Avniel sedikit terbatuk ketika tak sengaja tersedak ludahnya sendiri. Dia baru saja dapat menghela nafas karena berhasil turun dari balkon kamarnya dengan selamat.
Entah keberanian darimana Niel memutuskan untuk kabur dari rumah mewah berlantai lima itu,
"Anying," desisnya lirih tak sengaja melihat seseorang dari atas balkon. "Ya Tuhan tolong Avniel," rapalnya memohon, mencangkupkan kedua tangan di depan dada.
Kembali menghela nafas sembari mengelus dada lega sambil bergumam selamat dan mengucapkan terima kasih pada Tuhan sebab berpihak padanya begitu seseorang itu berbalik pergi, Niel melirik kesana kemari, melangkah hati-hati agar tidak menyebabkan suara gaduh yang membuat penghuni rumah besar ini mengetahui niatan kaburnya.
Avniel berdecak jengah, bersembunyi dibelakang gazebo, sedikit lagi dia akan sampai pada gerbang dan berhasil melarikan diri tetapi dia lupa jika ada pak satpam yang berjaga, "Aduh... masa iya gue ngumpet disini terus? Yakali keburu ketahuan kalau gitu mah." bibirnya mengerucut serta tangannya yang menggaruk kepala bingung. Tak lama sesuatu mengenai kepala Niel yang menjadikan dia mengaduh kecil. "Ahh bangsat!" mengusap kepalanya pelan lantas mendongak menatap takut pohon mangga besar dihadapannya kini. "Serem juga anjir malam-malam dibawah pohon mangga."
"Ehh..." mendapat solusi Niel kembali menengadah kemudian tersenyum girang. "Emang ya anak baik pasti ditolong mulu sama Tuhan." tak menunggu lama Niel langsung bergerak cepat memanjat pohon mangga yang tingginya menyamai tembok rumah, "Untung aja bang Bagas enggak ada, kalo sampai dia lihat gue manjat pohon bisa-bisa telinga gue dipotong." dia bergumam pelan lalu bergidik ngeri memikirkan Bagas yang pernah memarahinya habis-habisan karena hanya memanjat pohon.
Begitu berada diatas tembok, Niel menelan ludah kasar, "Bunda ini tinggi banget."
Beruntung sebelah rumah ini lahan kosong jadi dia hanya perlu melompat sekarang tak perlu menyusuri tembok itu menuju gerbang.
"Den Avniel?" Seru seseorang nyaring. "Den Avniel mau ngapain? Entar jatuh, bahaya aden. Ayo turun."
Baru saja memberi aba-aba akan melompat, suara Pak Satpam mengalihkan perhatian Niel menyebabkan jantung Niel berdetak 2 kali lipat lebih cepat. "Mampus!" Dia menggigit bibir bawahnya, sebelum berteriak dan melompat. "Bye pak, peace."
"Aww..." Niel mengaduh merasakan kakinya seperti tersengat listrik, meskipun kakinya benar-benar terasa sakit, dia berlari sekuat tenaga meninggalkan komplek perumahan mewah itu sebab suara Pak Satpam sudah terdengar kalang kabut memanggil seluruh penghuni rumah, memberitahu bahwa dirinya kabur.
"AVNIEL!!" Entah darimana kemunculannya, Adit sudah berlari di belakangnya. "NIEL! BERHENTI!"
"Kenapa tiba-tiba dia nongol sih hah?" Kata Niel, "Bodo amat lah mau lari aja."
Aksi kejar mengejar pun terjadi, keduanya bahkan tampak tidak perduli akan sekitar bahkan beberapa kali hampir menabrak pengguna jalan lainnya. Avniel pun sebisa mungkin menghindari kejaran Adit yang tak dia sangka bisa menyusul dirinya. Padahal Avniel juaranya lomba lari namun ternyata larinya Adit juga begitu kencang.
"AVNIEL! AWAS!" tepat pada pertigaan pom bensin dekat pekikan kencang Adit terdengar, mendapati Avniel menyebrang tanpa menoleh kanan-kiri membuat Adit membeku ditempat karena dari arah kanan terlihat sepeda motor melaju lumayan kencang kearahnya.
"Punya mata enggak sih?"
Amarah si pengendara sepeda motor pada Niel yang tengah berusaha menetralkan nafasnya dengan kedua tangan yang bertumpu pada lutut sebab terlalu lama berlari sedangkan dari jauh Adit menghela nafas lega.
"Maaf pak maaf saya enggak sengaja," ucapnya menoleh kebelakang lantas berlari meninggalkan si pengendara setelah mengucap maaf.
Namun tiba-tiba sebuah motor Vespa matic datang menghampirinya dari arah depan, menyebabkan Niel berprasangka buruk jika itu adalah orang suruhan Bayu membuat Niel mempercepat larinya tetapi sesaat setelah terdengar suara si pengendara Niel berhenti,
"Ini gue," kata si pengendara, menurunkan maskernya sedagu. "Naik!"
Avniel terdiam sebentar, mengernyitkan alis bingung tak tau harus berbuat apa.
"Adit makin deket, ayo naik!"
Tersentak Niel mengangguk cepat, buru-buru naik keatas motor. Dan sesegera mungkin si pengendara putar balik dan tancap gas meninggalkan Adit yang mengacak rambutnya frustasi.
"BANGSAT!"
——
"Kenapa bisa kabur? Kalian saya gaji hanya untuk leha-leha?" Bayu melipat kedua tangannya didepan dada, melihat semua anak buah yang berbaris dihadapannya dengan wajah menunduk takut.
Berganti kini Bayu meremat kedua tangannya, rahangnya terlihat mengeras. "Dari awal kedatangan Avniel saya sudah jelaskan pada kalian perketat penjagaan, tapi apa? Malam ini anak saya bisa kabur begitu saja. Kalian semua enggak becus!"
Disisi lain Bulan terlihat khawatir, baru beberapa hari Bulan bisa menjadi seorang ibu, mengapa Niel memilih kabur dari pelukannya, kedua kelopak matanya sudah terlihat berkaca-kaca.
Dia khawatir, takut dan juga sedih, tak bisa dipungkiri juga Bulan sedikit merasa bersalah sebab Niel yang memilih kabur, berpikiran bahwa anak itu bisa saja tidak betah disini.
"Cari Avniel sampai ketemu! Pastikan dia baik-baik saja, lecet sedikit kalian semua saya pecat!" Perintah Bayu tegas membuat semua anak buahnya gelagapan dan kompak berlari keluar dari rumah.
Bulan bangkit mengetahui kedatangan Adit, "Gimana? Kamu berhasil bawa Avniel pulang kan?"
Merasa bersalah Adit memeluk Bulan erat, "Maaf kak Adit gagal," melepas pelukan, Adit menatap Bulan. "Tapi Adit janji Niel pasti bisa Adit bawa pulang kesini lagi, kak Bulan jangan khawatir ya."
Menghampiri adik serta sang istri Bayu memijit pelipisnya pusing, "Kamu tau enggak kenapa Niel milih kabur dari rumah ini?" tanya Bayu.
"Menurut gue sih dia nekat kabur kaya gini karena kemarin gue bilang kalian bakal bawa dia ke Australi, dia enggak terima bahkan ngancam mau minum sianida kalau pindah..."
"Astaga," lirih Bulan menggeleng mendengar perkataan Adit.
"... Gimanapun Niel juga seorang anak bang, dia pasti bingung tiba-tiba jadi anak kalian, gue udah pernah bilang mending kita ke rumah dia aja, ngomong baik-baik sama orang tuanya, jangan pakai jalur belakang. Apalagi di rumah dia anak kesayangan banget, jadi lo ngertilah."
Menghembuskan nafas lelah Bayu menggeleng tidak setuju atas ucapan Adit, "Abang udah beberapa kali ke rumah mereka dit tapi apa, yang Abang dapat in cuma rumah kosong dan enggak berpenghuni, keluarga kandung Niel selalu pindah-pindah enggak menetap, Abang pikir itu emang rencana mereka buat menghindar karena mereka tau ini udah waktunya Niel jadi hak Abang sama Kak Bulan..." jeda, "... Abang juga maunya ngambil hak asuh Niel seutuhnya dengan cara baik-baik, tapi keluarga Niel sendiri yang bikin Abang ngelakuin hal kriminal kaya gini."
"Udahlah kalau gitu, besok kita cari Niel sama-sama. Gue yakin dia pasti balik ke rumahnya," Kata Adit menepuk bahu Bayu pelan lalu berlalu meninggalkan Abang serta kakak iparnya.
"Niel pasti kembali ke pelukan aku kan?" tanya Bulan menatap penuh harap pada Bayu,
Mengangguk, Bayu tersenyum merangkul sang istri menuju kamar, Bulan tak boleh banyak pikiran jika tidak perempuan itu akan berakhir jatuh sakit, jadi sebisa mungkin Bayu memberikan keyakinan pada istrinya bahwa Niel pasti kembali bagaimanapun caranya.
To be continue...
———Haloo apa kabar kalian??? Baik dong pasti hehe
Maaf ya aku baru bisa updet, beberapa bulan ini aku sibuk ujian karena emang bentar lagi bakalan lulus. Jadi aku minta pemakluman kalian ya temen-temen😊
See you next chapter, bye...
Gold, 22 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAT PADAT
Teen FictionAvniel tidak berharap dilahirkan menjadi bungsu, karena mempunyai 3 Abang dan 1 Kakak perempuan bukannya berkah malah musibah. Masih dianggap bocah lah, disuruh-suruh, buatin ini buatin itu. Tetapi Niel tahu semua saudaranya perhatian pada Niel, ap...