Selepas mengantar Dika sampai di rumahnya, kedua kakak-beradik itu kini diliputi keheningan. Keduanya sama-sama fokus melihat pada jalanan, sampai akhirnya Mars berdehem.
"Mau cari makan dulu? lo belum makan kan?" Tanya Mars melirik sang adik yang juga tengah menoleh kearahnya.
Avniel menggeleng, "Pulang aja, gue pengen tidur." Menyenderkan kepalanya pada kaca mobil, siap untuk menyambut mimpi.
"Gue go-food'in aja deh ya entar." Avniel mengangguk singkat mulai memejamkan mata, sedangkan Mars menghembuskan nafas. Mungkin kebanyakan orang yang tidak mengenal Avniel menganggap anak itu dingin, tetapi orang yang sudah dekat dengannya menganggap Avniel asik, jahil dan juga selalu bisa mencairkan suasana, namun tak banyak yang tahu dibalik itu semua adiknya hanya remaja tanggung yang selalu menyembunyikan segalanya menggunakan topeng tebal.
"Jangan hilang-hilangan lagi dek, abang lo ini terlalu cengeng untuk ditinggal." Gumam Mars menjulurkan sebelah tangan untuk mengusap rambut Avniel yang sudah terlelap.
Butuh waktu beberapa menit bagi Mars dan Avniel sampai di rumah, "Bangun hoi!" Tangan Mars mengguncang bahu Avniel, sampai yang lebih muda mengerjap pelan.
"Udah sampe?"
Anggukan Mars membuat Avniel memijit kening pelan, lalu menyusul abangnya yang telah keluar lebih dulu. Niatnya langsung masuk kedalam rumah terhenti ketika kedua mata bulatnya tidak sengaja melihat sebuah mobil terparkir tepat di depan rumahnya, salahkan rasa penasaran Avniel yang sangat tinggi hingga anak itub memilih memutar haluan dan menghampiri mobil tersebut, sedikit takut bila ternyata di dalam mobil itu ada anak buah Bayu.
Avniel mengerutkan kening bingung, terkesiap kaget mendapati dua orang tengah berpelukan didalam mobil. Satunya seorang lelaki dan satunya lagi wanita. Apalagi setelah diteliti lebih jelas keduanya sangat familiar di mata Niel.
Kedua bibirnya membulat sempurna, menyadari suatu hal. "BANG BAGAS?!! YAAMPUN BANG LO NGAPAIN DIDALAM MOBIL PELUK-PELUKAN SAMA CEWEK, ASTAGA ABANG KALAU MAU BERBUAT TAK SENONOH NYEWA HOTEL AJA, MASA DI MOBIL SIH? SEMPIT GITU!" Teriak Avniel menggelegar, untungnya komplek rumah mereka hanya terdapat dua rumah yang memiliki jarak lumayan jauh.
Mendengar teriakan itu Bagas yang memang berada didalam mobil terkejut bukan main, buru-buru keluar dari mobil. Begitupun Mars yang baru saja akan membuka pintu rumah harus berbalik lagi karena mendengar teriakan menggelegar adiknya.
"Kenapa dek?" tanya Mars panik.
"Noh... lihat bang, masa bang Bagas mau enak-enak didalam mobil, gila kali ya?" Avniel menjelaskan, menunjuk Bagas yang kini membatu menatap dirinya. "Ya kalau mau gituan juga enggak ada yang ngelarang sih, tapi kenapa dimobil coba? kan enggak lucu kalau nanti ponakan gue tahu ternyata di—"
Ocehan Niel terhenti tatkala sebuah tangan menarik tubuhnya masuk kedalam pelukan, persis seperti pertemuannya dengan tadi kini Bagas pun memeluk Avniel sangat erat, bahkan melebihi pelukan Mars tadi yang menjadikan Niel sedikit kesusahan untuk bernafas.
Bagas mengusap rambut Niel lembut, "Dek ini beneran lo kan?"
"Kaga, tapi arwahnya doang," Sahut Avniel cengengesan namun malah membuat Bagas melepaskan pelukannya. "Enggak lucu," Bagas menatap tajam dengan kedua mata memerah.
Mendapati itu Niel gelagapan, "Yaampun... iya ini gue bang, Avniel.. adek bungsu lo." Ujarnya. "Ini kenapa abang-abang gue mendadak cengeng sih?"
Mars tertawa melihat betapa lucunya interaksi antara abang sulung juga adik bungsunya. "Udah-udah.. enggak enak di luar lama-lama, entar di sangka yang enggak-enggak lagi." Dia menarik lengan Avniel untuk dia bawa masuk kedalam rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZAT PADAT
Teen FictionAvniel tidak berharap dilahirkan menjadi bungsu, karena mempunyai 3 Abang dan 1 Kakak perempuan bukannya berkah malah musibah. Masih dianggap bocah lah, disuruh-suruh, buatin ini buatin itu. Tetapi Niel tahu semua saudaranya perhatian pada Niel, ap...