Selamat datang, selamat membaca.
***
Empcount. Tanah kosong yang menyimpan harta karun. Tekad bulat sudah bersarang di hatinya. Dia harus kembali dengan harga yang dimaksud. Semua orang menunggu di kapal.
Senyum Jocelyn menyambut keheningan nyata. Kakinya terus menjauhi kapal dan menyusuri tanah cukup subur yang disebut kosong. Dia kira, Empcount akan benar-benar kosong. Nyatanya tidak. Empcount disebut kosong karena tidak dihuni manusia.
Meski begitu, tetap saja Jocelyn merinding mendengar deru napasnya sendiri. Di sana terlalu hening untuk telinga yang sering mendengar ocehan Freqiele dan Trapesium. Terlalu ... sunyi ... tanda ... bahaya.
***
Kapal yang merangkap pulau apung sudah cukup jauh di belakang Jocelyn. Gadis itu mulai masuk ke pulau. Xylo memandang Empcount cermat, entah apa yang ada di pikirannya. Ada sesuatu yang menganggu benak, menggelitik untuk membuatnya tidak memerintahkan awak kapal untuk menarik jangkar. Kapal dia biarkan berdiam diri di sana, mungkin untuk beristirahat sejenak. Untuk beberapa saat kemudian, suasana kapal yang ramai kembali. Orang-orang sibuk akan aktivitas mereka.
"Apakah Joce akan menemukan cinta sejatinya di Empcount?" Mata Trapesium berbinar. Dia melirik Freqiele, lalu Zealire. "Pasti!"
Xylo mendelik mendengar itu. Dia mendekat, aura gelap pun melingkupi mereka. Lelaki itu menepuk kepala Trapesium keras, tidak ada kelembutan. "Tidak ada orang di Empcount, Esi. Pulau itu tidak berpenghuni."
"Tuan pasti cemburu. Lalu, kenapa tidak menyusul Joce ke sana?"
Tidak mau mendengar ocehan konyol yang malah membuat sakit hati, Xylo segera berlalu dari sana. Trapesium tertawa, lalu menyeret dua saudarinya untuk menemui tiga lelaki di geladak kapal. Mereka terlihat akrab, sibuk berbincang sambil menatap kejauhan.
"Kak Woody, aku mendadak merindukan rayap-rayap itu." Trapesium memeluk lengan kekar lelaki dengan wangi woody yang menenangkan.
Sedangkan yang dipeluk malah menjitak kepalanya. "Kamu bahkan teriak ketakutan saat bertemu mereka, bagaimana bisa rindu?" Ucapan itu dibalas protesan Trapesium.
Tangan Cello mulai nakal, dia menyugar surai cepak Freqiele dan rambutnya. Berdecak. "Rambutku masih lebih panjang, Freq. Padahal hampir tiga minggu kita tidak bertemu."
"Oh, sampai lupa. Rencananya, aku akan memangkas rambutmu agar cepak sepertiku ketika kita bertemu lagi." Kemudian, Freqiele mengikuti topik yang Trapesium bicarakan. "Cello, aku merindukan Aresh. Menurutmu, apa dia bahagia dengan suaminya?"
"Tentu saja. Mereka mungkin saja sudah memiliki bayi. Aku juga ingin." Cello berteriak saat tulang keringnya ditendang oleh Freqiele.
"Dasar binal!"
Sedikit terisolasi dari dua pasangan itu, Zealire memandang kejauhan dengan Doxi. Dia mendengar percakapan saudari-saudarinya dan langsung menyadari tidak ada yang dapat dirindukan dari Bleedpool. Lelaki bertato naga ... lupakan. Dia bahkan lebih bajingan dari seluruh penghuni kota suram tersebut.
"Aku ingat pertemuan pertama kita. Waktu itu, kukatakan jika kamu adalah gadisku pada bandit-bandit," kata Doxi sambil memandangi laut yang terlihat gemerlap karena terik matahari.
Zealire tersenyum masam. "Aku bukan gadis lagi, Doxi."
Dia salah bicara. Doxi berdeham. "Kamu tetap menjadi bebanku, Zea. Kak Joce pun menyetujuinya."
Teriakan Trapesium membuat mereka menatap ke arahnya. "Hei, di sana ada kapal! Mungkin saja ada orang lain di Empcount!"
Ini lebih parah. Orang-orang Bleedpool rupanya benar-benar sudah ada di pulau itu. Zealire memandang resah ke arah pulau. "Semoga kamu baik-baik saja, Joce."
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPCOUNT: JOCELYN DOXIANNE [SERIES 4]
Spiritual[SUDAH TAMAT] Sampai di penghujung perjalanan, petualangan terakhir di Empcount dipertanggungjawabkan kepada Jocelyn Doxianne. Meski merupakan "tanah kosong" tanpa penghuni, bukan berarti misinya berjalan mulus. Jocelyn bahkan berpikir mati lebih ba...