Selamat datang, selamat membaca.
***
Zealire dan Jocelyn saling menatap, mereka membagi kelompok tadi, Trapesium dengan Freqiele, dan tersisalah kedua wanita yang penuh rasa dendam di belakang pohon.
"Aku akan mengantarkan Shaq ke sini, dan tugasmu menyelesaikannya," ucap Jocelyn tegas yang diangguki oleh Zealire.
Jocelyn memegang belati di tangannya, dia hanya mengamati target satu-satunya itu sejak tadi. Lelaki mengesalkan yang tidak bertanggung jawab, Shaq, tengah menyelamatkan diri ke tempat pembuangan sampah.
Jocelyn menahan senyum dan menarik tudung ke kepalanya. Dia kemudian berjalan menuju Shaq. "Halo, Tuan. Kita berjumpa lagi," sapa Jocelyn, lalu menurunkan tudungnya.
"K-kamu?!" seru Shaq, kemudian dia menutup mulut, takut ketahuan sedang bersembunyi.
Jocelyn terkikik geli. "Selain tidak tanggung jawab, kamu juga pengecut rupanya. Hanya bermulut besar. Ngomong-ngomong kamu cocok berada di sini." Jocelyn melirik sekitar, kemudian tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada Shaq. "Sama-sama sampah."
Shaq yang akan bangkit langsung ditendang perutnya oleh Jocelyn. Jangan pernah meragukan seorang wanita yang penuh dendam, kekuatannya akan terasa seratus kali lipat.
Jocelyn menarik rambut Shaq, agar lelaki itu menengadahkan kepala dan menatapnya. "Kamu tidak pernah pantas untuk hidup, Berengsek!" serunya, masih dengan nada tenang, tetapi menusuk.
Tak menunggu lama, Jocelyn langsung membawa Shaq secara paksa. Dia menarik rambut lelaki itu ke arah hutan, menusuk tepat di bola mata siapa pun yang berusaha menghalangi jalan.
Shaq dilemparkan ke pohon, dengan senang hati, Jocelyn menginjak alat vital Shaq dengan sepatunya, membuat lelaki itu hanya bisa berteriak dan diam di tempat sembari menikmati rasa sakit. "Wa-wanita gil--"
Plak!
Satu tamparan dari Zealire membuat ucapan Shaq terpotong. Lelaki itu langsung fokus pada wanita yang dulu sempat mengisi sedikit ruang di hatinya dengan rasa penyesalan. Mata itu ... membuat Shaq lebih menderita dari apa pun.
Jocelyn yang sadar jika Shaq mulai kehilangan kesadaran langsung mengeluarkan tali dari dalam tas yang menempel di kaki dan mengikat lelaki itu ke pohon.
Setelah selesai, dia menatap Zealire sebentar, tampak jelas api di balik air mata yang mulai mengucur dari saudarinya itu. Jocelyn menghela napas, menepuk pundak Zealire dan bertanya, "Apa kamu sanggup?"
Zealire menengadah, berusaha agar air matanya tidak jatuh lagi. "A-aku bisa, Joce."
Jocelyn tersenyum, dia kemudian memeluk Zealire. "Menangis bukan hal yang membuatmu lemah, Zea. Cuma, habisi bajingan ini, lalu kita akan menangis bersama. Aku pergi, ada seseorang yang harus kucari."
Selepas mengatakan itu dan pelukan hangatnya, Jocelyn berjalan menjauh, meninggalkan Shaq dan Zealire. Dia bergegas menyusuri kota, sampai akhirnya bertemu seseorang yang membuatnya tambah kesal.
"Joce, apa kamu butuh bantuanku?" tanya Xylo yang diabaikan oleh wanita itu, dia langsung bergegas memasuki satu rumah yang menjadi incarannya.
Tampak jelas seorang wanita tua duduk sembari minum teh, seakan tidak terjadi sesuatu di kota ini. Jocelyn hampir menangis melihat sosok itu, tetapi dia berusaha menguatkan hatinya dan menghampiri.
"Hm? Kamu anak yang di Empcount itu?" tanya sang wanita dengan nada santai. Dia kemudian menyeruput teh dan melanjutkan, "aku tidak ada urusannya denganmu, bunuh Shaq dan komplotannya saja sana. Mengganggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPCOUNT: JOCELYN DOXIANNE [SERIES 4]
Spiritual[SUDAH TAMAT] Sampai di penghujung perjalanan, petualangan terakhir di Empcount dipertanggungjawabkan kepada Jocelyn Doxianne. Meski merupakan "tanah kosong" tanpa penghuni, bukan berarti misinya berjalan mulus. Jocelyn bahkan berpikir mati lebih ba...