"Malu?" Beo Kevland.
Dahi Kevland menyerit. Setahunya Eileen bukanlah anak yang pemalu.
Sedangkan Eileen yang masih menutupi wajah meruntuki ucapannya. Malu? Bagaimana mungkin Eileen bisa malu yang ada tubuhnya gemetar ketakutan melihat Jereon.
"Kakak menangis?" Tanya Cleon polos. Detik itu juga terdengar suara tawa. Takut-takut Eileen merenggangkat jari jemarinya, ia sedikit terpaku melihat Jereon yang tertawa, anak itu terlihat sangat tampan.
Dengan cepat Eileen memalingkan wajah, apa dia baru saja memuji calon malaikat pencabut nyawanya?
"Tidak perlu malu padaku Lady, aku adalah teman kakakmu dan aku juga berharap juga bisa berteman dengan saudara Kevland," Katanya dengan senyum manis.
"Jadi apa kalian mau berteman denganku?"
Eileen menurunkan tangannya, sebenarnya ia sangat ingin mengatakan tidak tapi yang keluar dari mulutnya malah,
"Suatu kehormatan untuk saya Yang Mulia."
"Suatu kehormatan untuk saya Yang Mulia." Cleon mengikuti ucapan Eileen.
Jereon tersenyum cerah, "Sebagai permulaan pertemanan kita bagaimana kalo kita belajar bersama? Kevland sering bercerita jika adik perempuannya sangat pandai dan aku juga yakin adik kalian juga tidak kalah pandai,"
"Ahh sayang Aston tidak bisa bergabung."
"Eileen aku berencana untuk belajar di sini, tidak apakan?"
Eileen tersenyum, "Terimakasih untuk tawarannya Yang Mulia, tapi maaf saya tidak bisa bergabung dan kakak, kau bisa memakai tempat ini sesukamu."
"Kenapa tidak Eileen?" Eileen menyerit tidak suka mendengar Jereon memanggil nama depannya, tapi dengan cepat ia menormalkan wajahnya.
"Emm itu saya...."
"Kakak aku ingin kita belajar bersama," Cetus Cleon tiba-tiba, Eileen menatap adiknya rumit, ingin menolak tapi tak tega.
"Baiklah mari kita belajar bersama," Katanya akhirnya.
Eileen mengamati bangaimana cara Kevland dan Jereon belajar. Kedua anak laki-laki itu sangat fokus, sesekali mereka saling bertanya, berdiskusi bahkan berdebat. Harus Eileen akui jika anak-anak pada masa ini jauh lebih cerdas dari pada kehidupanya terdahulu.
Entah karena tuntutan sebagai bangsawan atau pola pikir mereka yang lebih dewasa, mereka bahkan sudah bisa menentukan minat dan bakat sejak dini. Bahkan Cleon tanpa canggung ikut berpendapat, baik untuk Kevland maupun untuk Jereon. Berbeda denganya yang hanya akan bicara jika ditanya.
Tak terasa beberapa jam telah berlalu, kini mereka sudah selesai belajar.
"Eileen bolehkah untuk beberapa hari kedepan kita belajar di sini? Tempat ini sangat nyaman." Eileen melongo, apa itu artinya Jereon akan berkunjung lagi?
"Tentu Yang Mulia."
"Sudah sore, aku harus pulang."
Ke tiga bersaudara itu mengantar Jereon, tiba di kediaman utama mereka sudah di tunggu oleh Varold.
"Yang Mulia Pangeran," Sapa Varold sambil memberi hormat.
"Mari saya antar," Jereon menggeleng, "Tidak perlu repot Duke Varold, tapi jika boleh saya ingin di antar oleh Lady Eileen, sekalian ada yang ingin saya sampaikan."
Dahi Varold menyerit, ia melirik Eileen dan Jereon bergantian.
"Oh tentu Yang Mulia,"
"Baiklah sampai jumpa besok, ayo Lady Eileen," Eileen sejenak menatap ayahnya namun akhirnya pasrah mengikuti Jereon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengubah Takdir Antagonis (Slow Update)
Fantasy[BUKAN TERJEMAHAN] Cecillia Ayu Utami, seorang gadis berusia 15 tahun terbangun dalam tubuh seorang bayi setelah tenggelam di kolam renang belakang rumahnya. Awalnya Cecil merasa senang dengan kehidupan keduanya hingga akhirnya ia sadar bawah dia b...