"Besok jam 4 sore kita coba datangin rumahnya siapa tau aja Kak Rhea ada disana."
Avniel mendengus mendengar perkataan Hazel, besok hari Sabtu, seharusnya besok adalah waktu paling pas untuknya berleha-leha di rumah seharian. Namun, hancur harapannya karena Hazel mengajak Niel pergi menemui Kak Rhea.
"Kenapa enggak pulsek aja?" Niel menyeruput pop ice cokelat di tangannya. "Males banget gue keluar besok."
Hazel menoyor kepala Niel keras membuat pemuda di sebelahnya mengaduh kesakitan, "Eh! Nenek lampir! Bisa enggak sih jadi cewek lembut dikit, contoh Nayla sana!" Gerutu Niel kesal.
"Gue ya gue! Enggak perlu contoh orang lain karena gue bukan orang yang suka meniru,"
"Lagian lo jadi cowok emangnya ngapain aja sih hari Sabtu selain tidur-tiduran di kamar?""Makan, mandi, nonton TV terus banyak lagi yang gue lakuin besok." Jawab Niel setengah mengegas.
Hazel berdecak malas, beberapa hari kebelakang ini dirinya memang sering bersama Niel disaat jam istirahat untuk membahas Kak Rhea, bahkan terkadang bersama Genta juga, tetapi tidak sering karena menyatukan Genta dan Niel bukanlah pilihan yang tepat.
Sedikit banyak Hazel menjadi tahu bagaimana sifat asli dari Niel yang sempat membuar Hazel tercengang tak menyangka, "Udahlah kalau lo enggak mau besok, enggak usah ketemu sekalian!"
Kedua bola mata Niel mendelik, "Hah... jangan dong!" Sambar Niel cepat. "Gue harus ketemu kak Rhea!"
"Ya makanya... jangan ngebantah, kalau emang lo mau Abang lo pertanggung jawabin kesalahan dia, karena gue sendiri enggak mau kak Rhea harus banting tulang sendiri..." Hazel menghembuskan nafas pelan, "... lebih-lebih anaknya butuh sosok Ayah dalam hidup dia."
"Gimana ya bentuk ponakan gue?"
"Kotak noh biar kek SpongeBob!" Hazel menyahut jengah, human semacam Niel yang di luarnya selalu terlihat dingin dan cuek ternyata dalamannya bobrok, membuat semua orang di dekatnya selalu mengusap dada, sabar.
Nie tertawa lebar atas sahutan Hazel, "Lucu juga kalau ponakan gue bentuknya kotak, hahaha..."
"Goblok lo kek enggak punya otak!"
"HAHAHA..."
——
"Widih rapi bener mau kemana lo?"
Begitu mendapati sang adik keluar dari dalam kamar dalam keadaan rapi, Atha mengangkat alisnya sembari tersenyum. Sebab sehabis sarapan Niel sama sekali tidak keluar dari kamar, mengurung dirinya sendiri membuat abangnya kebingungan.
Bukan hanya hari ini, namun beberapa hari ini memang Niel lebih sering mengurung diri daripada berkumpul di ruang keluarga seperti biasanya. Keempat kakaknya bahkan akhir-akhir ini sering bolak-balik kamar Niel sekedar melihat adik mereka sebab Niel yang biasanya menyambut kedatangan keempatnya diatas karpet depan tv sembari makan chiki pulang dari tempat kerja atau kampus malah berubah.
"Keluar bentar." Sahut Niel singkat tanpa basa-basi,
Tangan Niel hampir membuka pintu utama sebelum suara Mars mencegahnya, "Lah... mau kemana lo? Udah sore baru mau keluar? Entar di culik Om Wewe mau?"
Niel memalingkan wajah sembari memutar bola mata malas, tidak ingin perduli terhadap lelucon Mars. "Gue pergi."
"Eh... bentar! Naik apa lo? Mau gue anter enggak? Mumpung free nih."
"Males," Niel mengibaskan tangannya sebelum keluar dari rumah. Mengundang tatapan aneh Mars dan Atha. Mereka bukannya tidak peka terhadap sikap Niel akhir-akhir ini yang kelewat pendiam, apa salah satu dari mereka telah melakukan kesalahan?
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAT PADAT
Teen FictionAvniel tidak berharap dilahirkan menjadi bungsu, karena mempunyai 3 Abang dan 1 Kakak perempuan bukannya berkah malah musibah. Masih dianggap bocah lah, disuruh-suruh, buatin ini buatin itu. Tetapi Niel tahu semua saudaranya perhatian pada Niel, ap...