٣١

1.5K 130 0
                                    

Kau ku ingat lagi.
-

Jarum jam menunjukkan pukul 06:00 pagi. Seperti biasanya Haikal tengah bersiap untuk pergi bekerja, kini ia sedang memakan sebungkus nasi kuning yang ia beli di dekat perumahan ini.

Ia memesan dua bungkus-untuknya dan juga Bintang. Rencananya ia sekaligus beli untuk makan siang nanti, namun urung.

"Ummi ke sini jam berapa?" tanya Haikal. Ia meremas kertas yang menjadi bungkus nasi tadi, lalu menenggak segelas air putih.

"Katanya sih udah di jalan, mungkin bentar lagi nyampe."

"Ya sudah, aku berangkat kalo Ummi udah di sini ya."

"Nanti telat nggak?"

"Nggak akan."

Haikal membereskan gelas dan piring yang tadi di pakai untuk wadah. Ia membawanya ke dapur, kemudian membuang kertas bungkusan tadi ke tempat sampah di dapur.

Baru selangkah ia menaiki tangga untuk kembali ke kamar, ketukan pintu membelokkan langkahnya. Ia pikir bahwa itu Salima, sebab Bintang bilang bahwa Umminya sedang ada di jalan.

"Assalamu'alaikum," ucap orang itu ketika pintunya sudah benar-benar terbuka dan menampilkan Haikal di sana.

"W-walaikumussalam," jawab Haikal dengan raut wajah bertanya-tanya. "Ngapain?"

"Aku ke sini mau jenguk Bintang, cuma itu."

Haikal sedikit tidak suka melihat Alna, tapi mau bagaimanapun, tamu tetap harus dilayani seperti raja. Apalagi tujuan Alna baik, tidak mungkin juga ia menolak kehadirannya bahkan menggusirnya.

Tepat ketika Haikal ingin mempersilahkan Alna masuk, Salima datang dengan diantar oleh Hasan. Namun Hasan tak ikut mampir, mungkin hendak pergi bekerja.

"Assalamu'alikum, Ummi," ucap Haikal kemudian mencium tangan mertuanya itu.

"Wa'alaikumussalam."

"Ayo langsung masuk saja Ummi, Bintang ada di kamar," kata Haikal.

Salima kemudian melangkahkan kaki ke dalam rumah, menuju kamar Bintang, sedangkan Alna masih terdiam di luar.

"Aku nggak di suruh masuk nih?" tanya Alna.

"Ya sudah, masuk," jawab Haikal.

**

"Sudah ada Ummi, aku berangkat ya," kata Haikal sembari mengelus kepala Bintang yang berbalut hijab.

"Iya, hati-hati."

Bintang mencium tangan suaminya, kemudian disusul Haikal yang mengacak pucuk kepala Bintang. Bintang sedikit merengut, namun Haikal malah terkekeh kemudian pergi dari sana.

"Haikal pamit ya, Ummi," ucapnya pada Salima sebelum keluar dari kamar.

"Iya, hati-hati di jalan, Nak."

Kini hanya tinggal Salima dan Alna yang berada di sisi Bintang. Sedari tadi Alna diam, namun Bintang sudah tahu bahwa Alna ada di sini.

"Ke sini sendirian, Na?" tanya Bintang.

"Iya, sendirian," jawab Alna sembari menyeringai.

"Sini duduk di samping aku," ajak Bintang. Alna mengikuti interupsi Bintang, ia kemudian duduk di sisi ranjang.

"Ini aku bawain sedikit buah-buahan buat kamu, semoga cepet sembuh ya," ucapnya.

Bintang dan Kenangan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang