•27•

2 0 0
                                    

Selamat datang, selamat membaca.

***

"Baik, rapat kali ini cukup sampai di sini. Masih ada sisa hari, sebaiknya kalian gunakan untuk istirahat. Besok semua sudah dimulai." Begitu ujar Xylo kepada beberapa orang di depannya.

Semua mengangguk. Xylo meninggalkan ruangan, kemudian diikuti oleh yang lain. Senyum terpasang di masing-masing wajah. Hal baru akan dimulai dan mereka ikut andil di sini. Senang bukan main.

Tepat di depan pintu, masing-masing menatap wajah kekasihnya. Rasa haru tercampur di sana. Beberapa detik berikutnya, mereka saling memeluk. Perjalanan pelik yang selama ini dijalani, akhirnya berakhir dengan manis.

"Sesuai perintah Tuan Xylo, kita harus istirahat. Jadi, kembalilah ke bilikmu dan makan dengan baik. Semangat! Aku di sini menunggumu," ucap Zealire kepada Doxi. Ujung matanya basah.

Doxi mengangguk mantap. "Pasti. Kamu juga, jaga dirimu. Aku tidak mau kamu sakit, Beban." Dia terkekeh di akhir, disusul Zealire yang menampilkan wajah cemberut.

Setelah memberi ucapan semangat dan beberapa pesan, mereka kembali ke kabin. Jocelyn, Zealire, Freqiele, dan Trapesium berjalan bersama. Tangan yang saling menggenggam, seperti menggambarkan persahabatan mereka selama ini.

Belum banyak waktu mereka habiskan. Akan tetapi, ikatan yang kuat sudah terbangun. Tanpa aba-aba mereka saling memahami perasaan satu sama lain. Merangkul kala suka dan duka. Tak jarang, keempat perempuan itu diam-diam berdoa dan bersyukur karena telah dipertemukan.

Mereka masuk ke dalam kabin dan duduk di kasur masing-masing. Awalnya mereka diam, sampai suara si Kuning memecahkan hening.

"Aku sungguh tidak menyangka dengan hal ini! Dulu aku cuma seorang budak, tapi sekarang, hei!" Trapesium menatap dirinya di dalam cermin dengan senyum merekah. Gaun kuning yang selalu merekat di tubuhnya membuat dia semakin bersinar.

Freqiele mendekati Trapesium. Dia berkata, "Sama halnya denganmu, aku juga begitu. Ini berkat Tuan Xylo yang sudah bersedia membeli kita. Jangan lupa juga kerja keras kita ketika mencari peta-peta itu."

Jocelyn dan Zealire mengangguk. Mereka menyetujui ucapan Freqiele, meskipun keduanya sempat mengalami hal yang tidak mengenakkan untuk diingat. Akan tetapi, sekarang bukan waktu mengingat itu semua. Akan ada lembaran baru di hidup mereka. Chapter baru akan ditulis. Penulis sedang menyusun kerangkanya.

"Menurutku, kita tidak bisa hanya diam," celetuk Jocelyn setelah menggigit apel di tangan. "Mereka bekerja, kita juga perlu mencetuskan ide-ide untuk kaum wanita di sini."

Mendengar itu, Freqiele mengangguk dengan mantap. "Aku setuju! Kita harus mengusulkan sesuatu kepada Tuan Xylo. Kira-kira apa, ya, yang bisa dilakukan wanita di kota ini nanti?" Dia tampak berpikir.

"Berdandan, apa lagi? Wanita, 'kan, suka itu." Trapesium asal menyahut, membuat Jocelyn ingin melempar apel yang tersisa.

Namun, pergerakan Jocelyn urung ketika Zealire mencegahnya. "Benar apa yang dikatakan Trapesium. Kita ... perlu membuat kerajinan-kerajinan atau aksesori dari bahan yang tersedia di Empcount. Bisakah?"

Tepuk tangan diberikan oleh Freqiele. "Wah, wah, benar juga. Sepertinya mudah bagi Tuan Xylo mendirikan sebuah pabrik aksesori? Tidak hanya dijual di sini nantinya. Kita akan ekspor ke kota lain. Toh, banyak bahan yang bisa dimanfaatkan dari sini," ujarnya.

"Ah, bisa. Emas di sini sudah tersedia, otomatis harga di sini murah. Kita bisa ambil untung yang lumayan jika kita mengirim ke luar kota. Kemudian, seperti yang dibahas di rapat tadi. Kayu-kayu juga bisa kita jadikan kerajinan. Nah, jadi manik-manik yang dimaksud tadi, yang mengerjakan dan membuat ialah tugas para wanita. Menyenangkan, bukan?" Jocelyn ikut menimpali dengan antusiasnya. "Esi, tolong ambil kertas dan tulis beberapa ide tadi."

EMPCOUNT: JOCELYN DOXIANNE [SERIES 4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang