٥

2.1K 211 1
                                    

Apa mencintai itu butuh waktu?



Suara keran air terdengar mengericik dari dalam kamar mandi, aliran airnya tertangkap oleh pendengaran Bintang yang sedang menghapus riasan di wajahnya.

Benar sekali, Haikal sedang membersihkan dirinya setelah sebelumnya sempat menawarkan Bintang untuk lebih dulu mandi. Bintang menolak, ia memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya sebentar lalu menghapus seluruh make-upnya.

Dalam lamunan, Bintang tak menyangka kini ia telah sah menjadi seorang istri. Dirinya berpikir bahwa tidak akan secepat ini Bintang akan mendapatkan suami, mengingat belum lama ini ia sempat gagal menikah.

Ada rasa syukur juga sedihnya, hingga sekarang Bintang belum bisa melupakan tentang Husein, bahkan rasa cinta yang pernah timbul untuk Husein saja belum bisa ia hilangkan.

Bintang tahu bahwa hal itu adalah salah, dia hanya bisa berdoa agar Allah segera menghilangkan rasa cinta pada Husein dan beralih untuk Haikal, karena hanya Allah Yang Maha Membolak-balikkan hati manusia.


**


Suara pintu kamar mandi terbuka, kemudian memunculkan seorang laki-laki dari dalamnya. Rupanya Haikal telah selesai mandi, begitupun Bintang yang juga sudah selesai menghapus segala riasan yang ada pada dirinya.

Bintang kini terlihat sangat natural, tapi kecantikan masih tetap melekat pada Bintang.

Perlahan Haikal mendekati Bintang dan duduk di sebelahnya, Bintang menoleh kaget karena dirinya masih terfokus pada pikirannya.

"Eh, sudah selesai? Maaf aku belum menyiapkan baju ganti, aku me–" ucapan Bintang terhenti ketika Haikal menyentuh tangannya.

Haikal menatap Bintang sangat dalam hingga Bintang merasa malu sendiri, sekejap Bintang juga menatap Haikal namun cepat-cepat ia menunduk.

"Maaf," lirih Bintang.

"Hatiku terpikat pada sosokmu, sejak pertama kali tak sengaja kita bertemu," ucap Haikal puitis.

Bintang mengerutkan keningnya, apa yang terjadi dengan suaminya ini hingga tiba-tiba menyairkan sebait puisi di depannya.

"Ku kira semesta tak merestui kita, siapalah aku berani mengharapkan bisa bersanding dengan sang bidadari. Tapi dugaanku salah, semesta justru mengizinkanku untuk menjadi pelengkap hidup sang bidadari itu."

Bintang tersenyum haru.

"Aku yang seperti ini, mana mungkin menjadikan sang bidadari sebagai pelayanku. Mana tega aku menyakiti hati sang bidadari, mana tega aku melihatnya kelelahan karena mengurusi segala keperluanku. Sebisa mungkin, aku ingin menjadikannya ratu," ujar Haikal penuh dengan keseriusan.

Tangannya membelai kepala Bintang hingga berakhir menyentuh pipi. Hati Bintang berdesir hebat, wanita mana yang tak bahagia jika dicintai hingga sedemikin rupa.

Bintang menyentuh tangan Haikal yang berada pada pipinya, mendongak menatap mata suaminya itu dengan perasaan haru bahagia. Setetes air mata keluar dari matanya yang indah, dengan cepat Haikal menghapusnya.

"Apa aku menyakitimu?" tanya Haikal.

Bintang menggeleng.

"Aku bahagia, aku bersyukur karena telah menjadi istrimu. Aku akan berusaha memenuhi segala kewajibanku sebagai pendamping hidupmu, bantu aku agar bisa mencintaimu seperti kamu mencintaiku," ucap Bintang.

Dalam hati Bintang bergumam, mengapa Allah mengirim laki-laki yang begitu baik untuknya, Bintang merasa jahat karena laki-laki setulus Haikal belum mampu untuk ia cintai sepenuh hati.

Di keheningan malam yang dingin, mata Bintang masih terjaga. Menatap wajah Haikal dengan penuh kesenduan, ada berbagai rasa yang Bintang rasakan.

Tangan Bintang tergerak untuk mengelus rambut Haikal, namun urung karena takut menganggu tidurnya.

"Aku takut, saat memulai mencintai kemudian aku kehilangan lagi," lirih Bintang.

"Semoga Allah mencintaimu, yang telah mencintaiku karena-Nya," lanjutnya.

Bintang membaringkan tubuhnya dan memulai untuk tidur, tanpa ia sadari Haikal malah membuka mata dan mendengar apa yang Bintang katakan.

~

Bersambung

Jangan lupa baca al-qur'an


Bintang dan Kenangan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang