35. Harus Tahu

27.4K 4.5K 61
                                    

Eileen mematut diri di depan cermin. Ia tersenyum puas karena pakaian akademi sangat pas untuk tubuhnya. Hari ini Eileen mengikat setengah rambut serta membiarkan helaian rambut menjuntai di pipi.

"Selesai!"

Eileen membalikan badan. Dengan tersenyum manis ia menatap Fred serta Irene.

"Bagaimana penampilanku?"

"Hmm lumayan." Ucap Fred yang langsung mendapat pelototan Irene.

"Hahaha maaf, tapi mendengar pertanyaanmu membuatku teringat pada Duke Varold."

"Sepertinya aku merindukan dia." Perkataan itu seketika membuat Eileen melempar buku yang tentunya menembus tubuh Fred.

"Apa maksudmu?!" Tanya Eileen tajam sambil bercagak pinggang.

"Hahaha aku bercanda Eileen."

"Jangan dengarkan dia, kamu sangat cantik Eileen," Puji Irene tulus.

"Iya hari ini memang cantik?"

"Hari ini? Jadi selain hari ini?"

"Hahahaha." Eileen mendengus karena pertanyaannya malah di balas tawa Fred.

"Fred! Berhenti menggodanya!" Bela Irene

Eileen menjulingkan mata keatas. Sepagi ini Fred sudah mengajaknya ribut.

'Untung aku tidak terpancing!'

•••••••••••••••

Eileen berjalan menyusuri koridor sekolah, senyum manis tergunying di bibirnya membalas sapaan para murid. Eksistensi Eileen meningkat pesat semenjak ia menginjakkan kaki di akademi. Apalagi sejak kejadian di kafetaria, hampir setiap orang membicarakannya.

Begitu sampai di kelas, manik Heterechromia Eileen tertuju pada 1 titik.

Senyum samar tersemat dibibirnya melihat seorang pria bersurai merah muda duduk tenang sambil membaca buku.

Pria itu duduk di barisan pertama sebelah kanan dan sebuah kebetulan, bangku di belakangnya belum terisi.

Tanpa membuang waktu Eileen lekas menghampiri dan menempati bangku itu. Di sana setiap siswa duduk sendiri.

Setelah menyimpan seluruh barang bawaannya, dengan menopang dagu Eileen mengamati sosok Rouvin dari belakang.

Secara fisik Rouvin memiliki tubuh yang tinggi dan tegap. Meski ia tidak segagah Aston, atau setampan Jereon tapi ia tetap memiliki pesona tersendiri.

'Apalagi mata kuningnya itu, sangat mempesona.'

Kemudian Eileen mengerjap, tersadar dan langsung menepuk keningnya.

'Astaga.... Bisa-bisanya aku membandingkan mereka!'

Eileen menggeleng lalu memalingkan wajahnya yang entah kenpa terasa panas.

Betepatan dengan itu Kaysen muncul di pintu kelas. Pria bersurai kuning itu tersenyum lalu mengambil duduk di sebelah barisan Eileen.

"Selamat pagi Eileen."

"Selamat pagi juga Kaysen."

Teng! Teng! Teng.

Bunyi lonceng bergema pertanda jam pelajaran akan segera dimulai.

Tak berapa lama seorang guru memasuki kelas 1 A dengan membawa bola sihir kristal di tangannya.

"Selamat pagi semua."

"Selamat pagi."

"Selamat datang di Akademi Aerum, perkenalkan saya Drew Pierre Ra Neon.
Kalian bisa memanggil saya Master Drew, saya disini sebagai guru sihir atau bisa dibila guru elemen.Di sini saya juga sebagai wali kelas kalian."

Mengubah Takdir Antagonis (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang