Bintang.

Haikal tersenyum, ia pegang kepala Bintang dan membawa ke dalam dekapannya.

"Sudah malam, ayo tidur," kata Haikal.

Bintang mengangguk, kemudian menjatuhkan kepalanya di atas bantal. Tidak butuh waktu lama, keduanya terlelap menuju alam bawah sadar mereka.

~

Bersambung.

Maaf baru up sekarang :( , ada beberapa kesibukan yang nggak bisa ditinggalkan, hihuuu. Dah lah ~

Terima kasih sudah membaca ☺️

Selamat menjalankan ibadah puasa dan jangan lupa baca al-qur'an ya gengsss.

Mohon maaf lahir batin.

Bintang dan Kenangan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang