٢١

1.4K 138 4
                                    

Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

Sang fajar sudah hadir dari ufuk timur, memancarkan cahayanya yang indah untuk mengawali hari yang cerah. Terlihat Bintang tengah beradu dengan alat-alat dapur, membuat sarapan dan juga bekal untuk suaminya.

Segala keperluan Haikal sudah Bintang siapkan dari awal, dari mulai pakaian hingga sepatu. Setidaknya, di hari pertama kerja setelah cuti, Haikal harus terlihat lebih siap.

"Mau aku bantu?" tanya Haikal begitu sampai di dapur, ia mendudukkan dirinya di kursi dekat meja tempat mereka biasa makan.

"Enggak usah, ini juga sebentar lagi selesai kok," jawab Bintang. Paha ayam yang ia goreng tadi sudah beralih pada piring, siap untuk disajikan.

Bintang mengambilkan nasi untuk Haikal beserta lauk pauknya. Selain ayam, Bintang juga membuat sedikit sambal dan sayur sup. Sarapan sederhana yang menurutnya enak disantap saat masih hangat.

Satu porsi sudah tandas dimakan Haikal, ia justru kembali menyodorkan piringnya pada Bintang yang masih menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Tambahin dikit lagi," Haikal menyeringai.

Dengan segera, Bintang mengambilkan sedikit nasi dan satu potong daging ayam untuk suaminya, Bintang bahkan belum pernah melihat Haikal makan selahap ini.

"Jangan buru-buru makannya, jangan sampai kekenyangan ya," ucap Bintang.

"Iya, sebelum kenyang aku udahin kok, ngehabisin yang ini aja. Kalo makan masakan kamu itu, satu porsi terasa kurang," kata Haikal.

Memakan sesuatu sampai perut terasa sangat penuh bukanlah hal yang baik untuk kesehatan, bahkan ada firman Allah dalam surah al-a'raf ayat 31 yang artinya, “Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, "Tidak ada wadah yang dipenuhi anak Adam yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah anak Adam mengkonsumsi beberapa suap makanan untuk menguatkan tulang rusuknya. Kalau memang tidak ada jalan lain (memakan lebih banyak), maka berikan sepertiga untuk (tempat) makanan, sepertiga untuk (tempat) minuman dan sepertiga untuk (tempat) nafasnya."

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Tirmidzi nomor 2380, oleh Ibnu Majah nomor 3349 dan dishahihkan oleh Al-albany dalam kitab Shahih Tirmidzi nomor 1939.

Setelah selesai makan, Bintang mengantar Haikal sampai di depan pintu rumah. Terlalu ribet jika ia ikut keluar, karena harus mengenakan cadar terlebih dahulu, jadi ia putuskan hanya sampai belakang pintu depan saja.

Haikal melangkah keluar, namun pergerakannya terhenti ketika Bintang memanggilnya.

"Belum salim," kata Bintang.

Haikal langsung berbalik arah kembali menghampiri Bintang, sebenarnya tadi ia sudah ingin menawari tangannya untuk dicium Bintang, tapi sepertinya Bintang belum tersadar.

"Hati-hati di rumah," ucap Haikal yang langsung mendapat anggukan dari Bintang. Ia kemudian kembali menuju mobilnya dan melesat meninggalkan pekarangan rumah.

Bintang kembali menuju meja makan, membereskan dan mencuci piring beserta alat-alat dapur yang ia pakai tadi.

Kentara sekali sepinya, Bintang sangat merasakan hal itu. Ia beralih menuju kamar, untuk mengambil buku yang ingin ia baca di halaman belakang rumah.

Tapi ketukan pintu mengalihkan perhatiannya, dengan cepat ia mengambil cadarnya dan langsung membukakan pintu.

Bintang terkejut begitu ia melihat seseorang yang ada di hadapannya ini, ia mengenal orang ini, bahkan sangat mengenal.

"B-bintang," orang itu memanggil Bintang dengan terbata.

Bintang masih berada dalam keterkejutannya, seolah tak menyangka bahwa sosok ini datang menghampirinya.

"Silahkan masuk," ucap Bintang mempersilahkan.

~
Bersambung.

Jangan lupa baca al-qur'an.

Bintang dan Kenangan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang