٢٠

1.5K 161 1
                                    

Walau banyak bercanda, tapi serius perihal cinta.

Haikal dan Bintang berdiri menghadap pintu rumah yang tertutup, mengetuknya perlahan sembari mengucapkan salam. Setelah dari rumah orang tua Bintang, kini mereka beralih ke rumah orang tua Haikal. Jangan kaget jika suasana di rumah ini lebih ramai, itu dikarenakan adanya dua orang adik Haikal yang kembar, juga seluruh anggota keluarga ini memiliki karakter yang ramai.

"Wa'alaikumussalam," ucap seseorang dari balik pintu.

"Wiiiiiih, banyak makanan nih," kata Husna begitu ia membukakan pintu untuk Haikal dan Bintang.

"Sini Husna bantu bawain," tawar Husna dan langsung mengambil beberapa plastik dari tangan Bintang juga Haikal.

"Ayo masuk," lanjut Husna.

Sofa ruang tamu menjadi tempat persinggahan mereka, sedangkan Husna menaruh semua makanan yang dibawanya ke dapur dan memanggil seluruh penghuni rumah.

"Kak Bintaaaaang," teriak Hasna begitu melihat Bintang di ruang tamu.

"Hasnaa, gimana kabarnya?" tanya Bintang yang diberi sambutan pelukan oleh Hasna.

"Baik alhamdulillah," jawab Hasna sembari melepas pelukannya.

"Ummi sama Abi mana?" tanya Haikal yang sedari tadi diam.

"Ada tuh, lagi dipanggilin sama Husna. Biasalah Ummi sama Abi lagi nongki-nongki di belakang," cetus Hasna.

Tak lama setelah itu, Ilyas, Rosita beserta Husna ada di ruang tamu. Haikal dan Bintang langsung menyalimi Ilyas dan Rosita secara bergantian.

"Ini Ummi, ada sedikit oleh-oleh dari kami, sisanya tadi sudah dibawa masuk sama Husna," ucap Haikal.

"Harusnya nggak perlu repot-repot lah," kata Rosita.

"Bohong itu, padahal dalem hatinya bilang gini, 'bawa makanan yang banyak aja' gitu kan, Ummi?" canda Ilyas dan langsung mendapat kekehan dari semua orang yang berada di ruang tamu.

"Apaan sih Abi, jangan suuzan!" seru Rosita.

"Paling ini juga nanti habis dimakan Husna sama Hasna, sama Abi juga," lanjutnya.

"Iyalah, orang dikasih masa nggak dimakan, kan mubazir," kata Ilyas.

"Nah, bener nih kata Abi, tos dulu," cetus Husna kemudian menepukkan telapak tangannya dengan telapak tangan Ilyas.

"Lihat tuh! Haikal tahu kan kalau nggak ada kamu, nggak ada yang ngebelain Ummi di sini," tutur Rosita.

"Bercanda, Ummi," kekeh Ilyas.

Haikal sebenarnya tidak kalah seru dengan mereka, ia juga suka sekali bercanda. Tapi entah kenapa, di hadapan Bintang ia menjadi sosok yang kalem.

"Ummi mau tinggal sama Haikal aja deh, sama Bintang juga," Rosita berpura-pura merajuk.

"Jangan Ummi, masa tega ninggalin Abi sama si kembar," rengek Ilyas.

Suasana ramai oleh rengekan dan rajukan pasangan yang tidak lagi muda ini, sedangkan anak-anaknya hanya diam menyaksikan saja. Mereka sudah tahu, bahkan sudah terbiasa melihat candaan orang tuanya yang seperti pasangan anak muda.

"Abi sama Ummi kalau udah bercanda berdua jadi lupa sama sekitarnya," cetus Husna.

"Iya, serasa dunia milik berdua," kekeh Haikal.

"Mending Abi makan aja deh," kata Ilyas mengambil sekotak bakpia yang ada di atas meja.

Dengan usilnya, Rosita menyerobot bakpia tersebut dan langsung membawanya kabur. Ilyas mengejar istrinya yang berlari ke area ruang tengah, meninggalkan anak beserta menantunya di ruang tamu.

"Tuh, gitu mulu tiap hari, seakan-akan lupa sama anaknya," ucap Hasna.

"Biarin aja, nanti juga kamu ngerasain kalo punya suami," ujar Haikal.

"Emang Abang sama Kak Bintang gitu juga?" tanya Hasna.

Bintang dan Haikal tergelak, tak tahu harus menjawab apa. Mengobrol saja masih sedikit canggung, apalagi bercanda sampai kejar-kejaran begitu. Mereka hanya saling tatap kemudian saling melempar senyum.

"Kepo kamu!" seru Haikal, ia menyomot sedikit makanan yang ia bawa tadi.

"Kamu nggak ikut aku nginep sih waktu itu," kata Husna, ia pun ikut mengambil makanan yang Haikal makan. Begitupun dengan Hasna, ia malah berebut makanan dengan kembarannya itu.

"Apaan sih Hasna, itu ambil sendiri di meja, kenapa ngambil yang dari tangan aku sih!" protes Husna.

"Yang itu belum dibuka, lagian emang sekotak gitu mau kamu habisin sendiri?"

"Ini masih banyak kok, dibuka lagi juga nggak apa-apa," kata Bintang sembari menyodorkan sekotak bakpia pada Hasna.

"Makasih kakak cantik," ucap Hasna.

**

Sekitar pukul delapan malam, Haikal dan Bintang pulang ke rumah mereka. Besok pagi Haikal sudah mulai berangkat kerja, masa cutinya berakhir pada hari ini.

"Besok berangkat kerja jam berapa?" tanya Bintang, ia menyenderkan kepalanya pada kepala ranjang.

"Jam 7, sebenarnya berangkat jam setengah delapan juga bisa, tapi udah biasa berangkat jam tujuh," jawab Haikal.

"Pulangnya?"

"Sekitar jam lima sore, tapi kalau banyak kerjaan bisa sampai malam."

Bintang menganggukkan kepalanya tanda mengerti, ia hanya ingin tahu agar bisa menyiapkan keperluan Haikal dari pagi. Juga saat Haikal pulang nanti, ia sudah menyediakan makanan untuk suaminya itu.

"Mau bawa bekal?" Bintang bertanya lagi.

Haikal nampak berpikir, "Nanti ngerepotin Bintang nggak?"

"Enggak, kalau mau aku antar ke kantor pas jam makan siang nanti juga nggak masalah," kata Bintang.

"Kasian nanti kamu kepanasan, aku bawa bekal aja dari pagi," ucap Haikal, ia mengelus-elus rambut Bintang.

"Ya sudah, nanti aku buatin bekalnya."

Beberapa menit kemudian, mereka terlelap menuju alam bawah sadar. Bintang banyak belajar hari ini, dari orang tuanya dan mertuanya. Tentang bagaimana membentuk rumah tangga yang harmonis dan cara menumbuhkan rasa kasih sayang agar tetap terjaga meskipun sudah tak lagi muda.

~
Bersambung

⚠️ Saya tidak bertanggung jawab apabila ada yang baca cerita ini tapi sampai lalai sholat ataupun jadi tidak membaca al-qur'an.

Karena walau bagaimanapun, bacaan utama dan sebaik-baiknya bacaan untuk umat islam adalah al-qur'an.

Semangat, semoga hari ini menyenangkan.
☺️

Bintang dan Kenangan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang