"Enggak ada motor, enggak ada jajan sembarangan, pulang sekolah langsung pulang di jemput Bang Mars jangan keluyuran kemana-mana lagi!"
Peringatan dari sang Bunda membuat Avniel mendengus jengah, hampir 15 menit ini yang di ucapkan itu-itu terus sampai telinga Niel terasa panas mendengarnya, padahal itu semua juga untuk kebaikan Niel sendiri.
Nie mengangguk, "Tapi besok udah boleh bawa motor lagi kan?"
"Jangan Bun... jangan di kasi sampai lulus." Mars mengompori mengerlingkan sebelah mata ke arah Niel.
"Enggak usah ikut campur!" Sungut Niel tidak terima.
Ayah menepuk pundak anak bungsunya pelan, "Bang Mars bener, Ayah enggak bakal ngijinin kamu pake motor lagi," Dia menoleh pada keempat anaknya yang lain. "Jadi kedepannya kalian bertanggung jawab untuk anter jemput Niel."
Spontan Ona, Atha, Mars kecuali Bagas tersedak makanan masing-masing, mereka saling menatap satu sama lain lantas mengembuskan nafas begitu melihat tatapan Ayah tidak bisa mereka bantah sama sekali.
"Susah di kita ini mah." Keluh Atha lirih tidak ingin Ayah mendengar.
Niel menarik ujung bibirnya, bagaimanapun tempat Atha duduk tepat sebelahnya, "Yah... itu Bang Atha bilang susah jadi mendingan aku pake motor aja kek biasa."
"Iya tuh Yah... masak tadi katanya enggak bakalan bisa data lagi kalau punya tugas antar jemput Niel." tambah Mars menahan tawa, sebobrok-bobrok Ayah mereka jika tengah marah tetap seram melebihi Bagas.
Atha melotot, menoleh pada Ayah dengan wajah memelas, "Sumpah Yah aku enggak bilang apa-apa." Dia menarik pundak Niel kemudian dia rangkul. "Tenang... Niel bakal aku jaga kok, Ayah jangan khawatir bungsu Ayah ini pasti akan selalu aman kalau sama Atha. Iya kan Niel?" bisik Atha penuh penekanan tepat di telinga adiknya.
Bunda dan Ona terkikik geli sedangkan Bagas hanya tersenyum tipis.
"Udah ah... Ayah enggak bisa tegas lama-lama, mending sekarang kamu berangkat dek! Entar telat di suruh bersihin wc yang banyak tainya,"
"Jorok banget! Aku lagi makan yah... astaga pengen muntah." ujar Ona sembari bergidik.
"Parah sih Kak... kemarin gue sempet liat di wc sekolah cair gitu, kuning-kuning lagi." Niel bangkit, tertawa renyah, berhasil menyebabkan Ona berlari ke arah kamar mandi.
Bagas menggeplak kepala Niel yang masih terasa sedikit nyut-nyutan, Ayah-Bunda menggeleng tidak mampu bersuara lagi, Mars dan Atha ngakak kencang atas ucapan Niel. Memang diantara semua keluarga yang paling merasa jijikan itu adalah Ona, maka dari itu hanya dengan mendengarnya saja sudah membuat cewek itu mual sampai muntah.
"AVNIEL GUE SUMPAHIN ENTAR DI SEKOLAH LO DAPAT KARMA!"
———
Setelah berpamitan dengan Atha, Niel turun dari mobil, tanpa menoleh lagi masuk kedalam area sekolah. Walaupun merasa malu karena di belakangnya Atha sempat berteriak heboh sebelum menancap gas meninggalkan sekolah.
"Ehh... Dek Avniel baru keliatan." sapa Pak Joko— satpam sekolah ramah pada Niel.
Anggukan ramah Niel berikan pada Pak Joko, "Iya Pak..."

KAMU SEDANG MEMBACA
ZAT PADAT
Teen FictionAvniel tidak berharap dilahirkan menjadi bungsu, karena mempunyai 3 Abang dan 1 Kakak perempuan bukannya berkah malah musibah. Masih dianggap bocah lah, disuruh-suruh, buatin ini buatin itu. Tetapi Niel tahu semua saudaranya perhatian pada Niel, ap...