Selamat datang, selamat membaca.
***
Jocelyn menatap kosong sudut ruangan di hadapannya. Meneguk saliva kasar. Lapar dan haus, tetapi rasa sakit hatinya sangat besar.
"Kenapa?" tanyanya dengan raut yang sudah tidak bisa dijelaskan seberantakan apa. Jocelyn menoleh ke kiri, menatap pintu. "Kenapa semua orang begitu?"
Dia berdiri, kemudian berjalan tertatih ke arah pinggir pintu, ingin keluar untuk mencari tali atau apa pun yang bisa membunuh dirinya. Mudah untuk mencekik diri sendiri, tetapi Jocelyn bahkan tidak mau menyentuh dirinya sendiri.
Dengan rambut urakan, dia membuka pintu, membuat beberapa penghuni kapal tersentak kaget, tak menunggu lama, dia berjalan menuju pinggir kapal, menghela napas panjang. "Ibu mana yang menjual anaknya yang masih kecil hanya seharga empat karung beras? Ibu mana yang mempersilakan anaknya disetubuhi tiga orang sekaligus? Ibu mana yang bukannya melindungi malah mentertawai? IBUKU!"
Seruan itu membuat warga Sectermite membelalak, mengerti situasi, Emiley buru-buru menyuruh semua komplotannya turun ke lantai bawah, agar tidak mengganggu Jocelyn.
Jocelyn tertawa lebar, tetapi matanya berkaca. Dada sesak membuat dia memukul beberapa kali. Sampai akhirnya merosot di ujung kapal. "Bahkan orang yang aku cintai saja ... HAHAHA!" Lagi, Jocelyn tertawa memilukan. Dia menatap lautan biru itu dengan mata berapi-api. "Sudah, mati saja."
Gaunnya ditarik ke atas, kemudian dia melewati pagar pembatas kapal, kurva terbentuk sesaat setelah silir angin mengibas rambutnya. "Baiklah aku--"
"KAKAK!" seruan lantang itu membuat Jocelyn menoleh, dari kejauhan kedua adik lucunya berdiri. "Kak Joce, jangan pergi dulu," ucap salah satunya, membuat Jocelyn menatap mereka datar.
Tak peduli, hatinya seakan mati. Dia menatap lautan lagi, menggoyangkan kepala ke kanan dan ke kiri. Namun, saat bersiap melompat, satu suara kembali mengintrupsi. "Aku salah!"
Itu Xylo, lelaki itu berlutut tak jauh dari tempat Jocelyn berdiri sekarang. Kedatangannya disusul oleh orang-orang yang tadi berpetualang bersama. Jocelyn hanya diam dengan wajah tanpa ekspresi.
"Aku Baroness Xylo Andares berlutut padamu, Jocelyn Doxianne. Aku salah."
Semua yang menyaksikan menutup mulutnya saking terkejut. Bagaimana ini? Cello bahkan saling menukar tatap dengan Woody, mereka baru pertama kali melihat pemandangan ini. Freqiele, Zealire, dan Trapesium juga sama. Baru kali ini ada majikan kelas bangsawan yang berlutut untuk budaknya.
"Harusnya aku memeriksa kamu dahulu, bukan malah--"
"Apakah berlutut dan memohon maaf akan mengubah sesuatu?" potong Jocelyn, membuat Xylo menengadahkan kepala, sorot bersalah dan beberapa tetes air jatuh pada mata lelaki itu.
Jujur, Jocelyn terkejut, pasalnya Xylo bukan orang yang akan menunjukkan perasaannya secara terang-terangan pada orang lain. Namun, dia sudah telanjur luka.
Xylo menarik napas, terdengar isakan penuh rasa peyesalan di setiap gerakan lelaki itu. Paham keadaan, Freqiele langsung menggiring teman-temannya turun ke lantai bawah, menyisakan dua orang itu untuk mengobrol.
"A-aku ... kita bisa balas semuanya, Joce, asal jangan--"
Tawa pecah Jocelyn membuat Xylo berhenti, bukan, bukan itu yang ingin Xylo dengar, dan juga bukan itu Jocelyn yang selama ini Xylo lihat. Dia benar-benar menjadi sosok yang berbeda. "Kamu tahu apa yang membuat hatiku sakit?" tanya Jocelyn, Xylo tetap diam, mempersilakan wanitanya mengungkapkan perasaan.
"Ini bukan hanya soal aku yang bodoh dalam menjaga kehormatanku, atau tiga orang sekaligus yang merenggutnya. Namun, di saat itu ...." Tatapan Jocelyn menerawang, menatap awan dengan hidung sudah sangat merah. "Ibuku di sana. Mempersilakan aku disetubuhi oleh tiga orang yang dia tahu sendiri sangat berengsek."
Xylo langsung melotot, ada palu gada yang menghantam hatinya, dia meneguk saliva susah payah, rasa bersalah kian besar.
"Lebih bodohnya, aku hanya berharap bahwa kamu akan datang membantu, tetapi ternyata tidak. Sampai sana belum masalah, lalu, aku memberanikan diri untuk pulang ke kapal. Apa yang kudapat? Ucapan selamat? Kamu bangga padaku? UNTUK APA? ATAS HILANGNYA KEHORMATANKU?!"
Xylo sudah tidak tahan, tangisnya pecah mendengar penuturan wanita bergaun hitam itu. Parahnya lagi, dia tidak menangis sama sekali, itu membuat hati Xylo seakan berdarah.
Tak ada lagi yang bisa disampaikan, Jocelyn menghadap lurus, kemudian memejamkan matanya. "Maaf mengecewakan, Tuan. Juga untuk sikap yang tidak sopan, sampai kapan pun aku akan dikenang sebagai budak yang paling bodoh."
Xylo menggeleng, kemudian berusaha duduk tegak dan berseru, "Jocelyn, kamu ratunya dalam cerita ini!"
Sejak pergi ke Empcount, hati Xylo sudah tidak tenang meninggalkan Jocelyn setelah menamparnya. Dia terus kepikiran, lalu saat mengerti situasi, perasaan kian resah, apa yang akan dilakukan oleh wanita kesayangannya itu?
Namun, Xylo harus tetap mencari apa yang ingin dia cari. Sampai akhirnya ketemu, Empcount adalah harta karunnya. Dia akan mendirikan kerajaan sendiri di sini, dan menyusun rencana untuk pembalasan dendam Jocelyn.
Dengan perasaan resah, sedetik setelah mengerti harta karunnya, Xylo bergegas lari ke kapal. Benar saja, hampir dia kehilangan Jocelyn-nya, yang mungkin sebentar lagi.
"Empcount adalah harta karunnya. Kembalilah padaku, Joce. Kita mulai semuanya dari awal. Tidak akan ada kasta di kota kita, aku janji itu, kamu harus bahagia, bagaimanapun caranya." Xylo berdiri, kemudian menjulurkan tangannya. "Kamu bisa percaya padaku, saat hatimu sakit, hatiku juga begitu. Tolong jangan memperdalam sakitnya dengan kepergianmu. Kumohon, Joce, kembalilah ke sini, bersamaku."
Jocelyn menghela napas, menatap Xylo tanpa ekspresi, lalu sesaat kemudian dia mengangguk dan melepas pegangannya, membiarkan diri sendiri jatuh ke dalam laut biru itu, membuat banyak orang kaget.
"JOCE!" pekik Freqiele, Zealire, dan Trapesium bersamaan. Woody dan Cello menutup matanya, tidak tega.
Tangis pecah di mana-mana, kemudian seseorang dari laut muncul ke permukaan, membawa Jocelyn dalam dekapannya. Melihat hal itu, Zealire merosot, memegangi jantungnya yang serasa hampir copot di lantai bawah kapal uap milik Xylo.
"Doxi, bawa dia ke tepi!" seru Freqiele, kemudian bergegas lari menuju pesisir pantai Empcount diikuti kedua saudarinya.
Jocelyn dikerubungi, mencoba menyadarkan. Tak lama, Xylo turun dari atas kapal ke pesisir Empcount. Dia menatap Jocelyn sambil berdiri. "Tenyata aku masih punya takut," katanya sebelum melepaskan vest berwarna cokelat yang dia kenakan, dan menutupi tubuh Jocelyn menggunakan itu. Dia kemudian mengangkat tubuh Jocelyn ke atas kapal dan selebihnya hanya mereka yang paham.
Doxi memegangi dadanya. "Apa cuma aku yang bergemuruh di bagian jantung?"
Freqiele menggeleng. "Aku juga. Ini parah, padahal, kita sudah merencanakannya agar Doxi di laut untuk menangkap, tetap saja rasanya aku yang hampir mati."
Trapesium tak mau kalah, dia bahkan sudah terisak dan meminjam tangan Woody. "A-aku tidak bisa membayangkan jika Joce tidak ada."
Zealire diam sejenak, kemudian memberi minum pada Doxi. "Aku yang tidak dimarahi saja rasanya sudah mau mati, bagaimana dengan Joce yang diperlakukan begitu oleh tiga lelaki, disetujui ibunya, dan ditampar oleh orang yang dia cintai? Aku ...."
Zealire menangis sendu, dengan senyum yang meski hatinya ikut perih, Doxi membawa kepala Zealire ke dalam dekapannya, membiarkan dia merasa dunia aman asal bersama Doxi.
***
Sampai jumpa, terima kasih.***
Regards:
BRM UNIT
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPCOUNT: JOCELYN DOXIANNE [SERIES 4]
Spiritual[SUDAH TAMAT] Sampai di penghujung perjalanan, petualangan terakhir di Empcount dipertanggungjawabkan kepada Jocelyn Doxianne. Meski merupakan "tanah kosong" tanpa penghuni, bukan berarti misinya berjalan mulus. Jocelyn bahkan berpikir mati lebih ba...