ZAT PADAT || Bakso Lvl ++

2.5K 297 13
                                    

"Laper oi."

Mars mengeluh sesaat setelah makanan tertata rapi diatas meja. Padahal hanya terdapat empat mangkuk bakso dan yang menyiapkan makanan juga Ona, sedangkan Mars dan Atha sebagai penonton menunggu semuanya siap.

"Panggil adek lo sana! Ngeluh mulu perasaan." Perintah Atha dari kursi seberang. Menatap Mars jengkel.

Bukannya menuruti perintah Atha, Mars semakin merapatkan duduknya pada kursi. Mengundang decakan kesal Ona, semua adiknya memang kurang disiplin kalau disuruh-suruh, bukan hanya adiknya tetapi Ona pun sama, maka dari itu bagaimana kuatnya Bagas mempunyai empat adik seperti mereka.

"Mars... sana panggil Niel! Susah amat dah tinggal manggil doang." Ujar Ona jengah.

Mars menghela nafas, menatap Ona dan Atha bergantian kemudian pergi mengikuti keinginan kedua Kakaknya, memanggil si adik tersayang untuk makan bersama.

Sebelum masuk kedalam kamar Niel, dengan sopan Mars mengetuk pintu kamar Niel. Karena jika langsung masuk, bisa jadi Mars dilempari barang oleh Niel mengingat kejadian tadi, saat Ona berlari turun karena berhasil menjahili Niel.

"Woi Niel! Turun yok!" Teriak Mars mengetuk pintu semakin brutal.

Dari dalam kamar Niel yang tengah sibuk memakai baju melirik kearah pintu tajam, keributan yang Mars ciptakan benar-benar membuat Niel ingin melempar abangnya ke lubang buaya.

"Bacot banget!" Niel memutar knop pintu, mengumpat kepada Mars saat mereka berhadapan. "Bakso gue mana?"

Mars mencoba tersenyum sabar menghadapi kelakuan Niel, dia merangkul bahu adiknya lantas berjalan beriringan menuju meja makan. "Ada dong..." Jawab Mars bangga. "Gue enggak bakal pernah lupa sama janji sendiri." Padahal kalau bukan karena Atha, dia tidak akan mengingat hal tersebut.

"Adek! Ayok makan... ini bakso lo udah gue siapin." Atha menyambut kedatangan Niel dan Mars, menunjuk bakso dihadapannya.

Ona memandang Atha jijik, "Sorry Mr. Dinatha semua ini gue yang nyiapin. Enak banget lo, gue yang susah lo yang dapat hasilnya."

"Jangan nyolot juga Mbak Godel."

"Godel-godel apaan? Lo pikir gue anak sapi?"

"Lah... bener kan?"

"Bagus tengkar lagi... mau disiapin siapa juga, Niel enggak perduli," Sahut Mars mendudukan bokongnya pada kursi. Mengambil bakso miliknya kemudian ia lahap bersama Niel yang memang sedari tadi telah duduk rapi tanpa perduli pertegakaran antara Atha dan Ona.

Niel yang duduk bersebelahan dengan Mars, menghentikan acara makan baksonya sebentar, melirik ketiga Kakaknya yang telah duduk diam menikmati bakso masing-masing. Dari suapan pertama Niel telah merasakan sesutau yang aneh dari bakso miliknya ini, rasa menyengat dalam lidah membuat Niel mengernyit. Namun, karena tidak ingin menyia-nyiakan pemberian Mars akhirnya Niel tetap memakan bakso itu dalam diam.

Ona yang menyadari sesuatu terhadap Niel, menyolek dahi adiknya. "Panas emangnya?" Tanya Ona bingung. Tergerak untuk menyentuh kening sang adik, dia mendelik setelah mendapati kening Niel berkeringat dingin. "Kenapa keringat dingin sih Niel? Padahal cuma makan bakso doang."

Sampai bakso miliknya habis dan hanya tersisa kuahnya saja. Niel baru merasakan sensasi perih dalam perutnya. "Perut gue sakit, anjir." Ucap Niel bangkit cepat pergi menuju kamar mandi.

"Kebiasaan! Habis makan masuk WC."

Tidak ada yang salah memang dari perkataan Mars, karena Niel sedari kecil memiliki kebiasaan yang aneh, habis makan bukannya disaring dulu malah langsung keluar, pantesan kurus kerempeng kaya enggak pernah di kasih makan gitu.

ZAT PADATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang